Bagian 2||Bareng Dia

14 12 1
                                    

-Happy Reading-
Don't forget to Vote and Follow me.

Sekolah sudah sepi namun Dinda masih tetap berada di halte sekolah.
Gadis dengan kacamata bulat berwarna hitam itu meratapi ponsel nya yang mati.

Tadi sepulang sekolah, Jennifer dan geng nya kembali menjahili Dinda.
Rombongan gadis-gadis nakal itu mengurung Dinda di dalam Gudang.
Beruntung saja ia tidak terlalu lama ada di dalam sana karena penjaga sekolah cepat membantunya.

Namun sepertinya hari ini adalah salah satu hari sial dalam hidupnya.
Ponsel yang akan ia gunakan untuk memesan ojek online itu mati.

"Huh..Kenapa harus mati sih" lirih Dinda.

Sedari tadi, gadis berkuncir kuda itu menunggu taksi atau angkutan umum lain yang lewat.

Namun tidak ada satupun dari itu semua yang melintas.

Sekitar sepuluh menit berlalu.

Suara deru motor membuat lamunan Dinda buyar.
Ia mengarahkan pandangannya pada motor ninja hitam yang baru saja terparkir didepan halte.

Laki-laki yang membawa motor itu membuka helm full face hitamnya lalu menatap Dinda dingin.

"Ngapain disini?"

Dinda terpaku.

Itu beneran Bevan?
Laki-laki yang tak sengaja ia tabrak di koridor sekolah.

"Emm..a..anu.."

"anu anu, ngomong yang bener ajg"

Dinda merinding.

"Itu..aku lagi nunggu taksi lewat, tadinya aku mau pesen ojek online tapi hp aku lowbat" adu Dinda pada Bevan.

"Naik".

"Hah?"

"Naik ego".

Dinda berjalan menuju motor ninja hitam milih Bevan.
Namun gadis itu hanya diam menatap jok yang tinggi.

"Cepet".

"Gak bisa..."

Bevan menatap Dinda malas, agak menyesal membantu Dinda.
Tadinya cowok itu hanya niat melintas di jalan depan sekolah, namun seorang gadis yang sendirian di halte membuat fokusnya hilang.
Entah angin dari mana yang membuat Bevan menghampiri gadis itu.

"Ck.Payah"
"Pegang tangan gue". Bevan mengulurkan tangannya pada Dinda.

Dinda menggenggam tangan Bevan lalu duduk di jok belakang.

Jujur saja Dinda agak takut sekarang.

Ini kali pertama Dinda duduk di motor setinggi ini dan BERSAMA SEORANG COWOK.
Tolong garis bawahi itu.

Bevan melajukan motor nya dengan agak cepat.

Dinda yang dibonceng Bevan hampir terjungkal.
Untung saja Dinda berpegangan dengan pegangan motor.

Bevan yang melihat raut wajah takut Dinda tersenyum simpul  dibalik helm full face nya.

"Pegangan."

ADINDA||On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang