Chapter 10

263 23 8
                                    

-Satu minggu kemudian-

'Sangyeon, appa sedang sakit. Dan ada masalah di perusahaan kita yang di New York. Eomma tidak bisa mengurus semuanya sendiri, bisakah kau kesini secepatnya?'

Laki-laki tampan bertubuh atletis bernama Sangyeon itu sedang duduk termangu di kursi kerjanya. Sekarang baru pukul empat sore, satu jam lagi sebelum jam pulang kantor, tapi laki-laki itu sedang enggan menyelesaikan pekerjaannya sekarang. Kalimat-kalimat itu berputar di otaknya. Sms dari sang ibu yang memintanya datang ke New York untuk mengurus perusahaan keluarganya yang bermasalah dan ayahnya yang sedang sakit.

Apa yang membuat seorang Sangyeon galau dengan permintaan ibunya itu? Tentu saja Choi Chanhee, adiknya. Pasalnya, kini ia tinggal di Jepang bersama adiknya, tidak seperti dulu di mana ketika ia masih tinggal sendiri. Ia tidak mungkin pergi ke New York begitu saja dan meninggalkan Chanhee sendiri di Tokyo. Apalagi sekarang adiknya itu tidak dalam kondisi baik-baik saja. Tapi di sisi lain, tidak mungkin juga jika ia tidak pergi ke New York menemui kedua orangtuanya, karena mereka membutuhkan Sangyeon.

Sangyeon mengusap wajahnya pelan, bingung dengan apa yang harus dilakukan. Ia teringat pada adiknya, Chanhee. Beberapa hari yang lalu, Juyeon sudah dibawa pergi ke China oleh Jacob dan itu membuat adiknya jatuh sakit. Belakangan ini Chanhee menjadi pemurung, suka menangis sendiri, tidak mau makan, mengurung diri dikamar, dan yang paling parah dia jadi mudah pingsan karena tubuhnya yang sudah lemah itu semakin tertekan oleh pikirannya akan Juyeon. Chanhee menjadi stress setelah kepergian Juyeon.

Dalam kondisi seperti itu, tentu saja mustahil jika ia meninggalkan Chanhee sendirian di Tokyo. Tapi, jika ia membawa Chanhee ikut dengannya, akan membuat kondisi Chanhee semakin parah. Sekarang Juyeon sudah tidak ada, kepada siapa ia bisa menitipkan Chanhee?

Sangyeon menutup matanya. Membiarkan pikirannya relax sebentar, sampai akhirnya ia teringat sesuatu dan langsung menghubungi seseorang dengan ponselnya. "Halo? Younghoon? Ada yang harus kubicarakan denganmu."

***

Younghoon tersenyum lebar mengingat percakapannya dengan Sangyeon tadi. Sangyeon bercerita bahwa ia harus pergi ke New York karena ayahnya sedang sakit dan ada masalah dengan perusahaan keluarganya yang berada di sana. Ia tidak bisa meninggalkan Chanhee sendirian di Tokyo, jadi ia meminta Younghoon untuk menjaga Chanhee selama ia pergi.

Karena kondisi kesehatan Chanhee yang lemah dan mengingat ia masih stress dan sering pingsan tiba-tiba, Sangyeon meminta Younghoon untuk tinggal bersama Chanhee agar adiknya itu bisa diawasi oleh Younghoon selama 24 jam. Tentu saja Younghoon senang mendengarnya. Ia pun menyanggupi permintaan Sangyeon dengan senang hati dan berjanji akan menjaga Chanhee sebaik-baiknya. Bagaimana Younghoon tidak senang jika Sangyeon sendiri yang memintanya menjaga Chanhee selama Sangyeon pergi? Itu artinya, Sangyeon sudah sangat percaya padanya dan ia akan menghabiskan waktu bersama Chanhee lagi. Dan siapa tahu, jika ia tinggal bersama Chanhee, Chanhee bisa mencintainya lagi seperti dulu. Betapa senangnya Younghoon membayangkan itu semua.

***

"Chanhee, Hyung pergi dulu ya. Younghoon, jaga adikku baik-baik, mengerti?" kata Sangyeon sambil menepuk bahu Younghoon.

Younghoon mengangguk mantap menjawab perkataan Sangyeon. "Pasti, Hyung. Selamat jalan, hati-hati ya."

Kini pandangan Sangyeon beralih ke arah Chanhee. "Aku pergi dulu, jaga dirimu baik-baik ya, Chanhee? Kau harus makan, jangan murung terus. Oke?"

Chanhee hanya mengangguk perlahan mengiyakan perkataan kakaknya itu. Sangyeon tersenyum lalu menyempatkan diri memeluk adiknya dan juga mencium dahinya sebelum masuk ke dalam pesawat yang akan membawanya pergi ke New York.

Bbangnyu - Our Destiny [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang