Prolog

5 0 0
                                    

Sebagai murid teladan di Cleverity High School Galen benar-benar menjadi salah satu tokoh sekolah yang paling di kenal dengan julukan perusuh.

Seperti sekarang, ia benar-benar meruntuki adiknya yang tiba-tiba saja menyuruhnya untuk membeli sebuah Cake yang katanya akan ia berikan kepada temannya sebagai ucapan selamat.

Tanpa membuang waktu, Galen segera mengambil kunci motornya lalu memakai jaket hitam berbahan kulit karena baginya di dalam situasi apa pun pesonanya tidak boleh berkurang sedikit pun.

"Bang! Jangan lupa nama Cake-nya, Victoria Sponge Cake!" teriak gadis yang berdiri di ambang pintu melihat kakaknya yang sedang menyalakan mesin motornya.

"Berisik lo!" ketus Galen lalu memakai helm full face nya.

Gadis itu terkikik geli, ia tahu kakaknya pasti sedang panik karena ia tahu ini adalah hari sekolah.

"Enggak usah ketus kayak gitu, jelek tahu, tenang aja, lo nggak bakalan telat masuk sekolah,"

Galen membuka kaca helmnya, "Lo lupa ini hari apa?"

Yang di tanya pun bersikap seperti orang tidak tahu, "Senin?"

"Dan lo bilang tenang? Stres!"

Gradien pun tertawa, "Kebiasaan bolos juga bisa-bisanya lo beralasan panik."

Tanpa mendengarkan ocehan adiknya, Galen pun segera pergi menuju Bakery, setelah itu ia akan pergi ke sekolahannya. Ia pikir waktu dua puluh menit cukup untuk menghindari ocehan guru yang selalu berdiri di depan gerbang.

Setelah menempuh sekitar sepuluh menit, ia akhirnya tiba di sebuah bangunan yang menguarkan aroma kue yang sedikit membuatnya tergugah.

Sweetie Cake.

Tanpa menunggu lama, Galen pun segera melangkah memasuki bakery, dan menuju bagian pemesanan. Ia menatap sekelilingnya, tidak ada yang berubah. Warna Bakery ini benar-benar cocok dengan namanya, manis. Dengan tembok berwarna pink pastel di padukan dengan warna putih dan merah lembut membuat kesan yang sangat manis.

"Ada yang bisa di bantu?" tanya seorang wanita dengan memakai seragam Sweetie Cake, Galen pun menatap wanita itu.

"Saya pesan Victoria Sponge Ca-"

"Mba saya pesan Victoria Sponge Cake-nya ya."

Galen terdiam ketika ucapannya terpotong oleh seseorang yang baru saja berdiri di sebelahnya dengan nafas yang terdengar tak beraturan.

Galen menoleh dan melihat seorang gadis tengah mengatur nafasnya, ia mengerjap, tidak, Galen tidak pernah melihatnya.

"Sorry?"

Gadis itu pun mendongak dengan peluh yang sedikit membasahi keningnya.

"Kenapa?" tanya gadis itu dengan nafas yang sudah mulai membaik.

"Lo ngambil antrian gue," jelas Galen membuat gadis itu mengerutkan keningnya.

"Ngambil? Gue bilang lebih awal dari lo."

Galen menghela nafas, paginya benar-benar buruk. Ia pun mengangguk lalu menatap kembali wanita di depannya.

"Saya pesan Victoria Sponge Cake."

"Maaf Mas, Cake yang itu sudah habis stok dan belum ada stok lainnya, hanya tersisa satu untuk mba-nya." jelasnya membuat Galen tidak terima.

"Tapi saya yang pertama ada di depan Mba, kenapa bisa..."

"Lo cerewet banget sih,"

"Harusnya lo minta maaf karena udah ngambil Cake yang mau gue beli." kesal Galen menatap gadis itu kesal.

"Nyolot banget sih?! Lagian kenapa lo enggak bilang cepet-cepet hah?"

"Gue udah bilang! Tapi lo asal nyerobot." terang Galen.

"Lo-"

"Maaf mba, atas nama siapa?"

"Atas nama Acasha Cathleen Eleanor."

Galen yang masih berdiri pun tak sengaja mendengar ucapan gadis yang bernama Acasha.

"Ini kembaliannya, terima kasih."

Acasha pun mengangguk lalu berbali menuju pintu keluar, namun saat hendak meraih handle pintu sebuah tangan memegang ranselnya. Ia pun berbalik.

"Apa lagi?" tanya Acasha mencoba bersikap baik kepada lelaki yang berada di hadapannya.

"Lo harus tanggung jawab."

"Tanggung jawab apa? Gue enggak buat kesalahan,"

"Cake gue?"

Mendengar itu, Acasha pun memutar matanya jengah. "Bisa kan lo pesan yang lain, ribet amat sih."

"Astaga! Lo nyebelin banget sih?" Galen kembali kesal. Gadis itu benar-benar menyebalkan.

"Lalu? Gue harus apa?"

"Batalin pesanan lo."

"Enggak."

Bantahan Acasha membuat Galen di rundung kegelisahan, ia pun melihat jam yang melingkar di tangannya.

"Gue telat. Kalau ada apa-apa, lo ingat nama gue, Acasha."

Acasha pun beranjak meninggalkan Galen yang masih mematung menatap kepergiannya.

"Acasha?"

AbsquatulateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang