Aku Jimin. Karena hari ini aku tidak ada jadwal apapun, aku akan menceritakan sepenggal kisah yang kuharap bisa menghibur kalian yang mungkin juga sedang tidak memiliki kegiatan apapun. Aku tidak berjanji bahwa kisahku akan menarik, namun kurasa tidak ada salahnya mencoba.
Ini kisah tentangku dan mantan kekasihku. Yoongi namanya. Jimin dan Yoongi. Orang-orang disekitar kami kerap mengatakan bahwa dilihat dari nama kami saja, kami terlihat cocok dan mereka bahkan berani menjamin bahwa hubungan kami tak akan pernah usai. Saat itu aku hanya tertawa dan mengaminkan dalam hati. Namun yang tidak aku tahu saat itu mungkin Yoongi tidak turut mengaminkan perkataan orang-orang. Padahal yang aku tahu bahwa perkataan bisa menjadi doa, maka aku sangat berharap.
Biar aku jabarkan seberapa besar rasa cintaku padanya. Aku bahkan masih mengingat jelas kali pertama aku dan dia bertemu meski sudah terhitung 7 tahun aku tak melihatnya atau sekedar tahu kabarnya. Saat itu aku duduk di bangku kelas dua Hybe National Senior High School. Aku bukan murid yang mencolok, namun juga bukan tipe kutu buku yang tak terlihat. Aku Jimin, murid yang biasa-biasa saja.
Hari itu hari Jumat. Aku hendak pulang dengan bus, namun hujan tiba-tiba turun dengan derasnya jadi aku memutuskan untuk menunggu beberapa saat di dalam sekolah bersama murid lainnya yang juga bernasib sama. Lama kelamaan, mungkin mereka jenuh sehingga mereka memutuskan untuk menerobos hujan dan melebur menjadi satu dengan air hujan. Sementara aku masih betah duduk di bangku yang terletak di depan kelas dengan tas hitam masih ku gendong.
Kemudian, dari kejauhan aku melihat seseorang berlari dari depan sekolahku menuju halte. Entah apa yang orang itu miliki tapi ia berhasil memikatku. Maksudku, dia berhasil mengunci pandanganku. Saat itu aku berpikir dia terlihat keren, jadi aku memutuskan untuk mengikuti jejaknya yang tak takut kebasahan. Beruntung, aku tidak tergelincir sama sekali dengan sol sepatu yang sudah menipis. Tiba di halte, aku melihatnya. Seseorang yang tadi kulihat sedang duduk di bagian paling ujung, jadi aku juga duduk di ujung lainnya sehingga menciptakan jarak yang besar di antara kami.
Entah dia laki-laki atau perempuan, namun feelingku mengatakan dia laki-laki karena dia memakai training dan meski perawakannya terlihat tak lebih besar dariku namun aku bisa merasakan auranya yang keren. Tanpa sadar aku terus menatapnya. Terus memperhatikan gerak-geriknya bak stalker. Beruntung dia tidak menyadarinya, atau mungkin belum. Kulihat dia mengibaskan jaketnya yang basah. Ah, dia juga menutup seluruh kepalanya dengan jaket sehingga aku sama sekali tidak bisa melihat bagaimana rupanya.
Aku terlihat seperti wanita yang diam-diam menggilai laki-laki yang ia lihat di halte.
Bagian terbaiknya adalah ketika dia perlahan membuka jaket hitam basahnya dan betapa terkejutnya aku. Dua hal yang membuatku terkejut adalah karena dia mengenakan seragam yang sama denganku, berarti kami berada di sekolah yang sama. Yang kedua yang lebih mengejutkan adalah fakta bahwa dia perempuan. Iya, rambut pendek sebahu yang terlihat acak-acakan juga setengah basah membuatku benar-benar terpana. Tapi aku sama sekali belum melihat wajahnya.
Namun, bisa aku pastikan dia sangat cantik dengan aura yang dia miliki. Dia terlihat kuat, auranya tidak main-main. Aku rasa aku jatuh cinta pandangan pertama di halte di tengah hujan. kulihat dia berusaha merapikan rambutnya kemudian converse high nya yang terlihat berat karena basah. beberapa detik kemudian, aku dibuat terkejut untuk kesekian kalinya karena gadis itu tiba-tiba menoleh ke arahku dan berhasil membuatku mati kutu.
Sungguh, meski aku tengah terkejut tapi aku tidak bisa untuk tidak memuji parasnya. Kata cantik saja kurasa tidak akan cukup. Aku harus segera mengalihkan pandangan. Sadar, Jimin. "Apa ada yang bisa kubantu?", tanyanya ramah membuatku kembali menatapnya, kini dengan lebih berani.
"Ah, tidak. Hanya saja, ternyata kita dari sekolah yang sama"
Gadis itu rupanya juga baru menyadari. Ia melihat seragam yang ia kenakan dan membandingkannya dengan milikku kemudian mengangguk sopan. Tidak kusangka, suara dan kepribadiannya sangat lembut, feminin sekali jika dibandingkan dengan wajahnya yang terlihat keras dan keren. Setelah itu, kami diam. Hanya ada suara hujan dan kendaraan yang masih lalu lalang. Dia tidak lagi berbicara dan tidak melakukan gerakan berarti namun aku masih betah memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagine Yoongi As
Historia Corta[genderswitch] bayangin yoongi jadi apa aja yang kalian mau. yoongi gs