studentxteacher(KageHina)2

2.5K 184 15
                                    

Kalo ada typo abaikan aja

~♥~

Matahari di pagi hari itu tampak muncul malu-malu, menyinari sebagian bumi. Di dalam kamar temaram dengan cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah gorden, tampak di kasur tertidur dua pemuda berbeda warna rambut sedang tertidur pulas dengan saling berpelukan.

Tidak. Lebih tepatnya dengan yang lebih besar memerangkapkan yang kecil seperti bantal guling.

Pemuda bersurai jingga itu bangun, matanya perlahan terbuka menampilkan manik madu yang cerah dan tampak polos. Ia mengerjap sedikit, membiasakan dengan cahaya matahari yang menimpa wajahnya. Tubuhnya terbalut kemeja putih yang tampak pas di tubuh mungilnya, dengan bercak merah yang untungnya hanya sedikit.

Saat pemuda jingga itu sudah membuka mata sepenuhnya, ia menggeliat -mencoba duduk- tapi tangan besar itu menahan pinggangnya. "ngh? Apa ini?" tanyanya dengan nada malas khas bangun tidur. Lalu sedetik kemudian ia terbelalak ketika sekelebat ingatan tentang kejadian kemaren memasuki pikirannya. Membuatnya secara perlahan membalik tubuhnya menghadap belakangnya.

Hanya untuk menemukan pemuda tampan dengan surai raven yang tampak damai dalam tidurnya. Itu muridnya! Nafas Shouyo memburu, wajahnya memerah padam. Dengan cepat ia melihat sekeliling, bukan ruang pribadinya, tapi sebuah kamar yang terlihat asing.

Lalu tiba-tiba wajahnya memerah, teringat kembali dengan apa yang terjadi di ruang pribadinya. Bisa-bisanya dia melebarkan kakinya seperti itu di hadapan muridnya! Sialan! Shouyo malu sekarang!

Bagaimana jika ada yang mendengar mereka melakukan hal tersebut? Bagaimana jika ada kamera pengawas tersembunyi? Bagaimana jika kepala sekolah mengetahui hal ini? Bagaimana jika nanti dia di pecat? Jadi gelandangan yang tak punya pekerjaan? Bagaimana--

"ngh sensei~ kau sudah bangun" suara serak khas bangun tidur itu terdengar dari sampingnya, dengan tubuh yang menggeliat malas di balik selimut. Tangan berotot hasil dari latihan rutin itu makin melingkar di pinggang ramping Shouyo, membuat sang empu tersentak kaget.

Bak

Buk

Bak

Entah kerasukan apa, Shouyo dengan kecepatan kilat mengambil bantal yang tadi menjadi sandaran kepalanya. Dan dengan tidak punya hatinya, ia mulai memukuli kepala sang murid yang masih setengah sadar dengan bantal tersebut.

Bak

Buk

"aduh-duh! Sensei!--" suara Kageyama tertahan karena bantal yang menerjang wajahnya dengan membabi buta. Membuatnya tak bisa berbicara dengan jelas.

Bak

Buk

"a-apa ya--ng kau la--lakukan, sensei?!" Shouyo menulikan pendengarannya. Masih terus memukuli sang murid dengan wajah yang memerah padam.

Bak

Buk

Berharap dengan pukulannya sang murid akan jatuh pingsan dan lupa ingatan. Dan dia akan tetap bisa berjalan dengan dua kakinya tanpa harus merasa malu.

Bak

Buk

Atau jika cara ini masih tak bisa, ia akan mengubur dirinya sendiri hidup-hidup. Atau lompat dari gedung sekolah! Atau--

"Hinata Shouyo!" teriak Kageyama dengan nada kesal sembari menyebut nama lengkap sang guru fisika yang masih saja memukulinya dengan bantal. Tangannya dengan keras memegang bantal tersebut agar berhenti memukulinya.

Oneshoot/twoshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang