Bab 26

361 47 22
                                    

Syera menatap wajahnya di depan cermin, Hari ini mau tidak mau dia harus ke sekolahan karena harus mengurus keberangkatan beberapa hari lagi karena dia tidak bisa mengikuti perpisahan sekolah.

Suara hembusan nafas kasar keluar dari mulut Syera, rasanya dia enggan untuk pergi tapi ini sudah menjadi keputusannya jauh-jauh hari, rasa nyaman yang sekarang hadir dalam hatinya membuat dia begitu enggan meninggalkan Haidar.

Tuhan!!
Kenapa takdirku berbeda.
Aku ingin bersamanya, menikmati masa-masa bersamanya.

Ohh astaga, sepertinya Syera menghayal terlalu tinggi.
Bagaimana bisa dia menghayalkan kebahagiaan itu bersama Haidar, sedangkan Haidar saja tidak pernah mengucapkan kata suka atau bahkan cinta.

Tok

Tok

Syera menoleh ke arah pintu saat sang Ayah sudah berdiri di ambang pintu menunggunya.

"Apa sudah selesai?" Tanyanya.

"Iya Pah." Syera mengambil tas dan menghampiri papahnya.

**

Suasana sekolah begitu ramai karena memang hanya sebagian kelas 12 saja yang libur.

Syera berjalan keruang guru untuk berpamitan, dia sungguh enggan untuk pergi tapi harus tetap pergi.

Sekolah menengahnya telah usai waktunya dia mencari ilmu lain ke negri orang, mengejar masa depannya.

Tok

tok

"Masuk."

"Pagi Pak." Sapa Syera.

Kepala sekolah dan guru-guru yang sedang kumpul pun menoleh ke arah wanita cantik itu.

"Ohh Syera, Silahkan masuk Syer." Ucap Salah satu guru.

Syera pun masuk keruangan itu, tak lupa dia juga menyalami guru-guru seperti kebanyakan murid-murid lain.

Setelah menyalami guru-guru Syera pun duduk di salah satu kursi yang kosong di sana.

Salah satu guru menghela nafas karena tau tujuan Syera datang keruangan itu.

"Kamu beneran mau berangkat besok, apa tidak ikut perpisahan dulu sama anak-anak lain. Pasti temen-teman kamu juga mau melaksanakan perpisahan sekolah bareng-bareng sama kamu."

Syera yang mendengar itu pun hanya tersenyum, benar. Bahkan Syera tak bisa berpamitan atau mengucapkan kata perpisahan pada sahabat-sahabatnya dan juga, Ya. Haidar!!.

"Pengennya sih gitu pak, tapi gimana dong. Saya juga harus persiapan buat tes di sana."

Pak Irwan yang menjadi wali kelas Syera pun beranjak dari duduknya, meskipun Syera berbeda agama tapi dia adalah murid berprestasi kebanggaan di kelasnya.

"Saya mau meluk kamu kalau gitu, tidak apa-apakan?" Tanyanya sedikit melow dan tentu itu memang memancing kesedihan diruangan itu.
Dengan sedikit terkekeh Syera beranjak dari duduknya dan menyambut pelukan pak Irwan.

"Maafin Syera ya, Pak. Selama sekolah di sini selalu bikin rusuh dan bikin bapak darah tinggi." Ucap Syera tulus.

"Tidak Syera, kamu murid ke sayangan Bapak. Jadi anak yang cerdas ya Nak, yang bisa membanggakan keluarga, bangsa dan negara."

"Iya Pak, makasih doanya."

Syera memeluk satu persatu guru yang ada di ruangan itu, suasana begitu melow hingga membuat guru-guru menangis haru.

**

Syera berjalan di kolidor sekolah, tujuannya sekarang adalah Seli, karena Syera memang sekelas dengan Seli.

Hai, Jodoh!! (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang