chapter 6

3K 106 0
                                    

****

"Ireona haechan-ah, kami semua disini merindukanmu. Kami rindu dengan segala celotehan dan tingkah konyolmu. Kau tau, rumah jadi terasa hampa tanpa kehadiranmu" ucap jaemin sembari menggenggam tangan haechan.

Jari jemari haechan yang tidak sedang digenggam oleh jaemin perlahan bergerak yang mana menandakan kalau haechan secara perlahan-lahan telah tersadar.

"Jadi kau mengakui jika aku adalah orang yang sangat penting dirumah?" ucap haechan yang baru saja sadar.

"Tentu saja, kau itu adalah orang yang sangat penting. Terlebih untuk membangkitkan mood kita semua" ucap jaemin yang belum sadar kalau haechan telah bangun dari pingsannya.

Haechan tertawa pelan ketika melihat jaemin yang belum juga menyadari keadaannya, diam-diam haechan menyeringai ketika terlintas sebuah ide jail diotak cantiknya untuk mengerjai saudaranya ini.

'Hm, bermain-main sedikit sepertinya menarik'

"Apa kau akan bersedia melakukan apa saja untuk haechan kalau ia bangun nanti?"

"Tentu, jika itu bisa membuatnya bangun" ucap jaemin tanpa sadar.

"Apa saja?" ulang haechan.

"Hm, apa saja" ucap jaemin yang masih belum sadar juga.

"Tunggu dulu, aku dari tadi berbicara dengan sia.....pa? haechan! haechan, syukurlah akhirnya kau sadar juga. Kau tau betapa cemasnya aku ketika kau pingsan waktu itu? Kau hampir membuatku terkena serangan jantung tau" omel jaemin.

"Tapi kan kau tidak terkena serangan jantung, buktinya saja kau masih bisa mengomeliku sekarang ini" ledek haechan.

"Berani melawan huh, awas kau nanti ya. Sekarang beri saudaramu yang cantik ini sebuah pelukan, ayo" ucap jaemin sembari melebarkan kedua tangannya meminta sebuah pelukan.
Dan tentu saja dibalas haechan dengan senang hati.

"Akhh jae-jaemin--" ringis haechan ketika merasa pelukan jaemin terlalu erat.

"Ssttt, jangan bicara! Kali ini biar aku yang bicara. Bagaimana bisa kau sangat keras kepala hm? Jika terjadi apa-apa padamu bagaimana?"

"Jae-jaemin--"

"Sudah ku bilangkan jangan bicara dulu, kali ini biar aku yang bicara dan kau mendengarkan!" ucap jaemin tegas tanpa menyadari jika saat ini haechan tengah meringis kesakitan karna pelukan erat jaemin yang tanpa sengaja menekan luka dilengan haechan.

"Jae-jaemin--"

"Diam haechan, kau ini keras kepala sekali ya" ucap jaemin kesal.

"Jaemin dengarkan aku dulu!" Triak haechan kesal karena perkataannya yang selalu dipotong jaemin.

"Apa?" tanpa mengendurkan pelukannya.

"Bisakah kau melepaskan pelukan eratmu ini?"

"Em, shireo! Kau tidak tau kan betapa khawatirnya aku ketika kau bersikeras ikut pertandingan itu? Aku hampir mati karna terlalu menghawatirkanmu tau. Dan bukanya membalas pelukanku kau malah menyuruhku melepaskannya"

"Bukannya seperti itu, tapi pelukanmu terlalu erat hingga aku kesulitan bernafas. Setidaknya longgarkan sedikit pelukanmu"

"Ups, sorry" ucap jaemin cengengesan.

"Hm, gwenchana. Ngomong-ngomong kau tadi serius kan?"

"Soal apa?"

"Soal kau yang akan melakukan apapun untukku" ucap Haechan terkekeh geli.

jung family sibling (NC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang