PART 11 (Lomba)

1 0 0
                                    


"...Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus dari rahmat Allah melainkan orang orang yang kufur."- Q.S Yusuf:87


Pagi ini aku merasa hilang semangat, entah mengapa.

"Apa ini karena gugup yang menguasai? Atau aku sakit ya?" aku berbicara pada diriku sendiri di depan cermin sembari memakai kerudung putih berbaju batik hijau kebanggaan sekolah dan celana kain hitam.

Bismillahirahmanirrahim

Allahumma Yassir Wa La Tu'assir

hanya itu Do'a yang mampu ku panjatkan untuk pagi ini, sisa nyak u ikhtiarkan kepada Allah.

"Ummi, Syafa pergi dulu ya, Assalamu'alaikum," aku berpamitan ku cium tangan Ummi.

"Wa'alaikumsalam. Semangat ya belajarnya hari ini." Ummi mengusap puncak kepala ku.

"Oh iya Ummi, Syafa hampir lupa, bahwa sebenarnya Syafa hari ini tidak sekolah, melainkan mau pergi lomba. Kebetulan di amanahkan sebagai perwakilan sekolah dalam lomba Bahasa Inggris, Brain Battle Competition. Mohon Do'a dan restunya ya Ummi." Aku menatapnya penuh harap.

"Wahh begitu, iya, pasti Ummi do'akan Syafa." beliau merangkul ku ke dekapan hangatnya.

"Makasih Ummi, Sudah ya mi." Pamitku sekali lagi.

15 menit menempuh perjalanan, akhirnya aku sampai di sekolah.

"Helm nya? Kenapa tidak dilepas?," Abah menatapku keheranan.

"Tidak Bah, hari ini helm nya Syafa bawa, nanti Insya Allah pulangnya juga sama Rini, teman kelas," aku mencium punggung tangannya.

"Selamat berlomba, semoga hasilnya memuaskan," sederhana tapi sangat bermakna untuk semangatku pagi ini

Pagi ini aku lewat dari pintu masuk gedung sebelah kiri dekat musholla, kemudian melalui selasar ruang guru, sudah ku dapati Rini, Arsa, dan para senior lainnya berkumpul sembari duduk-duduk di kursi yang tersedia.

"Syafa, mau ke mana?" Rini megenggam pergelangan tanganku.

"Mau ke kelas lah," aku melepaskan genggamannya.

"Kamu lupa ya hari ini kita lomba? Ini kita semua sudah pada ngumpul, kamu malah mau ke kelas." Celotehnya.

"Ku pikir kita masing-masing masuk ke kelas, nanti akan di panggil melalui guru piket yang mengantarjan surat IP." Jelasku menatap Rini untuk meyakinkannya.

"Awalnya begitu, tapi tadi kata Mam Eris kita langsung pergi, nanti surat IP nya akan diurus sama guru piket," timpal Ahmad.

"Oh begitu yaa, baiklah, lalu apa yang kita tunggu di sini? Kan sudah lengkap?" aku melihat mereka satu persatu.

"Kita tunggu instruksi dari Mam Eris dan Mam Yanti, beliau masih di dalam kantor," Jelas Irsyad.

"Ayo, sudah lengkap kan? Surat IP sudah aman, ayo kita pergi," ajak Mam Eris kemudian di susul Mam Yanti di belakangnya.

Kali ini aku hanya diam saja, sambil memperhatikan sekitar, hitung-hitung menjaga materi di dalam ingatan agar tak hambar.

"Syafa? Kamu sehat?," Rini melihat ku dari spion untuk memastikan aku baik-baik saja.

"Ya? Aku baik-baik saja haha," aku mengacungkan jempol untuk meyakinkannya.

"Benar? Ku pikir kau sakit, kalau sakit atau apalah itu beritahu aku ya," sahutnya.

5 Di Masa SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang