Chapter 12

30 12 2
                                    

Bismillahirrahmanirrahim ✨

Chapter 12

🕊️

"Jadi cat nya warna warni, ya?" monolog Jeky.

Saat ini keempat remaja itu sudah berada di dalam toko perlengkapan kesenian.

Awalnya Rafka tak mau mengizinkan  Arya untuk ikut dengan mereka, namun karena bujukan dari kedua sahabatnya, akhirnya ia mengiyakan Arya ikut.

"Kalo cuma satu warna ntar gak jadi warna warni gambarnya, kek hidup lo, abu-abu," canda Rafka.

Jeky masih melihat-lihat beberapa cat akrilik yang berjejeran di rak. Matanya menatap jejeran cat itu kagum.

"Ternyata melukis nggak segampang apa yang gue kira, ya?"

"Kalo gini mending gue batalin aja ikut lomba itu," kata Jeky yang mengeluh.

Rafka memegang bahu Jeky, "semangat, dong! Belum apa-apa masa udah ngeluh dulu?"

"Tapi kayanya bakal susah, Raf, gue gak pandai menggambar sama mewarnai," jawab Jeky.

"Bisa, lo pasti bisa! Asal mau berusaha, ntar gue ajarin cara ngelukis dengan benar," Rafka kembali menyemangati agar Jeky semangat dalam mengikuti lomba.

Tanpa sadar, bibir Syarif tertarik sedikit ke atas membentuk senyum tipis "gue harap lo beneran tulus bantu Jeky, Raf."

"Mas, mending lo beli semua jenis ukuran kuas, biar ntar kalo pas ngelukis lo nggak bingung mau make kuas yang mana," saran Arya.

"Ada gunanya juga ni anak ikut," batin Rafka.

Jeky mengangguk, "boleh juga saran lo, ntar bantuin gue pilihin kuas yang bagus, ya?"

"Siip!"

Rafka mengambil beberapa cat akrilik yang berbeda warna. Dari yang berwarna gelap sampai yang berwarna  terang.

"Segini aja dulu, ntar kalo kurang gampang beli lagi," kata Rafka sambil meletakkan cat akrilik terakhir yang di ambilnya ke dalam keranjang.

"Kayanya mending langsung beli banyak aja, deh, Raf, biar nggak bolak balik," tutur Jeky.

"Nggak usah, segini aja udah banyak, kok. Sekarang kita cari kuasnya, kalo kanvas lo nggak usah beli, gue ada banyak di rumah," jawab Rafka.

Mereka berempat kemudian kembali melanjutkan pencarian letak kuas. Netra mereka melihat sekeliling, siapa tau nemu barang yang cocok untuk di angkut.

"Itu jejeran kuas!" tunjuk Arya pada rak yang berada di pojok.

"Nah, ayo kita samperin," jawab Jeky.

Keempat remaja itu berjalan menuju rak yang berisikan berbagai macam jenis kuas. Setelah semuanya di temukan, mereka segera ke kasir dan membayarnya.

"Udah malam, nih, lanjut besok aja kita belajar ngelukisnya," ucap Rafka saat melihat langit yang sudah gelap.

Syarif mengangguk, "iya, besok aja, kalo sekarang nanggung."

Rafka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang