BAB ENAM BELAS

6 2 0
                                    

Mata gue terpaku ke arah tangan Davin.

Apakah setelah penantian lama gue akhirnya merasakan juga sebuah perlakuan romantis?

"Nih lap sendiri pake tisu," ucap Davin sembari memberikan selembar tisu.

Gagal, guys.

Mengambil tisu dari tangan Davin lalu mengelap kotoran di pipi kiri gue sesuai dengan yang diberitahukan Davin. Ekspektasi gue sih dibersihin kek apa kek ini malah disuruh lap sendiri. Satu hal yang gue bisa ambil dari kejadian ini: jangan berekspektasi.

"Gue laper deh," ucap gue memecah keheningan.

"Lah lo kan lagi makan roti. Gimana ceritanya bisa laper padahal lagi makan?" Davin menanggapi.

"Ya kalo bisa kenapa enggak?" Gue berdiri dari posisi duduk lalu berdiri lalu mengecek apakah ada makanan di kulkas.

Di kulkas hanya ada brokoli, bayam, pepaya, mangga, pisang, jambu. Dibawa dari Pasar Minggu. Eh, jangan jadi pada nyanyi ya kalian tapi ini merupakan sebuah fakta kalau di kulkas rumah gue isinya daging, buah-buahan dan sayur-sayuran tok.

Gak bisa nih gue kayak gini.

I need micin in my life.

Biasanya kalo orang tuanya masak makanan sehat terus, anak-anaknya pasti punya tempat penyimpanan rahasia yang isinya makanan tidak bermutu.

Totally can relate karena gue sendiri pun punya tempat penyimpanan rahasia yang berada di laci meja belajar.

Sebelum pergi menuju ke atas untuk melihat tempat penyimpanan rahasia, gue berkata kepada Davin, "Gue mau ngambil sesuatu. Lo disini aja dan tetap lanjutin apa ya gue suruh, oke?

"Oke."

Bergegas ke kamar dan mengecek tempat penyimpanan rahasia gue. Ada chiki, mie instan, sama cimol mozzarella. Enak kali nih kalo kita makan cimol mozzarella hari ini.

Turun ke bawah dengan membawa cimol mozarella di tangan dan memakai pakaian perang yaitu helm dan jas hujan.

"Weh, cosplay jadi darth vader lo?" ucap Davin ketika melihat gue menuruni tangga.

Menengok ke arah Davin dengan menggunakan helm, gue menjawab, "Nggak. Mau goreng cimol."

***

Jadi juga deh nih cimol mozzarella. Cakep banget dah gue gorengnya. Bulet sempurna. Aman juga dari pletak-pletok. Jas hujan dan helm adalah kunci.

Kembali ke ruang tamu dan menaruh cimol mozzarella yang sudah ditaburi bumbu khasnya di atas meja ruang tamu.

"Makan nih cimol mozza-"

Jiah, dia tidur.

Literally dia tidur dengan Shelby yang juga ikutan tidur di pangkuan dia. Dasar para laki-laki lemah.

Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri kalau that's quite cute.

Gue memutuskan untuk melanjutkan melukis sambil sesekali memakan cimol yang enak banget ini.

Tiga puluh menit berlalu baru terlihat Davin menggeliat dan bangun dari tidurnya.

"Selamat pagi, Pak Davin. Kemarin malam habis ngeronda, Pak?" tanya gue seraya melanjutkan melukis. Lukisan Mbak Ginevra sudah 90% selesai.

"Hm," Davin menjawab sambil menatap gue dan lukisan gue secara bergantian mungkin dia masih setengah sadar. Orang yang masih setengah sadar kalo dikagetin langsung sadar gak sih?

"Maaf ya. Cimolnya udah ludes." Saking gak sadar ngemil cimolnya terus, sekarang gak ada sisa deh buat si Davin. Salah dia sendiri sih pake acara tidur segala kan jadi gak tega gue buat bangunin dia cuma buat makan cimol.

Davin menguap dan secara random berkata, "Bagi nomor telepon lo dong."

"Abis mimpi apa lo tadi? Bangun-bangun nanyanya nomor telepon," balas gue.

Davin menguap sekali lagi seraya menggelengkan kepalanya menjawab, "Gak tau mimpi apa. Lupa."

"Kita pake email aja gimana? Kalo nomor telepon terlalu mainstream," usul gue.

Muka Davin saat mendengar usulan gue seakan-akan berkata, 'Aneh amat nih orang' tapi setuju juga dengan usulan gue akhirnya kita bertukar alamat email.

Sekitar jam setengah empat sore, lukisan Mbak Ginevra sudah selesai dilukis dan Davin bersiap untuk pulang.

"Bye, bro! Makasih dan hati-hati di jalan!" Gue mengucapkan selamat tinggal kepada Davin. Jujurly, gue juga gak ngerti kenapa gue bilang hati-hati di jalan mengingat rumah kita cuma beda gang.

Davin melangkah menjauh dan melambaikan tangannya lalu berkata, "Jangan kangen gue ya."

Wadidaw, sifat pedenya sudah mendarah daging.

Ketika sosok Davin sudah menghilang, gue menutup gerbang dan berjalan masuk ke dalam rumah kembali. Pikiran gue sudah ngalor ngidul karena banyak banget hal gue mau lakukan sehabis ini. Maskeran, nonton film, bermain tic tac toe, minum coklat panas tapi tunggu ngomong-ngomong soal minum...

...tadi gue kasih Davin minum gak ya?

***

Happy second mensiversary you guys! I love you as much as I love this chapter.

Have a good day!

- Dep's

She: The Beginning [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang