-Arah.

15 2 0
                                    

Gadis itu terus merangkak, mengejar cahaya putih yang kian mengecil, berlari meninggalkannya bersama jutaan rasa takut dan sergapan kegelapan yang begitu seram.

Cahayanya berhenti! Cahaya itu tak meninggalkannya, Hyejun tersenyum lebar, terlalu fokus pada kilat putih yang berhenti tak jauh didepannya itu tanpa menyadari, bahwa kegelapan lebih dulu menelannya.












Kedua mata itu terbuka, menangkap silaunya sinar mentari dari balik jendela kamarnya. Lagi, mimpi itu datang lagi.

Tangannya terangkat, berusaha menggapai pancaran sang mentari, sebelum akhirnya alarm membawanya kembali ke kehidupan nyata.

"Sial, telat lagi." Umpatnya sembari berlari tak berarah, menyiapkan dirinya untuk pergi ke sekolah.

Sang kakak menatapnya heran, Hyejun terus berlari kesana kemari membawa barang dari tempat - tempat yang berbeda. Hingga akhirnya keluar dari kamarnya dengan rapih.

"Gak sarapan dek?" tanya pria kelahiran 1992 itu, Hyejun menjawab tanpa menatapnya.

"Gak, telat banget. Pergi ya, dadah!" Jawabnya tergesa, Dohwan menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Berpikir keras apa yang adiknya lupakan karena anaknitu tak terlihat sempurna hari ini. Ah, bekal anak itu tertinggal.












Hyejun terus berlari, tidak, bukan dari rumah melainkan halte bus yang sedikit memakan waktu jika ia berleha - leha.

"Jun!" panggil seorang gadis dengan perawakan tubuh yang mungil, Hyejun yang familiar dengan suara si gadis berhenti, dan berbalik.

"Yeojin! Cepetan! Telat kitaaaa!" Teriaknya, si gadis Im itu tentu menurut, berlari kearahnya tapi bukan karena kekhawatiran Hyejun, melainkan untuk menoyor kepala sahabat tingginya.

"Aduh!" keluh Hyejun,

"Hari ini classmeeting, bongsor! kaki doang panjang, ingetan ngga." Caci Yeojin, bercanda. Hyejun yang menyadari kebodohannya terdiam, sedangkan sang sahabat sudah berjalan jauh meninggalkannya.

"WOO HYEJUN CEPETAN CLASSMEETING JUGA ADA WAKTU MASUKNYA!" teriak Yeojin, Hyejun terlonjak dan langsung menyusul teman kriminalnya tadi.







"Bekalnya mana? Kan sudah dibilang selama classmeeting wajib bawa bekal, kamu gak mendengarkan ya?" Tegur salah satu anggota osis, Hyejun hanya bisa meruntuk dalam hati atas keteledorannya.

"Maaf kak, saya lupa." Jawab Hyejun, ia bahkan membungkuk berkali - kali untuk itu.

"Woo Hyejun, ada?" tanya seseorang dari daun pintu. Hyejun dan seisi kelas, menoleh.

Hyejun menatap salah satu dari dua orang didepan sana.

"Dek." Panggil Dohwan, mengangkat tas bekal sang adik. Hyejun dengan cepat menghampiri sang kakak setelah sebelumnya meminta izin pada anggota osis dihadapannya.

Hyejun mengadahkan tangannya, tapi Dohwan tak kunjung memberi tas itu, melainkan memilih untuk merapihkan dulu rambut adik kesayangannya.

"Belum sarapan kan? Didalem, ada uang tambahan. Tadi abang cuma sempet masak buat bekal satu porsi, beli sendiri buat sarapannya." Ucap Dohwan, Hyejun langsung membuka tas itu dan mengambil uang yang ada untuk dimasukkan kedalam saku. Menatap sang kakak dengan senyuman lebar dan mengangguk paham.

"Yaudah, sana masuk, abang berangkat dulu. Nanti langsung pulang, kalau mau main pulang dulu ganti baju, Ok?" Pamit Dohwan, Hyejun dengan cepat mengacungkan jempolnya. Tak lama, Dohwan benar - benar pergi setelah berterima kasih pada siswa yang mengantarnya ke kelas sang adik.

Kompas | Woo HyejunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang