Rangga mengetuk-ngetukan jarinya ke meja kaca di ruangannya, hatinya gelisah ketika ia harus meninggalkan tanah air tanpa mengetahui siapa gadis yang di perkosanya tiga bulan yang lalu. Memang, ia sudah meminta bantuan pada sahabatnya, Leo, untuk mencari tau keberadaan gadis itu, tapi ada rasa bersalah yang diam-diam menyelinap dan tinggal di hati Rangga selama tiga bulan ini.
Lalu, apa yang bisa ia lakukan? Ia tidak mungkin meminta pada Papanya untuk tetap tinggal di Indonesia, karena Papanya pasti akan menanyakan alasannya dan Rangga belum siap untuk mengakui kesalahannya itu, dan lagi, tujuan Papanya mengirim Rangga ke Amerika selain karena untuk mengurus perusahaan disana, itu juga untuk menghindari perjodohannya dengan Jihan. Ya, ternyata Rina, bundanya serius ingin menjodohkannya dengan anak temannya itu.
Kembali Rangga bergelung dengan pikirannya. Kurang dari delapan jam lagi ia harus meninggalkan tanah airnya. Pikirannya berkecamuk antara tetap tinggal dan pergi memenuhi permintaan Papanya. Namun, kalau ia tinggal disini, apa alasan untuk membatalkannya?
Ketukan pintu ruangan Rangga-pun tak ia dengar karena begitu kalutnya dengan pikirannya. Sampai akhirnya dua orang perempuan masuk, yang satu tersenyum bahagia campur sedih dan yang satunya lagi tersenyum ringan.
"MASSSSS," gadis yang tersenyum bahagia dan sedih itu langsung menerjang Rangga dan memeluknya erat, membuat Rangga yang tak menyadari kehadiran mereka hampir terjengkang ke belakang.
"Mas mau pergi ya malem ini? Muna ikut dong, Mas," rengek gadis itu. Muna, adik bungsunya.
Rangga hanya mengelus kepala adiknya sayang, "udah kamu sekolah dulu aja, baru nyusul Mas ke sana," ucap Rangga. Lalu ia mengalihkan pandangannya ke perempuan satunya lagi yang masih berdiri di depannya, walau terhalang meja.
Rangga tersenyum pada gadis itu, "Hai, Seruni," ucap Rangga. Seruni membalas dengan tersenyum juga, tanpa mengeluarkan sepatah kata-pun.
Seruni ikut ke kantor karena yang pasti dipaksa oleh Muna untuk ikut, dan yang kedua karena Muna minta tolong untuk membantunya membawa barang-barang kakaknya itu, karena Rangga bilang hari ini dia ngga akan pulang lagi, dia mau menyelesaikan pekerjaannya sampai malam, lalu dia akan berangkat ke bandara diantar supir kantor.
Melihat senyum ringan yang ada di bibir merah muda Seruni, membuat Rangga teringat akan pertemuan pertama mereka, di pinggir jalan, saat Seruni hampir tertabrak dan ia menolongnya.
Flashback ON
Seruni memandang orang yang jatuh sambil memeluknya, tatapan bingung begitu tergambar jelas di mata Seruni. Namun pada akhirnya ia mengangguk. "Saya ngga apa-apa" ucap Seruni kaku.
Orang itu membantu Seruni untuk berdiri, sampai akhirnya suara nyaring yang begitu Seruni kenal hinggap ke indra pendengaran mereka.
"Seruni ngga kenapa-napa kan?" tanyanya, belum Seruni menjawab, perempuan dengan suara nyaring itu sudah berbicara lagi. "Huuuh, Mas Rangga emang keren banget! Tadi kaya superman!"
Rangga tersenyum kaku pada adiknya, lalu ia tersenyum canggung pada perempuan yang baru ia tolong. Rangga, lelaki itu merasa ada getaran hebat saat melihat senyum perempuan di hadapannya begitu manis, tulus dan apa adanya. Tak ada sandiwara yang tergambar di mata beningnya. Rambutnya yang dikuncir satu tak begitu panjang, dan ada rona merah di pipi gadis itu saat mata mereka saling bertatapan. Membuat keduanya canggung dan saling terdiam.
Melihat kecanggungan diantara dua orang itu, membuat Muna terkikik geli. "Aduuuh, ada yang salting gitu," canda Muna dan langsung mendapat pelototan dari Rangga, sedangkan rona merah di pipi Seruni semakin mencuat keluar dan Seruni hanya menundukkan kepalanya malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRS [1] : Night Accident ✅
Любовные романыIni tidak seperti dongeng Cinderella yang menghadiri pesta dansa, sepatunya tertinggal dan Pangeran mencarinya. Ini bukan tentang Belle yang dikurung dalam istana Pangeran Buruk Rupa lalu mereka berdansa dan saling mencintai. Ini tak serumit itu. In...