"Gimana Windra, lu mau kan? Jauh dari gue? " Tanya Kundara sambil menepuk pundak Windra yang hanya menunduk, pria itu berdiri dihadapan Kundra. Pria itu memakai kacamata bulat. Kulitnya putih pucat dengan hidung mancung.
"Engga Kun, apa ga ada cara lain? " Windra balik menatap kedua pupil Kundra, Kundra hanya tersenyum kecil mengang sudut bibirnya. Kundara menggeleng kecil, lalu ia menarik nafas nya dalam.
"Windra, lu jalanin hidup lu, gue jalanin hidup gue, itu bakal lebih baik, lebih baik lagi kalau lu lupain gue, seakan kita ga pernah ketemu sebelumnya. " Balas kundara. Balasan kundara kali ini berhasil membuat jantung Windra berdegup cukup kencang. Salju mulai turun.
"Bahkan bukan sebagai teman kundara? " Mata Windra berkaca kaca kali ini, kacamatanya mulai berkabut akibat dinginnya cuaca hari itu.
"Engga, gue harap ini bakal jadi pertemuan terakhir kundara sama Windra, kundara sibuk Windra juga sibuk, itu bakal lebih mudah. " Kundara mengangkat kedua alisnya, mencoba meyakinkan Windra.
"Oke, gue ngerti Kun, gue harap jangan jadi pria bodoh kesepian, makasih. " Ucap Windra terakhir kali, lalu pria itu meninggalkan Kundra.semakin larut malam, salju semakin berdatangan. Mata Windra yang sedaritadi hanya berkaca kaca, kini mulai basah.
Wiindra duduk dibawah ranting pohon, terdapat kursi taman disana. Ia menendang nendang butiran salju yang halus, terkadang ia tersenyum sambil melihat ke langit malam.
"Bahkan hari ulang tahun gue ga ngizini gue buat menyampaikan apa yang ada dibenak gue."
.
.
."Selamat pagi kundara ganteng. " Kata kata tersebut adalah kata kata yang selalu dilontarkan Amanda, tetangga kundara.
"Selamat pagi Amanda cantik, gue tau apa mau lu. " Balas Kundara yang mematikan selang penyiram tanamannya. kundara kemudian menggulung selamg tersebut dengan piawai, layaknya tukang kebun.
"Sok tau lu , ini dari bunda, ada rendang." Amanda memberikan rantang kepada kundara sambil tersenyum, Namun kundaratidak membalas senyuman Amanda.
"Seperti biasa gue dicuekin padahal niatan baik nganterin makanan, gue pergi lah. " Kata Amanda saat melihat kundara yang sibuk memberi makan anjingnya setelah ia menerima rendang pemberian Amanda.
"Makasih Amanda. " Kata kundara namun ia terus memperhatikan anjingnya.
Begitulah mereka hampir setiap hari, tapi Amanda bersyukur mengenal Kundara, tetangga sekaligus sahabatnya itu. Walau belum lama saling kenal, tetapi Amanda mengganggap kundara sebagai keluarga.
Begitu juga dengan Kundara, yang terlihat dingin dihadapan Amanda, namun ia memiliki rasa sayang terhadap Amanda. Kundara yang biasanya merasa kesepIn kini tertepis dengan kehadiran Amanda dan keluarganya, keluarga hangat nan harmonis membuat siapa saja iri.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kundara
Teen Fiction"Kundara itu engga pintar, engga juga sombong, atau anti sosial, kundara itu kesepian, punya hidup kelam. Kundara sosok sok kuat yang pernah aku temui. Kundara menyibukkan dirinya dengan hal ga penting yang pernah aku ketahui,"