Bayu

960 6 0
                                    

[여러분, 안녕! Such a long journey, tak terasa sudah menginjak bagian ke-16. Itu artinya cerita pendek yang panjang dan terkadang norak ini sudah memasuki konflik-konflik tahap akhir. Whoops! I said what?? Haha. Terima kasih untuk kalian -siapapun itu- yang telah meluangkan waktu membaca cerita ini. Kalau sekarang kau membaca tulisan "INI", berarti kau sudah membaca dari awal...anggap saja begitu. Dan yang terakhir -mungkin ini adalah pesan/komentar terakhir dari author- cerita ini terbuka untuk siapapun yang mau berkomentar, entah itu saran kritik atau pesan kesan. Hah, apaa? Novel?? Oke, lain kali aku akan menyebut cerita seperti ini sebagai 'novel', bukan 'cerpen'...ㅋㅋㅋ. Goodbye & see you next time~ Wattpad들, 행쇼! :) ]

***

Tuk…tuk…tuk. Suara langkah kaki memecah keheningan koridor di depan lab Fisika. Dia mencari sosok yang sudah sedari tadi dia ikuti. Ditolehkannya kepalanya ke arah kiri dan kanan, namun yang dia cari tetap tak terlihat. Tiba-tiba seseorang berdiri di belakang mengagetkannya, “Cari siapa, ya?”

Wajahnya tampak pucat, matanya membesar, jantungnya bekerja semakin cepat tanda dia ketakutan. Tapi apa yang dia takutkan?

Gadis yang tadi dia ikuti sekarang ada di hadapannya, dengan lantang dia berkata, “Kenapa? Kamu kelihatan ketakutan. Bukan aku kan yang kau takuti?”. Pandangan gadis itu tak kalah berani dari langkahnya yang begitu mantap berjalan ke arahnya. “Kamu sudah mengikutiku sejak lama kan?”

Dia masih bergeming. Pikirannya kacau karena bingung dengan langkah selanjutnya yang harus dia lakukan.

“Eng…enggak. Aku kaget karena kamu tiba-tiba ada di sini. Bukannya tadi di sini sepi ya?” Dia menjawab sambil berusaha tersenyum, senyum kaku yang susah payah dia tunjukkan, semata-mata untuk mengecoh lawan bicaranya.

Tapi gadis itu tak langsung percaya. Matanya menyipit, pandangannya semakin terfokus ke arah pemuda asing yang berdiri di depannya.

“Kamu lagi cari orang ya? Hehe. Kayaknya kamu salah orang.” Tak ingin berlama-lama, dia segera pergi meninggalkan gadis itu sendirian di koridor.

***

Mataku menutup rapat, tepat saat Pak Joni keluar kelas setelah memberi PR Matematika.

Aku sudah nggak tahaaannn! Kenapa kantuk ini harus melanda di saat-saat krusial begini? Nggak sopan…Aduh, ini gara-gara semalam aku insomnia lagi. Sampai kapan aku harus jadi makhluk nokturnal seperti ini, hah?! Tolong dong, pikiran nggak penting mending ke laut aja!

Ini lagi…kenapa di kelas IPS ini aku masih harus bertemu dengan guru itu? Benar-benar…Pak Joni itu kalau ngajar kayak cuma ngomong berdua sama whiteboard, tau nggak? Begitu udah nulis angka-angka di whiteboard, dia pasti langsung menjelaskan -err…daripada menjelaskan, aku lebih melihatnya seperti lagi ngomong sendiri- dan nggak akan menoleh ke belakang sampai apa yang mau dia omongin itu keluar semua. Kalau begitu, mana kita ngerti ya? Lha tulisannya aja ketutupan begitu. Terus ntar dia pasti nanya, ada yang belum jelas?? Kalau saja menjawab jujur bisa membuatku menjadi murid paling pintar di kelas, aku akan menjawab semua yang dijelaskannya itu tak bisa dimengerti. Sayangnya menjawab pertanyaannya tak membuatku bisa mengerti lebih banyak. Itu kalau dia hanya mengulang penjelasan dengan cara yang sama, kalau menjawab pertanyaannya malah membuatnya marah? Lain lagi ceritanya, mungkin nasibku akan berakhir seperti Luki.

Luki, cowok paling kepo sekelas, akhirnya berhadapan juga dengan lawan yang salah…salah banget! Pernah suatu ketika Luki terang-terangan mengatakan secara gamblang kalau dia tak mengerti dengan materi yang dijelaskan, bahkan secara implisit dia menyinggung gaya pengajaran Pak Joni yang kolot. Bah! Perang dunia, langsung. Memang bukan hanya Luki yang merasa demikian, Pak Joni sendiri mungkin juga tahu itu, namun bukan aku atau teman-teman yang lain yang melakukan hal seperti itu. Jadi sepertinya nama si Luki sudah masuk daftar murid yang di-blacklist Pak Joni. Good job, Luki. Hehe. Sepertinya kamu belum mengenal Pak Joni, aku maklum, berhubung kelasmu tak pernah diajar olehnya.

Cuma Kamu...Titik!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang