Gosib yang beredar 3 hari lalu di SMA Cakrawala bukanlah kabar burung. Hari ini akan ada murid pindahan dari Kanada itu, kepala sekolah sudah mengkonfirmasikan hal ini.
Raka dan El baru saja memasuki kelas mereka. Terlihat Radit sudah berdiri didepan teman-teman kelasnya, sambil membawa sebuah sapu yang dijadikan gitar. Tak lupa Aldi yang kini memegang botol minum bekas, dijadikan mic. Sedangkan Bryan dan Tama duduk dibangku paling depan sambil memukul meja. Mengiringi Aldi yang kini sudah bernyanyi.
Raka sudah duduk dibangkunya. El menyusul Raka sambil geleng-geleng kepala melihat pemandangan pagi itu. Ia tak heran lagi dengan kelakuan sahabatnya itu.
'Jalanku hampa dan kusentuh dia..
Terasa hangat ohh didalam hati
Kupegang erat dan kuhalangi waktu
Tak urung jua kulihatnya pergi'Teman-teman sekelas mereka menikmati konser dadakan itu. Lumayan untuk hiburan pagi-pagi. Mereka akui suara Aldi tak jelek-jelek amat. Masih lumayan lah kalo masuk kuping.
"Kau datang dan pergi oh begitu saja..
Semua kutrima apa adanya..
Mata terpejam dan hati menggumam..
Diruang rindu kita bertemu."Sekelas IPA 1 itupun bernyanyi serentak. Melantunkan lagu Letto-Ruang Rindu. Dan Aldi tersenyum mendengarnya. Ia lambaikan tangan keatas.
Tanpa mereka sadari Bu Rini, sang walikelas mereka sudah berdiri didepan pintu melihat kelakuan ajaib anak-anaknya.
"Aldi, Radit.. Kalian ini ya, selalu buat ricuh dikelas. Sana balik lagi ketempat masing-masing." Tegur Bu Rini, yang sudah capek menghadapi kelakuan para most wanted sekolah itu. Setiap hari ada aja kelakuannya.
Aldi dan Radit nyengir lalu kembali ketempat duduknya. Anak-anak yang lain juga sudah duduk ditempat masing-masing.
"Kalian pasti udah denger akan ada anak baru kan?" Tanya Bu Rini dibalas anggukan serempak satu kelas. "Dan dia akan masuk kekelas ini. Mari nak silahkan masuk." Lanjutnya memanggil anak baru itu. Semua mata tertuju pada pintu masuk.
Mereka sekelas tak menyadari bahwa Bu Rini tadi datang tak sendirian. Terlihat seorang perempuan cantik dengan rambut digerai memasuki kelas mereka. Sampai didepan kelas dia disuruh untuk memperkenalkan diri oleh Bu Rini.
"Kenalin nama gue Kanaya. Panggil aja Naya." Naya mulai melihat teman-teman sekelasnya sambil tersenyum.
Dan senyum itu membuat sekelas ricuh terutama murid-murid cowok. Tentu Aldi yang memimpin sorak sarai kala itu. Suaranya paling jelas terdengar.
Kalian salah besar kalau mengira Raka ikut bersorak. Ia kini masih menelungkupkan kepalanya dilipatan tangan. Ia mendengar semuanya, tapi ia terlalu malas untuk mengangkat kepalanya. Apalagi murid baru itu perempuan. Ia sangat membeci perempuan.
Hingga El menyikut lengannya pelan. Raka menoleh dan El menunjuk dengan kepalanya kebangku depan Tama dan Bryan. Terlihat seorang perempuan duduk membelakanginya. Sendirian, karena bangku itu memang lama kosong. Tapi Raka tak mau tahu dan kembali menutup matanya.
Hari ini kelas mereka free, karena Pak Cahyo-guru matematika-tak masuk sebab sakit.
Aldi tak henti mengajak ngobrol Naya. Bahkan ia sudah meninggalkan bangkunya sendiri dan duduk dibangku sebelah Naya yang kosong. Tak mau kalah, Tama dan Bryan juga ikut nimbrung menanyai Naya.
Tak terasa jam istirat sudah berdenting. Semua murid langsung menyerbu kantin. Begitu pula Naya. Ia berjalan sendirian menuju kantin sekolah. Sebenarnya tadi Aldi sudah menawarkan diri untuk menemaninya. Tapi ia tolak, karena ia akan pergi ketoilet terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA
Teen Fiction"Maaf Ayah, aku masih membenci mereka__" Sebuah luka masa kecilnya, menjadikan dirinya seseorang yang membeci lawan jenisnya. Benci. Kecewa. Dan dendam. Mengaduk menjadi satu dalam hatinya. Apakah ia akan berdamai dengan mereka? Atau malah membeci...