Chapter Enam Belas

703 141 32
                                    

Happy Reading💜
.........................................

Jum'at, 1 Oktober 2021

"Shilla." panggil David.

"Iya Pa?" sahut Shilla. Saat ini Shilla sedang berada di ruang keluarga bersama Papanya. Mereka sedang menonton televisi bersama.

"Apa kamu ingin bertemu Mamamu?" tanya David dengan sedikit ragu. Tubuh Shilla terkejut mendengar ucapan Papanya. Selama ini Papanya tidak pernah membahas Mamanya. Dulu, setiap kali ia menanyakan soal keberadaan Mamanya, Papanya selalu terlihat sedih. Karna sering melihat kesedihan di raut wajah Papanya, membuat ia berhenti menanyakan keberadaan Mamanya. Walaupun Shilla sangat ingin sekali bertemu dengan Mamanya.

Shilla mengusap tangan Papanya. Ia memberikan senyum terbaiknya kepada Papanya.

"Shilla memang ingin ketemu sama Mama. Tapi bagaimana dengan Papa? Apa Papa juga siap? Shilla gak mau liat Papa sedih. Shilla akan nunggu Papa siap ketemu sama Mama." David terharu dengan ucapan putri semata wayangnya. Shilla selalu bisa memahami keadaannya. Shilla adalah putri kesayangannya. Selama ini Shilla tidak pernah banyak menuntut apapun padanya. Sudah saatnya ia mempertemukan putrinya pada ibunya. Kemarin ia baru saja bertemu dengan istrinya, ah mungkin mantan istrinya.

"Pa, kenapa Papa tiba-tiba membahas soal Mama? Apakah Papa sudah bertemu dengan Mama?" tanya Shilla. David menghela napasnya.

"Iya. Papa sudah bertemu dengan Mama mu kemarin. Pertemuan itu tanpa disengaja. Setelah bertahun-tahun menghilang, tiba-tiba dia muncul dihadapan Papa." ucap David. Shilla terdiam mendengar ucapan Papanya. Ia juga tidak tau apa alasan Mamanya pergi meninggalkan dirinya dan juga Papanya. Ia tidak berani bertanya pada David.

"Maafin Papa ya, belum bisa jadi orang tua yang baik buat kamu. Nyatanya Papa belum bisa menjadi Ayah sekaligus Ibu buat kamu. Kamu pasti sangat membutuhkan sosok seorang ibu nak." ucap David dengan lirih. Shilla pun memeluk Papanya. Ia tidak setuju dengan ucapan Papanya.

"No Papa! Shilla gak setuju sama ucapan Papa. Memang iya Shilla kangen Mama dan butuh sosok seorang ibu. Tapi, Shilla lebih membutuhkan Papa. Kalau bukan Papa yang ngerawat, mendidik, dan membesarkan Shilla, trus siapa lagi? Papa itu adalah Ayah yang hebat untuk Shilla. Shilla seneng dan bangga punya sosok seorang Ayah seperti Papa. Bagi Shilla, Papa itu adalah segalanya. Terimakasih Papa. Papa yang terbaik." David terharu dengan ucapan putrinya. Ia memeluk putrinya.

"Maaf yaa, Papa gak bisa memberimu kamu kasih orang tua yang utuh. Tapi Papa akan berusaha melakukan apapun untuk kamu. Papa akan berkerja keras agar kehidupan kamu lebih layak, dan semua kemauan kamu bisa kamu dapatkan."

"Aku ngerti, Papa ngelakuin semua ini demi Shilla. Tap, itu semua gak penting buat Shilla, Pa. Ini semua lebih dari cukup, Papa sudah bekerja keras selama ini. Shilla bisa nikmatin semua pemberian Papa, bisa hidup mewah karna Papa. Papa jangan bekerja terlalu keras, Shilla gak mau Papa sakit. Shilla cuma mau, Papa sehat selalu dan menikmati hasil kerja keras Papa selama ini." Oh manisnya putrinya ini. Ia bangga mempunyai putri seperti Shilla.

"Shilla juga tau, jika Papa pulang kerja sampai larut malam, Papa selalu datang ke kamar Shilla kan?" David menatap Shilla dengan raut wajah terkejutnya. Shilla terkekeh pelan.

"Bagaimana kamu tau?" Shilla kembali menghadap kearah televisi itu sambil meminum jus apel yang ia buat.

"Tau dong, kadang Shilla kebangun denger suara pintu terbuka. Shilla mau bangun sih karna Shilla pikir maling.  Tapi gak jadi karna denger suara Papa." ucap Shilla sambil tertawa pelan.

"Kamu denger apa yang Papa bilang?" tanya David. Shilla pun mengangguk semangat.

"Denger, walaupun suara Papa begitu pelan. Setiap Papa pulang lembur Papa selalu ke kamar Shilla, liatin Shilla tidur apa belum. Setelah itu Papa cium kening Shilla. Trus Papa bilang 'selamat malam putri kecil Papa, semoga mimpi yang indah. Papa sangat menyayangimu'. Tapi kalau Papa pulang cepat. Papa gak pernah tu kayak gitu. Papa gengsi kan?" ucap Shilla sambil menaik turunkan alisnya. David pun mengalihkan pandangannya, ia lebih baik menonton televisi. Ia malu karna ketahuan putrinya, tapi ia tidak memperlihatkannya.

Sean Galeno [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang