32. Jika

241 26 5
                                    

Ini sudah lewat tengah malam, namun mata sayu itu masih belum bisa terpejam sama sekali barang hanya sebentar. Di keheningan malam, dia terduduk seorang diri dalam kegelapan tanpa melakukan apapun.

Termenung.

Matanya yang nyalang menatap kedepan sana sambil sesekali dikerjapkan secara cepat. Namun detik berikutnya, kakinya tergerak untuk mendekat kearah dua pintu besi disana, meskipun rasanya sangat berat. Bahkan dia harus berpegangan pada dinding atau apapun yang bisa ia gapai agar tidak terjatuh.

Setelah mendapatkan apa yang diinginkan, kakinya kembali melangkah. Sekarang pergi kearah meja makan yang tak jauh dari tempatnya barusan. Meletakan dua kaleng minuman dan gelas berukuran panjang.

Tanpa pikir dua kali, tangannya membuka kaleng pertama, lalu isinya langsung dipindahkan kedalam gelas.

Untuk beberapa menit kemudian, dia membiarkan rasa pahit dan sensasi panas itu merayap ditenggorokannya setelah berhasil meneguk cairan kuning didalam gelas yang sekarang menyisakan setengahnya.

"Um, lumayan."

Namun saat akan meneguknya kembali, dengan meraih gelas tersebut, tangannya tiba-tiba terhenti dan dengan cepat langsung jatuh bebas diatas meja.

"Lagi? Mau sampai kapan?" tanyanya bermonolog, matanya bahkan sudah berkaca-kaca entah kenapa, disusul kekehan diakhir yang terdengar sangat miris.

Song Ah memejamkan matanya kuat, membiarkan air matanya lolos begitu saja. Apalagi saat otaknya kembali memutarkan percakapan sang dokter dan kedua orang tuanya sebelum pulang kemarin yang sempat ia dengar, membuat rasa sesaknya semakin menumpuk didada.

Transient Ischemic Attack

Yoon Chul mengatakan jika dirinya sudah mengalami gejala-gejala komplikasi tersebut, atau singkatnya stroke. Yang memang sudah menyerang kaki dan tangannya beberapa kali.

Apakah ini pertanda bahwa Tuhan sedang mempersingkat hidupnya yang memang tak seberapa?

Tangannya yang ada diatas pangkuan lantas terkepal kuat, hingga akhirnya berhasil menghancurkan gelas yang sekarang sudah terbagi menjadi kepingan-kepingan dilantai setelah berbenturan sangat keras dengan pintu lemari pendingin.

Namun, entah kenapa saat matanya menangkap salah satu pecahan gelas tersebut, mendadak ada pikiran jahat yang terlintas diotaknya.

"Jika mati, semuanya akan berakhir kan?"

Bodoh. Ya sekarang Song Ah memang sedang bodoh. Sangat bodoh.

Hanya karena berita tersebut pemikirannya jadi menyempit.

Mati?

Song Ah tertawa memikirkan omong kosong itu. Sudah dipastikan, semua yang beryawa pasti akan merasakan mati. Tapi, haruskah dia mati dengan sia-sia seperti ini? Apakah dia harus menyerah sekarang juga dan membiarkan penyakitnya untuk menang kali ini?

Dan mungkin memang iya, Song Ah akan membiarkannya. Ketika tangannya yang bergetar tanpa diperintah mulai mengambil salah satu pecahan disana.

Perlahan mendekatkannya pada anggota tubuh yang lain. Namun dalam detik berikutnya dia menjauhkannya, justru pecahan itu Song Ah remas kuat hingga telapak tangannya mengeluarkan darah segar yang menetes sedikit demi sedikit.

Tak berniat melepaskannya, Song Ah semakin menekannya semakin dalam. Bersamaan dengan itu matanya kembali terpejam, menelan rasa sesaknya perlahan. Bermaksud untuk meredakan emosi yang sempat menguasai dirinya.

"JOO SONG AH?!"

Teriakan itu langsung memekakan telinga Song Ah yang tak bergerak sedikitpun dari tempat dan tetap mempertahankan posisinya. Terlarut dengan emosinya sendiri, Song Ah sampai lupa dengan keberadaan Dantae dan Suryeon serta si kembar yang masih ada disekitarnya.

Pasangan itu langsung mendekat, dengan Dantae yang membereskan pecahan gelas tersebut sedangkan Suryeon meraih tangan Song Ah, mengambil pecahan tersebut dari sana secara paksa.

"Ayah, ambil kotak p3k!" perintah Suryeon kalap, sambil terus memperhatikan luka ditangan Song Ah.

Song Ah hanya diam, saat Suryeon mulai membersihkan darah yang terus mengalir dengan pakaian wanita itu, sebelum Dantae kembali bersama kotak p3k.

Pandangan mereka lalu saling bertemu, Song Ah menatap Suryeon dengan pandangan kosong, menatap wajah Suryeon penuh kekhawatiran.

Mereka sama-sama bungkam.

Keheningan itu seketika pecah saat Dantae datang dan langsung mengobati telapak tangan Song Ah dengan melilitkan perban disana untuk menghentikan pendarahan.

Suryeon mengguncang tubuh Song Ah. "Sadar kak!"

Gadis itu menaikan kepalanya, menatap Suryeon nanar dengan kondisi wajahnya yang sangat basah.

Untuk kesekian kalinya.

Song Ah kembali menggores luka dihati Suryeon dan Dantae yang belum sempat tersembuhkan. Menambah bekas yang semakin dalam.

Suryeon merengkuh tubuh Song Ah ketika tangis anak itu mulai pecah. Memeluk tubuh kurus itu dengan sangat erat. Berusaha menjadi penguat, namun sayangnya Suryeon pun ikut terhanyut. Menangis bersama di tengah dadanya yang terasa sangat sesak.

Sedangkan Dantae hanya diam layaknya patung dengan kepalanya yang menunduk dalam, air matanya sudah jatuh bebas dan mengalir deras begitu telinganya dengan sangat jelas mendengar tangisan Suryeon dan Song Ah semakin keras yang memang selalu menyayat hatinya.

"Bunda.... Ayah...."

Rengkuhan itu perlahan mengendur ketika Song Ah mulai melonggarkan lingkaran tangannya.

"Song Ah ingin istirahat selama-lamanya. Song Ah udah cape, bunda... ayah...."

Seperti sebuah ledakan, Suryeon dan Dantae dibuat menegang mendengar ucapan Song Ah. Mereka berdua sama-sama menatap anak itu yang kembali mengeluarkan air matanya dengan mata terpejam. Ucapan tersebut benar-benar menambah rasa sakit berkali-kali lipat dihati mereka berdua.

Setelah sekian tahun, untuk kedua kalinya mereka menemukan jiwa Song Ah yang terguncang, bahkan sekarang lebih parah seolah tidak bisa dikendalikan. 

Menarik mereka kembali pada kejadian mengerikan yang terjadi pada masa lalu.

Berusaha mengontrol diri, Suryeon berujar. "Kakak udah nggak sayang sama kita?"

"Bukan nggak sayang, justru Song Ah sayang banget sama bunda, ayah, abang dan juga adek. Tapi..." Song Ah menjeda kalimatnya sejenak.

"Tapi.... untuk apa berjuang jika sudah tidak ada harapan lagi?"



| WELCOME TO OUR LIFE |

Welcome To Our Life  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang