Teman-temanmu tak pernah lelah untuk mempertingatkanmu agar selalu berhati-hati pada Haitani Bersaudara. Meski tampak luarnya begitu mempesona, percayalah, mereka adalah orang yang berbahaya.
Penguasa Roppongi, itulah julukan Kakak beradik tersebut. Bukan rahasia lagi bahwa keduanya selalu keluar masuk penjara karena terlibat masalah dengan beberapa Genk di kota. Bahkan katanya, dua orang yang selalu bersama itu pernah membunuh orang. Sudah jelas kalau mereka adalah berandalan, yang mana artinya selalu melibatkan kekerasan. Tapi siapa yang peduli? Kau senang berteman dengan kedua orang itu. Meski terkenal dengan kenakalan mereka, baik Ran maupun Rindou selalu bersikap baik padamu.
Yah, mungkin tidak di awal pertemuan kalian. Ran bahkan pernah berencana untuk memukulmu dengan tongkat besi ketika kau memanggilnya dengan sebutan "Kakak kepang yang cantik". Hey, bukan salahmu mengira kalau Ran itu perempuan! Siapa suruh rambut panjangnya dikepang ala-ala gadis desa? Sudah begitu, mukanya cantik pula. Kau bahkan sempat insecure dengan kemulusan kulit wajahnya.
"Besok aku dan Rindou mau pergi nonton Toman lawan Valhalla, kau mau ikut?" tanya Ran ketika laki-laki itu mengantarmu pulang pada suatu malam begitu shift kerjamu di sebuah minimarket selesai.
Padahal kau sudah menolak tawaran itu, tapi Ran tetap kekeuh pada pendiriannya. Tidak baik perempuan berjalan sendirian malam-malam, banyak preman, katanya. Padahal dia sendiri bos-nya preman, tapi ya sudahlah. Mungkin Ran sedang lupa diri. Karena alasan tersebut, jadilah Ran selalu datang ke tempat kerja begitu shift-mu selesai. Hal itu terus berlanjut, hingga saat ini.
"Kau mengajakku nonton orang saling adu jotos? Serius?" Kau menatap Ran yang kini tertawa dengan tatapan tidak percaya.
"Kenapa? Itu seru, tau."
"Orang mah ngajak cewek tuh nonton bioskop, Ran. Bukan nonton tawuran."
"Oh?" Ran menoleh padamu dengan seringai menggoda di wajahnya. "Jadi kau ingin aku mengajakmu kencan nonton film di bioskop? Hayuk lah gaskeun."
"B-bukan itu maksudku, bodoh!" Kau merutuki suaramu yang tiba-tiba tergagap begitu mendengar kata-katanya.
"Waw, hanya kau yang berani mengataiku bodoh tepat di depan wajahku."
"Itu karena kau memang bodoh."
"Mau ku pentung kepalamu?"
"Ampun, bang jago."
Kau lantas berlari untuk menghindari amukan laki-laki yang sejak tadi berjalan di sampingmu. Menolehkan kepala sesaat hanya untuk menjulurkan lidahmu pada Ran sebelum kembali berlari memasuki rumahmu.
"Si bodoh itu." Laki-laki berambut panjang itu mendengus geli melihat kelakuanmu. Ran tidak pernah menemukan kesenangan selain ketika ia menyiksa lawannya, tapi saat Ran menghabiskan waktu bersamamu walau hanya sebentar, entah kenapa Haitani yang lebih tua itu merasa sangat senang.
.
.
.