Part 14 - TAMAT

137 17 7
                                    

#CHPG
#gunungciremai
Ditulis oleh : Aras Anggoro

Aku menjerit histeris sambil terus berontak ketika kurasakan kakiku terasa semakin berat. Sebuah kengerian baru mencengkeramku. Pahaku terasa basah dan dingin seakan ada yang sedang merayap di situ. Tanpa bisa bergerak karena pelukan Seruni, yang dapat kulakukan hanya mengibas-ibaskan apa pun itu dengan tangan kananku yang bebas. Aku tercekat, memang ada sesuatu yang sedang merayap. Tanganku menyentuh sesuatu yang lunak dan basah, dari bau anyirnya yang khas aku langsung tahu sesuatu yang basah ini bukanlah air melainkan darah! Ketika sesuatu itu telah mencapai pinggangku barulah terlihat apa yang sebenarnya sedang merayapi tubuhku. Aku bergidik, mataku terbelalak, jeritanku kian menjadi. Itu adalah jabang bayi Seruni!
Tubuh merah bayi itu belepotan cairan kental bening bercampur darah! Kepalanya yang lebih besar dari tubuhnya terkulai ke belakang saat memanjat pinggangku. Kelopak matanya tertutup, besar dan bengkak, sementara mulutnya yang kecil menutup dan membuka dengan cepat seperti tengah kehabisan udara. Tubuhku menggigil, jeritanku semakin kencang, menggema ke setiap sudut hutan.

Dengan panik kukibaskan tubuhku berharap bayi itu jatuh, namun jari-jarinya yang kecil itu terus mencengkeram pinggangku. Aku kian histeris karena dia terus merayap naik. Dengan sekuat tenaga kudorong kepalanya yang basah berlendir, jari-jariku amblas ke dalam kepalanya! Bersamaan dengan tawa Seruni aku menjerit histeris.

Sebuah tangan pucat muncul dari balik kabut, mencengkeram dan menarikku lepas dari kedua makhluk menjijikkan itu.

Tubuhku terhuyung ke depan, tarikan tangan orang itu begitu kencang. Tawa cekikikan Seruni terdengar lagi, membahana di belakangku. Kabut menipis dengan cepat, tapi dimana orang itu? Di depanku jalanan setapak terjal yang dihimpit belukar hanya menyisakan kabut tipis. Orang itu tak ada dimana pun. Tangan siapa tadi yang menarikku?

Tak mau pikir panjang lagi, secepatnya aku bergerak menjauh dari tempat itu. Seruni dan bayinya entah dimana, namun suara cekikikannya sesekali terdengar di belakang sana.

Tak kupedulikan rasa nyeri di paha dan betisku. Aku terus berlari, jatuh dan bangun lagi, tak ada apa pun yang kupikirkan selain terus bergerak menjauh.

Dengan tangan gemetar kuraba bungkusan pembawa petaka itu di kantong celanaku. Ada sedikit rasa tenang mengetahui benda sialan itu masih ada di tempatnya, jika benda itu terjatuh, habislah sudah.

Tanpa orang itu dan Adi, jalur turun ini terasa mencekam. Setiap meter yang kulewati benar-benar sebuah perjuangan. Kabut di sekitarku jelas menyembunyikan banyak mata yang tengah memperhatikanku bergerak dengan canggung. Sewaktu-waktu bisa saja pemilik mata-mata itu mewujud di depanku dalam bentuk-bentuk yang mampu membekukan darahku.

Alunan gending gamelan mengalun di kejauhan. Tubuhku merinding mendengar alunannya yang mendayu-dayu seakan memanggilku kembali. Walau dengan nafas yang tak beraturan dan kaki yang semakin nyeri, kupaksa untuk terus berlari. Jantung dan paru-paruku seperti hendak meledak, nyeri di perutku tak terkatakan lagi sakitnya namun membayangkan ekspresi wajah Seruni yang menyeret bayinya selalu mampu membatalkan niatku untuk berhenti.

Lalu tangan pucat di dalam kabut tadi, semakin aku memikirkan semakin aku ketakutan. Mungkin aku salah sangka, cengkeramannya padaku tak dimaksudkan untuk menolong, tapi memang berniat merenggutku. Tapi siapa? Kilasan wajah-wajah menakutkan berseliweran di pikiranku; Nyi Linggi, hantu pendaki, hantu orang desa, perempuan-perempuan berwajah rusak, pocong, kepala menggelinding, Kalong wewe.. kutepis pikiran-pikiran menakutkan itu menjauh.

Kemudian nama yang terpahat di kuburan lama itu, aku bahkan tak berani meneruskan pikiranku. Tapi jika benar, itu menjelaskan kemunculannya yang tepat pada waktunya, juga keberaniannya, pengetahuannya dan terutama ketenangannya. Tapi dimana dia sekarang? Semoga tak terjadi sesuatu padanya karena telah menolongku malam ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Cerita Horor NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang