Bagian sembilan: Allium Cepa

84 18 2
                                    


Selamat membaca! ^^

Maret, 2016

Kediaman Krist; 10.00 AM

---

Sudah hampir empat jam lamanya, ketiga anak adam yang sedang berkumpul di ruang tamu, terdiam bahkan tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Hening dan dingin jelas menyelimuti mereka. Ada jeda beberapa saat sebelum yang paling tua akhirnya menghembuskan napasnya kasar.

"Aku rindu dengan Gunku. Bisakah kita melihatnya dulu, sebelum mendiskusikan ini?" Off memberanikan dirinya, membelah kesunyian yang ia dan Krist, serta Singto ciptakan.

Tadi pagi, ia dijemput Krist dan Singto di rutan tempatnya diamankan. Polisi mengaku tidak menemukan bukti lain, yang dapat memberatkannya. Pencarian sementara dihentikan, dan kasus kematian Gun dibekukan.

Tidak ada yang memulai pembicaraan selama perjalanan mereka dari rutan hingga kediaman Krist. Off tidak bisa pulang ke apartemennya, karena lokasi kejadian masih diamankan.

Anggukan kaku diberikan Singto sebagai respon dari permintaan Off. Maka setelah itu, ketiganya bergegas menuju tempat peristirahatan terakhir Gun. Menemui Gun untuk sekadar menceritakan kebingungan yang melandanya. Cuacanya sangat terik, tidak ada angin yang berhembus. Hanya ada ketiganya, yang dalam diam menatap nisan di hadapan mereka.

"Off, aku rasa harus mengenalkanmu pada seseorang" Krist pada akhirnya membuka suara, mengenyahkan segala bimbang dan berisik yang ada di kepalanya.

"Siapa?"

Tidak ada jawaban, hanya Krist yang perlahan meninggalkan kuburan, yang kemudian diikuti oleh Singto. Sebuah tanda, bahwa Off paling tidak harus mengikuti mereka.

---

Kediaman Miss Alice; 07:15 PM

Pukul tujuh lewat lima belas menit, ketiganya telah sampai di depan rumah bercat abu dengan aksen minimalis. Rumah yang hanya dibangun dengan satu lantai ini, dikelilingi dengan pagar besi berwarna hijau, tak lupa juga bersama mawar merah menjalar sebagai hiasan.

Krist memajukan tubuhnya, mendorong tuas pagar yang menyebabkan sedikit bunyi berdecit. Maklum, pagarnya sudah tua, dan tentu saja besi penopangnya telah berkarat dan aus.

"Kau kenal siapa yang ada disini?" Off tidak mengajukan pertanyaannya secara spesifik untuk siapa, yang ia inginkan hanya sebuah jawaban.

"Miss Alice. Penjaga panti asuhan tempatku tingga bersama Gun, dulunya"

Off membulatkan matanya terkejut, karena sampai pasangannya meninggal ia sama sekali tidak pernah mendengar nama itu disebutkan. Ia bahkan mendapatkan fakta baru, bahwa Gun dulunya pernah tinggal bersama Krist di panti asuhan.

Pintu diketuk beberapa kali, membuat sang empunya muncul. Seorang wanita paruh baya, yang jika diterka umurnya mungkin melebihi 60 tahun. Rambutnya bergelombang berwarna putih tulang, matanya sipit pertanda pengelitahannya tidak lagi setajam dahulu.

"Krist? Singto? Membawa teman? Aku mengenali aroma parfum kalian, tetapi tidak dengan yang satunya"

Miss Alice, dengan sopannya mempersilahkan ketiga tamunya untuk masuk. Mengarahkan mereka menuju sofa dekat perapian.

"Aku baru selesai santap malam, kalian tidak memberitahukanku akan berkunjung. Makanan sudah habis, apa mau ku buatkan terlebih dahulu?" Miss Alice terlihat sibuk mengecek meja makannya, berharap paling tidak menemukan sesuatu untuk diberikan pada 'anak asuhnya' yang dengan tiba-tiba datang menemuinya.

─Death of the Main CastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang