Lift dan Ruangan Putih

12 3 0
                                    

Keesokan harinya……

Matahari mulai memasuki kamar tempat Arvi beristirahat, Arvi terbangun dan melihat kasurnya yang berantakan bahkan ada bantal yang jatuh dari kasur Arvi beristirahat.

Pemandangan tersebut nampaknya sudah menjadi hal biasa baginya seperti laki-laki pada umumnya mungkin yang tidur tidak bisa diam.

Arvi beruntung karna sempat bertemu Ibu pemilik warung semalam karna tanpanya Arvi tidak tau banyak informasi mengenai tempat ini termasuk hotel yang ia tempati sekarang ini.Arvi pun segera membereskan kasur dan barang-barangnya disana untuk pergi bekerja.

Pekerjaan baru, suasana Baru,dan tempat tinggal baru semuanya baru bagi Arvi seolah terlahir kembali di tempat asing yang orang-orang sekitar sangat ramah kepadanya.Sungguh menyenangkan ucap Arvi.

Dengan percaya diri Arvi keluar dari hotel menuju kantornya yang kebetulan tidak jauh dari situ, Nampak orang orang dari yang muda sampai orang dewasa yang lalu-lalang di depannya.

Tidak sedikit juga orang yang melihat Arvi dengan tatapan aneh, tanpa memikirkannya Arvi tetap berjalan dengan senyum lebar pada wajahnya.

Sesampainya di kantor Arvi langsung bertemu dengan Pak Salim selaku pemimpin dari perusahaan tempat Arvi bekerja, dengan sedikit gugup Arvi berbicara mengenai pekerjaannya dan sedikit basa basi untuk mendapatkan hati sang pemimpin yang bijaksana itu.

Usai dijelaskan Arvi diarahkan menuju meja kerjanya pada lantai dua tempat tersebut, Nampak sekitar belasan meja kerja berjejer disana lengkap dengan alat tulis dan satu set komputer.

Arvi yang mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidangnya yaitu DKV(desain komunikasi visual) senang bisa bekerja di tempat ini.

Selain di beritahu meja kerjanya Arvi pun dikenalkan kepada beberapa karyawan yang berada disana diantaranya Hilal, Nava, dan Icha yang duduk berdekatan dengan meja kerja Arvi.

Arvi termenung melihat salah satu wanita yang dikenalkan oleh Pak Salim, ia tidak bisa memungkiri bahwa wanita itu sangat cantik dalam benaknya.

“hey, bengong aja liatin cewek cantik mah bisa kapan aja kali hahaha.” Ucap Hilal dengan nada bercanda disana disambung dengan tertawa yang lain juga.

Setelah mereka saling berkenalan dan sedikit berbincang-bincang, tidak dalam waktu lama mereka jadi akrab satu sama lain.

Bukan hanya sekedar ramah tapi ini yang dibutuhkan orang-orang di luar sana dalam lingkungan pekerjaannya, lingkungan yang positif canda tawa pun menyertai keseharian Arvi dan yang lain disana.

Sore hari pun hadir matahari yang tadi baru muncul sekarang segera tenggelam dan digantikan tugasnya oleh sang bulan, sehabis berpisah dengan teman-teman kerjanya, Arvi pun pulang ke hotel.

Semua biaya pada hotel tersebut telah ditangguhkan oleh bossnya,  Arvi hanya perlu bekerja dengan giat agar tidak mengecewakan bossnya.

Tetapi saat jalan keluar dari kantornya, Arvi tidak sengaja berpapasan dengan seorang Gadis yang pada saat itu memakai seragam SMA.

Arvi yang memperhatikan gadis tersebut melihat gadis itu sempat berhenti pada ruko yang dikatakan Ibu pemilik warung Berhantu, namun gadis itu hanya berhenti sebentar dan segera kembali berjalan menuju ke arah yang bersebrangan dengan Arvi.

Sesampainya di hotel Arvi segera membaringkan tubuhnya pada kasur yang lembut dan nyaman itu, tak sengaja Arvi pun mulai mengantuk dan terlelap disana dengan memakai kemeja bahkan kaos kaki yang belum di lepasnya.

Arvi tersadar ia berada disebuah Lift sebuah gedung.Lift itu nampak tidak asing baginya, lift dengan interior bercorak kayu yang membuat kesan elegan sekaligus natural saat berada di dalamnya.

Lift itu bergerak dari lantai 5 menuju lantai 17 bahkan Arvi tidak menekan tombol apa-apa sama sekali disana setelah pintu terbuka terlihat sebuah lorong panjang yang memiliki dinding putih di setiap sisinya tanpa ada noda sedikitpun.

Namun tak berselang lama pintu lift kembali tertutup dan angka disana menunjukkan lift bergerak ke lantai 11.

Usai pintu terbuka hal yang sama terjadi hanya ada sebuah lorong yang amat sangat panjang serta dinding putih tanpa noda,tetapi berbeda pada lantai kali ini terdapat sebuah meja kaca di tengah lorong tersebut.

Tanpa Ragu Arvi menghampiri meja itu dan Nampak sebuah bekas telapak tangan berlumuran darah pada bagian sisi meja tersebut.

Beberapa saat kemudian Arvi merasa ada hal yang janggal disana, dimana mulai terdapat bercak telapak tangan darah di dinding-dinding lorong.

Karena dinding yang berwarna putih makin memperjelas setiap bercak tangan itu yang awalnya hanya di sekitar Arvi kini bercak tersebut semakin banyak dan mulai menyelimuti dinding disana, dinding yang awalnya putih bersih sekarang berubah menjadi darah membuat seisi lorong seperti lautan darah yang ingin menenggelamkannya disana.

Dream messageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang