Bab 5. Di Ambang Batas Kewarasan

1.3K 206 34
                                    

Humaira tidak tahu harus berbuat apa. Kepalanya hanya bisa tertunduk pada piring kosong di hadapannya, tidak berani dialihkan kemanapun. Sebab, sedikit saja dia mendongak, bagian tubuh Fahri--seperti tangan, misalnya--bisa membawa ingatannya pada malam tragedi mengerikan itu.

Hati nuraninya terus mengutuk kesalahan masa lalu yang pernah mencintai papa angkatnya ini. Namun, logikanya menyanggah bahwa dia tidak sepenuhnya bersalah. Bunda Rani lah yang selalu mengurung dirinya di rumah Ijen, tanpa boleh diizinkan keluar, bahkan berada di halaman depan pun tidak boleh berlama-lama. Menuntut ilmu juga dilakukan di dalam rumah dengan memanggil guru dan belajar secara privat atau mengikuti ujian secara online.

Humaira memang sengaja dipingit, tidak boleh bertemu dengan lawan jenis. Satu-satunya lelaki yang boleh dia temui hanyalah Fahri, papa angkatnya. Selain itu, Bunda Rani selalu memberi doktrin bahwa lelaki yang pantas dijadikan suami adalah lelaki yang seperti Fahri, berparas tampan, berpostur tubuh tegap, berperangai tegas tetapi penuh tanggung jawab, dan pekerja keras.

Mau tidak mau, lama kelamaan, Humaira jatuh hati pada papa angkatnya meskipun pria itu sudah beristrikan Maria. Dirundung rasa benci terhadap menantunya itu, Bunda Rani juga telah mendoktrin anak asuhnya bahwa poligami sangat diperbolehkan dalam Islam. Jadi, Humaira sama sekali tidak merasa bersalah mencintai Fahri. Saat itu.

Tetapi kemudian, semua doktrin itu luntur bahkan tersapu bersih ketika dia pindah ke rumah Fahri di Permata Jingga. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Humaira bertemu dengan Liand, pemuda seumuran yang tak kalah tampan, baik hati, dan juga ceria. Liand hadir dan memberi wawasan luas tentang indahnya kehidupan remaja seusia mereka. Pemuda itu mengajak Humaira berkeliling kota Malang, menjelajahi setiap sudutnya, lalu singgah pada kampung warna-warni yang sangat menakjubkan. Humaira baru sadar bahwa seharusnya, kehidupannya penuh warna seperti kampung pelangi yang mereka kunjungi. Bukan melulu soal pernikahan dan mendapatkan keturunan dari Papa Fahri. Bersama Liand, kehidupannya jauh lebih indah dibandingkan dengan kehidupan yang dia jalani selama ini.

Sejak saat itu, hatinya berpindah pada Liand, tidak lagi dibutakan oleh doktrin Bunda Rani. Apalagi, dia juga menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa rasa sayang Fahri padanya bukan sebagai kekasih, melainkan hanya sebagai anak dan bapak angkat. Sejak tinggal di rumah Permata Jingga, Humaira melihat betapa Fahri sangat mencintai Maria. Meskipun wanita itu belum juga dikaruniai anak sampai sekarang.

Namun, malang tak dapat ditolak. Badai kifarah datang dan memporak porandakan pertalian cintanya dengan Liand. Bunda Rani melarangnya menerima pinangan Liand. Lalu, ketika Liand sudah berangkat ke Leeds untuk kuliah, wanita tua itu memintanya pindah ke rumah Ijen lagi. Suatu malam, Bunda Rani mengundang Fahri untuk makan malam bersama di rumah Ijen. Siapa sangka, makanan milik Fahri dan milik Humaira ternyata sudah diberi obat perangsang. Ketika Fahri beristirahat di kamar karena merasa tidak enak badan, Bunda Rani menyuruh Humaira menyuguhkan wedang jahe. Saat Humaira sudah berada di dalam kamar Fahri, Bunda Rani mengunci pintunya dari luar lalu membiarkan putra dan anak asuhnya terjebak dalam hasrat gairah yang sudah direncanakan.

Nahas, Fahri sangat murka setelah mengetahui bahwa bundanya sengaja menjebaknya meniduri Humaira. Pria itu bahkan tega memutus hubungan, menyebabkan wanita itu terkena serangan jantung lalu meninggal dunia dengan sangat mengenaskan. Meskipun cucu yang digadang-gadang berhasil dikandung dan dilahirkan Humaira, tetapi maut telah mencabut nyawa Rani lebih dulu. Sungguh ironis.

"Ada kabar gembira, Mai."

Suara lembut Maria menginterupsi lamunan panjang Humaira. Kepalanya terdongak secara spontan. "Kabar gembira apa, Ma?"

Wajah oriental yang tak pernah melunturkan kecantikan meski usianya hampir mencapai empat puluh tujuh itu menyunggingkan senyuman. "Mama hamil."

Mata biru Humaira terbelalak mendengar kabar mengejutkan itu. "Masyaa Allah, hamil, Ma?"

Toxic Temptation NEW VERSION (Versi Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang