Part 4

5.8K 675 41
                                    

Pagi hari seperti biasa Jaehyun akan mengantarkan Mark terlebih dahulu ke TK nya baru setelahnya Jaehyun akan ke tempat kerja part timenya.

"Magu jangan nakal oke? Nanti papa jemput kaya biasa"

"Oke papa" Mark menganggukkan kepalanya tanda mengerti akan ucapan sang papa.

Matahari semakin menjulang tinggi ke atas, menandakan hari sudah semakin siang. Bel berbunyi tanda kegiatan hari ini telah usai, membuat para anak-anak berlarian untuk menghampiri orang tua masing-masing yang menjemput mereka.

Mark keluar dari kelasnya dengan tergesa-gesa, Ia rindu dengan sang papa sehingga ingin cepat-cepat pula berada di pelukan sang papa. Kepalanya menengok ke kiri dan kanan, memastikan keberadaan Jaehyun. Alisnya mengernyit, bibir mengerucut kecil.

"Papa mana? Magu udah pulang papa" monolog Mark sendirian.

"Apa papa masih kerja? Magu tunggu di ayunan aja deh"

Mark berjalan dengan gontai ke arah ayunan yang berada di taman TK nya. Menaikinya dan mengayunkan sedikit untuk menunggu Jaehyun datang menjemputnya.

Detik berganti menit, menit berganti jam, sudah terhitung 2 jam Mark menunggu Jaehyun. Tapi Jaehyun sama sekali tak menampakkan batang hidungnya. Guru-gurunya sudah menanyakan dan bersedia menemani Mark tetapi Mark tolak dengan senyum merekahnya.

Dengan keputusan bulat akhirnya Mark berjalan pulang ke rumahnya seorang diri. Menjalankan kaki-kaki kecilnya sambil memastikan benar atau tidaknya jalan yang Ia lalui. Mark tidak marah dengan Jaehyun, Ia hanya berfikir mungkin sang papa memang masih bekerja sehingga melupakannya. Mark tau papanya pasti capek.

Entah mengapa jalanan hari itu sangat ramai. Mark berdiri bersama orang-orang untuk menunggu lampu bagi pejalan kaki menyebrang menyala. Ketika lampu tanda pejalan kaki menyala, orang-orang berbondong-bondong melewati jalanan. Tubuh kecil Mark tertutupi oleh banyaknya orang-orang.

Tanpa di sadari Mark, dari arah belakang ada seseorang yang berlari dengan cepat dan secepat itu pula Mark terjatuh karena senggolan dari orang yang berlari tersebut.

"Auch cakit hiks" Dengkul dan tangan Mark sukses bertemu dengan aspal meninggalkan luka beset dan darah di sekitarnya.

Orang-orang tak ada yang membantunya, sampai lampu tanda pejalan kaki sebentar lagi telah usai dan semakin banyak orang-orang yang cepat-cepat menjalankan kakinya agar sampai di seberang jalan.

"Hiks papa"

Mark yang masih dalam keadaan jatuh di aspal tiba-tiba ada yang menggendongnya, bertepatan dengan lampu jalan yang berganti tanda bagi kendaraan boleh kembali melaju.

"Don't cry little boy."

"Hiks om keren?" Mark melebarkan matanya masih sambil terisak.

Mark ingat, orang yang menggendongnya saat ini adalah orang yang sama yang mengahalangi jalannya untuk ke toilet di TK nya dan orang yang mengeluarkan mainan pistol dengan gaya yang keren. Ya, setidaknya itu yang Mark ketahui.

Johnny tak memperdulikan pertanyaan yang keluar dari mulut Mark. Ia berjalan ke arah mobilnya berada dan memasukinya beserta Mark yang masih ada di gendongannya.

"Om kita mau ke mana? Hiks"

"Kenapa kau sendirian di jalan tadi?" Pertanyaan di jawab pernyataan. Mark mengedipkan matanya dan mengusap air mata yang sempat membasahi wajahnya.

"Magu mau pulang"

"Sendiri? Ke mana orang tuamu huh?" Johnny tak mengerti mengapa Ia sangat ingin mengetahui tentang bocah kecil yang ada di pangkuannya ini. Tadi pun Ia membantu karena mobilnya merupakan salah satu yang berhenti di lampu merah, mata elangnya melihat siluet anak kecil yang terjatuh. Awalnya Ia masa bodoh, tetapi ketika Johnny memperjelas penglihatannya lagi ternyata anak kecil tersebut adalah anak yang menurutnya menarik ketika Ia berkunjung ke taman kanak-kanak sebelumnya.

FIREFLIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang