Navya duduk dipojok ruangan sempit ini. Ia sengaja mengurungkan diri karena tidak ingin mendengar pertengkaran antara kedua orang tuanya. Selalu saja ia tertekan akan hal ini, diumurnya yang saat ini masih menginjak 7 tahun membuat Navya tidak bisa berkutik selain menjauh dan menghindar. Jika mendekat dia hanya akan kena marah.
Navya bukanlah satu-satunya anak dikeluarga ini, ia memiliki satu orang Kakak yang bernama Aiko. Umur mereka hanya berjarak satu tahun. Aiko memiliki kepribadian yang sangat berbeda dengan Navya. Jika Navya introvert, maka Aiko sebaliknya. Aiko mudah akrab dengan orang lain, mempunyai banyak teman dan juga menjadi kebanggaan kedua orang tuanya. Sangat berbeda dengan Navya, dia pemalu dan pendiam namun menjadi kesayangan Eyang.
Harusnya Navya tidak sendiri menghadapi situasi ini. Harusnya Aiko ada bersamanya, sebagai seorang saudara harusnya mereka saling menguatkan, tapi Aiko egois. Ia tidak memperdulikan Navya dirumah seorang diri dengan kedua orangtuanya yang sedang bertengkar, karena Aiko merasa bahwa ia tak perlu ribut tentang masalah itu. Sampai ia tidak peduli juga.
Navya sesegukan, nafasnya naik turun. Air mata dikelopak matanya terus menetes, ia terus menyebut satu nama yang menjadi sumber ketenangan nya. “Eyang....aku takut."
Tak lama terdengar suara benda jatuh. Sangat nyaring, membuat Navya terkejut dan menabrak meja dibelakang nya. Kepalanya seketika pusing, pandangan didepannya buram, ia tidak kuat lagi, badannya pun tidak sanggup menahan beban, hingga rasanya semua menjadi gelap, dan secara tiba-tiba ia terjatuh dan pingsan diruangan ini.
*****
Mendengar kabar telah terjadi sesuatu pada cucu kesayangan nya, dengan terburu-buru Eyang mendatangi rumah sakit tempat Navya dilarikan. Karena faktor usia, Eyang tidak bisa lari secara cepat, namun ia meminta bantuan kursi roda dan dibawa keruangan Navy sesegera mungkin. Perasaan nya tidak enak, tanpa bertanya ia sudah tahu apa sebab akibat cucu kesayangan nya itu terbaring dirumah sakit ini.
"Bagaimana keadaan Navya?" tanya Eyang begitu memasuki ruangan tempat Navya dirawat, disana ada perawat dan kedua orang tua Navya.
“Dia baik-baik saja Eyang. Hanya—
“Diam kamu!”bentak Eyang pada Feni, ibu kandung Navya.
Saat itu juga Eyang langsung turun dari kursi roda dan menghampiri Navya, mengecek secara langsung mengenai keadaan cucunya yang terbaring lemah, Eyang dapat melihat benturan kecil didahi Navya dan juga wajah Navya yang memucat serta matanya yang membengkak.
Feni dan Irwan sangat was-was ketika Eyang berbalik badan dan menghadap ke mereka berdua, sorot matanya sangat tajam.
“Saya tahu apa yang telah kalian lakukan pada Navya! Apa kalian tidak punya sedikit rasa kasihan sama anak kecil seperti Navya? Kenapa kalian sangat jahat padanya!”
Feni langsung menghampiri Eyang, berniat menenangkan nya supaya tidak membuat keributan dirumah sakit ini. Karena itu akan membuat Feni sangat malu.
"Eyang tenang dulu, bukan seperti itu ceritanya." Didekapnya Eyang oleh Feni supaya amarahnya meredam.
Eyang berontak. Melepas tangan Feni yang menyentuh tubuhnya, rasanya sangat sakit jika berperilaku seperti ini kepada anak sendiri, tapi apa boleh buat, Feni sangat salah. Ia sudah berulang kali diingatkan agar tidak bertengkar secara terang-terangan didepan Navya, apalagi berlaku tidak adil pada Navya, karena itu akan membuat Eyang sangat marah.
"Tidak usah beralasan, saya males ribut. Kalian pulang saja, biar Navya saya yang urus jika kalian enggan mengurusnya." ucap Eyang secara lantang.
"Engga Eyang, bagaimana pun Navya tetap anak aku. Aku yang pantas merawat dan menjaganya. Eyang tidak bisa ambil alih begitu saja." Irwan menolak perkataan Eyang.
"Kalo begitu buktikan! Saya malu punya mantu yang tidak becus mengurus cucu kesayangan saya."
"Bukan kami yang tidak becus Eyang, tapi Navya yang susah dikasih tau, dia keras kepala. Buktinya Aiko baik-baik saja karena kami becus merawatnya, tidak seperti Navya, dikasih tau malah ngelawan. Bagaimana kami tidak sering memarahinya jika dia begitu terus-menerus?" ujar Irwan.
"Iya Eyang, yang dibilang mas Irwan benar. Navya sangat sulit dibilangin, ia selalu melawan, sekarang Eyang tahu kan cucu kesayangan Eyang itu bagaimana sikapnya?" kata Feni membantu Irwan.
"Tahu, saya sangat tahu bagaimana sikap cucu kesayangan saya. Oleh karena itu saya tidak percaya omongan kalian. Jadi kalian silahkan keluar."
Feni dan Irwan melongo. Tidak menyangka dengan jawaban Eyang yang masih bersih keras membela cucu kesayangan nya. Disela percakapan, ternyata Aiko sudah ada didepan pintu, penjaga rumah yang mengantarkannya kesini. Ketika Aiko mendengar perkataan Eyang, dalam hatinya ia sangat iri karena Eyang begitu sayang pada Navya. Tidak dengannya.
*****
Hai semuanya!
Selamat datang di lapak cerita aku.
Aku berharap banget kalian bisa terus
stay dan suka sama cerita aku🥺🥺Walaupun aku tahu cerita ini masih jauh dari kata sempurna, but.. I hope your enthusiasm will make me successful in making this story.
anw! Sebagai permulaan maafin ya kalo kepanjangan gini, seterusnya bakal pendek kok, ini sebagai perkenalan aja✌️
and ya..segini aja dari aku, salam kenal ya para readers atau author yang ikut membaca cerita ini, yuk kita sama-sama semangat bikin cerita!💘🥰
—4 okt 21
KAMU SEDANG MEMBACA
Worthless Angel
Teen FictionNavya bagaikan malaikat, namun bedanya ia tak dianggap. Kebaikannya hanya menjadi angin lalu, namun keburukannya selalu diingat. ©2021 by starkidoo Enjoy this story! Hope you enjoy and like it, thank you