Dimalam gelap yang sunyi dengan terang bulan yang menyinari, duduk seorang gadis tubuhnya dipenuhi luka ditubuhnya duduk dipembatas balkon sambil memainkan kakinya yang melayang diketinggian.
(Semoga kalian bisa bayangin gimana duduk dipembatas balkon sambil mainin kaki yang melayang, pasti pada tau lah)
Ia bergumam tak jelas dan berekspresi tak jelas sebentar sedih, marah, kecewa, tertawa seperti orang gila, dan terakhir menatap kosong . Ia seperti orang yang tidak memiliki tujuan hidup.
Dia adalah ARUNA SEPTIANI gadis anggun, baik hati, dan ceria, namun menyimpan banyak luka, mau itu luka fisik maupun mental.
Dulu, dia memiliki keluarga yang sangat harmonis namun, semua itu berubah sekejap, karna datang seseorang yang menghancurkan kebahagiannya, seseorang tersebut membuat hidup Aruna hancur, Aruna difitnah dan dibenci semua orang setelah orang itu datang, dan lebih kejamnya lagi Aruna disiksa secara fisik dan Psikis oleh semua orang termasuk keluarganya, membuat Aruna depresi.
Aruna pun mendongkak keatas untuk melihat bulan dan bintang Aruna pun berteriak. "TUHAN?, Bolehkah aku pergi dari dunia ini? Aku lelah tuhan mereka semua jahat!! Mereka semua membenciku, mereka semua memukuli tanpa peduli aku sakit atau tidak!!"
"Tuhan, jika kau mengijinkan aku ingin pergi dari dunia ini menjauh dari semua orang yang membenciku!"
"AKU..AKU..AKU LELAH TUHAN, aku sungguh sangat lelah... tuhan aku mohon" Teriak Aruna dengan lirih diakhir kata.
Hiksss....hikss....hiksss
Setelah itu hanya ada suara tangisan yang memilukan yang membuat semua orang yang mendengarnya merasa sesak.
"Nona?"Panggil seorang wanita paruh baya yang berpakaian seperti seorang Pelayan.
Aruna pun menoleh kearah wanita paruh baya tersebut dia pun berbalik arah menghadap wanita paruh baya tersebut, wanita paruh baya tersebut menitipkan air matanya karena tidak kuat melihat apa yang didepannya, ia melihat nonanya yang sangat mengenaskan luka dimana² dan bekas cambukan yang bisa dilihat jelas walaupun dari kejauhan.
"Bibi Hilda?"
Wanita paruh baya yang dipanggil bibi Hilda pun langsung berjalan kearah Aruna dan bersujud dibawah kaki Aruna bibi Hilda pun mendongkak menatap Aruna.
"Nona maafkan saya, ini semua salah saya, andai waktu itu saya tidak membawa dia mungkin nona tidak akan seperti ini, maaf bibi ini salah bibi hikss..hikss"racau bibi Hilda bersujud sambil memegang kaki Aruna.
Aruna hanya menatap bibi Hilda dengan senyum yang sangat manis jika orang melihatnya namun, jika dilihat lagi itu adalah senyum miris.
Aruna pun berjongkok dan memegang bahu bibi Hilda dan menghapus air mata bibi Hilda "bibi ini semua bukan salah bibi, ini semua salah Aru yang nggak bisa menjaga kepercayaan mereka sama Aruna ini semua salah Aruna karna Aruna bodoh dalam apapun gak ada yang bisa dibanggakan dari Aruna tapi, dia bisa dan banyak banget yang bisa buat semua orang bangga sama dia ," Aruna pun menghapus air mata bibi Hilda dengan telaten.
Setelah itu Aruna melepas tangannya dari bahu Bibi Hilda "ini bukan salah bibi tapi salah Aruna jadi bibi jangan merasa bersalah" Aruna pun berjalan mundur secara perlahan-lahan.
"Tapi bibi Aruna sebenernya nggak bisa bohongin perasaan Aruna sendiri, kalau Aruna nggak sakit hati"Aruna menunjuk dadanya "disini bi disini rasanya sangat sesak bi disini rasanya ada banyak tekanan yang membuat Aruna cape"Aruna menjeda kalimatnya dan melanjutkan perkataanya lagi sambil berjalan mundur secara perlahan-lahan dan menatap bibi Hilda dengan sayu "Aruna cape bi ,Aruna udah nggak kuat, Aruna udah cape banget bi".
Langkah Aruna pun berhenti diantara balkon dan pagar pembatas ia pun menatap bibi Hilda dengan pandangan yang sulit diartikan, "bi Aru titip salam ya sama Mama Papa, bilang kemereka kalau Aru sayang banget sama mereka, bibi Aru maafin bibi dan makasih atas rasa sakitnya bi, dan Aru minta maaf kalau ada salah selama Aruna hidup"Aruna pun menjeda ucapannya dan berhenti menatap bibi Hilda beralih menatap seseorang yang ada diambang pintu.
Aruna menatap orang tersebut ia adalah kakak Aruna yang paling Aruna sayang dia adalah Arden orang yang paling Aruna sayang dan yang paling banyak menorehkan luka secara fisik maupun mental "Kak Ar Aru minta maaf ya kalau Aru selama nyusahin kakak, maaf kalau Aru lemah dan manja, tapi kakak mulai sekarang bisa hidup bahagia sama dia dan mama papa, Aruna gak akan menjadi penghalang kebahagian kalian lagi, dan Aruna cuman mau bilang bukan Aruna yang numpahin jus ke laptop kakak sampai laptop kakak rusak, dan Aruna sayang sama kakak, Aruna berdoa semoga kakak bahagia dan dijauhkan dari marabahaya"
Ucap Aruna sambil tersenyum.Arden hanya bisa menatap datar ia tidak menjawab ucapan Aruna karena menurutnya ini hanya lah Drama Aruna saja agar membuat semua orang perhatian terhadapnya "Makasih buat semuanya dan makasih buat Rasa sakit nya semuanya pokoknya"diakhiri dengan senyum manis tulus yang sudah lama tidak diperlihatkan kepada semua orang.
Aruna pun berkata lagi kepada bibi Hilda dan Arden "Selamat tinggal semuanya dan selamat tinggal dunia" Setelah mengucapkan itu Aruna pun naik keatas pagar pembatas dan ia pun menatap kembali dua orang berbeda gander tersebut dan melambaikan tangannya.
Arden dan bibi Hilda pun melotot melihat itu dan mereka berdua pun berlari kearah balkon untuk menarik Aruna, namun semuanya terlambat Aruna terjun dari lantai 3 dan tercebur kekolam.
"KYAKKK"
Semua pelayan yang melihat itu pun syok, melihat nona mereka terjun dari lantai atas, ada yang pingsan karena melihat darah begitu banyaknya didalam air.
Arden yang melihat itu merasa terkejut karena tidak menyangka bahwa Aruna melakukan itu, 'nggak mungkin ini semua nggak mungkin'gumam Arden dan langsung berlari kelantai bawah.
Sedangkan bibi Hilda merasa syok dan menangis sejadi jadi nya karena merasa bersalah terhadap nonanya.
Sesampainya dibawah ia melihat beberapa bodyguard menggendong Aruna ke tepi kolam, Arden berlari ketepi kolam untuk melihat Aruna, ia pun melihat tubuh Aruna yang sudah terbujur kaku.
Ia pun segera menghampiri Aruna dan melihat Aruna masih hidup atau tidak, dia terus berdoa semoga Aruna masih hidup, namun, setelah ia memeriksa detak nadinya....
....Aruna sudah tidak ada lagi didunia ini ia pun segera memeriksa nadi adiknya kembali dan memberikan Aruna nafas buatan namun, tetap nihil saja Aruna tidak bergerak.
Arden pun merasa tak percaya ia pun menepuk nepuk pipi Aruna "Aru bangun, kakak nggak suka ya kalau kamu bercanda kaya gini kakak nggak suka , ARUNA BANGUN KAKAK NGGAK SUKA KALAU KAMU KAYA GINI ARUNA" Arden pun memeluk Aruna dengan erat.
"ARDEN"
Teriak wanita dan pria baruhbaya mereka berdua syok saat melihat putra mereka memangku seorang gadis dengan kepala terus menerus mengeluarkan darah mereka pun berlari kearah putra mereka.
Dan mereka lebih syok saat sudah didepan putranya ia melihat putri mereka yang sudah mereka siksa terbujur kaku. Wanita paruh baya itu pun hanya bisa menutup mulutnya kaget kala melihat putrinya terbujur kaku dengan bibir yang sudah membiru.
"Ma pa Aruna hikss"Isak Arden sambil menatap kedua orang tuanya.
Kedua orang tua Arden hanya bisa menatap sedih dan merasa bersalah karena sering menyakiti Aruna secara fisik maupun secara psikis.
Malam ini
ARUNA SEPTIANI
WAFAT PADA TGL
05 JANUARI 20**JAM
22.00Tbc
1120 kata
Jum'at 17 Desember 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
The Main Male Antagonist Friend (HIATUS)
Teen FictionAruna septiani dia adalah seorang gadis memiliki kepribadian anggun, baik hati namun sedikit pendiam dan tak mudah berasosialisasi, namun dia sering menjadi sukarelawan dan membantu orang yang membutuhkan secara diam diam. Namun, sangat disayang kan...