Chapter 20

1.5K 192 5
                                    

Di Hotel sebelum pernikahan
.
.

.

"Jadi, kau dan Joohyun pernah berkencan?" Chaeyoung berdecak sesaat saat mengeringkan rambut gadisnya. Jennie mengangguk.

"Ya, kurang lebih. Tapi tidak lama, Ibunya tidak menyukaiku."

Chaeyoung tertawa pelan. Ia membungkus rambut Jennie dengan handuk. "Itu sebabnya, kau membalasnya tadi."

"Aku hanya memberi sedikit pelajaran." cetus Jennie. Bibirnya mengerucut sempurna.

Chaeyoung tersenyum. Ia duduk di sebelah Jennie dan mengangkat tubuh si gadis, mendudukkannya di pangkuan menghadapnya. Mata sipit itu menatap dalam mata kucing si gadis.

"Kau masih mencintainya?"

Jennie tertawa geli. "Tentu saja tidak!"

"Lalu apa saat ini kau menyukai seseorang?"

"M-mwo?"

Chaeyoung menaik-turunkan alisnya, membuat pipi Jennie memerah— setengah sebal, setengah malu.

"Hmm?"

"Ne!" Jennie berteriak sedikit. "Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Ani." Chaeyoung kembali menatap mata Jennie. "Aku berfikir untuk mengakhiri kontrak kita."

Mata Jennie membulat. Mengakhiri kontrak? Berarti Chaeyoung akan membuangnya? Jantung Jennie berdetak cepat. Segala kemungkinan buruk mengisi kepalanya. Jennie menunduk. Suasana hening sampai—

"Aku mencintaimu."

Kepala Jennie terangkat. Mata itu kembali menatap bola mata sang Putra Mahkota. Wanita itu tersenyum, sungguh tampan. Batin Jennie.

"Aku mencintaimu, Kim Jennie. Mari lupakan kontrak itu, menikahlah denganku."

Mata Jennie mulai berkaca-kaca. Pelukannya pada Chaeyoung mengendur. Wanita blonde itu masih menatapnya dalam— membakar tulang Jennie hingga rapuh.

Tidak ada jawaban berlanjut dari Jennie. Kedua tangan langsing itu memeluk leher kokoh Chaeyoung, menariknya dalam satu hentakan dan mencium bibir Chaeyoung dalam.

Ciuman pertama mereka sebagai sepasang kekasih terasa begitu manis. Jennie menikmati setiap friksi keindahannya.

"Aku juga mencintaimu, Yang Mulia."

.

.

"Conium Maculatum."

"Apa?" Chaeyoung menyahut.

Dokter istana yang duduk di kursi di samping meja Chaeyoung mengatur nafasnya. Ia menyerahkan beberapa lembar kertas keatas meja sang Raja dengan sikap sopan. Lim berdiri tenang, ikut mendengarkan penjelasan demi penjelasan.

"Racun itu, Yang Mulia." Dokter membenarkan letak kacamatanya. "..adalah racun yang sama dengan racun yang membunuh Socrates, ratusan tahun silam."

"Dan ini yang membunuh Menteri Seo?"

Dokter itu mengangguk. "Benar, Yang Mulia. Kadar yang terdapat di dasar gelas wine itu terlalu besar, bahkan cukup membunuh lebih dari satu orang. Para peneliti laboraturium juga menemukan serbuk kasar akar tanaman Hemlock, dimana konsentrasi Conium Maculatum begitu besar."

Chaeyoung menghela nafas. Ia menaruh berkas-berkas tersebut diatas meja dan bersandar di kursi kebesarannya— sambil memijat pelipisnya.

"Silahkan kembali, Dokter. Terima Kasih atas kerja kerasmu."

Red String (Chaennie 🔞) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang