"Renjun?"
Jeno lagi-lagi datang di tengah malam, mengetuk jendela kamar Renjun dan memanggil nama pemuda tersebut agar membukakan jendela kamar untuknya seperti biasa.
"Jeno?"
Renjun membuka jendela kamarnya dan mempersilahkan Jeno untuk masuk kedalam kamarnya, tanpa disuruh Jeno langsung memanjat jendela tersebut dan masuk kedalam kamar pemuda mungil kesayangannya.
Jeno hanya diam di atas kasur empuk Renjun dengan sorot mata yang begitu Renjun benci, kosong dan hampa. Renjun benci Jeno yang begini, namun lagi-lagi Renjun harus menemui sosok Jeno yang begini.
"Renjun, bolehkah saya akhiri sekarang?"
"Apanya? Hubungan kita?"
"Bukan... Tapi hidup saya."
"Jeno!"
"Renjun, saya lelah. Saya gagal Renjun, dan rasanya saya sudah tidak lagi mampu melanjutkannya. Jadi bolehkah saya akhiri sekarang?"
"Jeno." Suara Renjun melembut, Renjun tau kali ini Jeno tak bisa di lawan dengan hal yang keras. Jenonya sedang membutuhkan sosok lembut namun mampu menjadi sandarannya.
"Ada aku disini Jeno, aku akan temani kamu sampai kamu berhasil."
"Saya tidak akan berhasil Renjun, cacian, makian, hinaan bahkan terlalu banyak kata menusuk yang saya dengarkan setiap harinya, Renjun. Mereka mengatakan saya gagal dan tidak pantas berada di posisi sekarang, saya juga tidak mau mendapat posisi ini Renjun. Saya ingin menyerah."
Jeno menangis, tangisan diam yang selalu pemuda tersebut keluarkan ketika sunyi menyapa. Jeno ingin menyerah, Jeno ingin mengakhiri semuanya. Tapi Jeno tidak tahu bagaimana caranya selain mati.
"Renjun, tenggorokan saya sesak. Dada saya juga sesak, hati saya sakit Renjun."
Renjun tak kuasa melihat tangisan Jeno yang begitu menusuk hatinya, Jenonya menangis tepat di depannya. Jenonya rapuh.
"Saya benci ini Renjun, saya benci posisi ini. Renjun, bolehkah saya pulang sekarang?"
"Tidak! Jeno tidak boleh pulang." Renjun mengatakannya sambil menangis, bahkan badannya bergetar ketika mengatakannya.
"J-jeno, jangan pulang... aku mohon."
"Tapi saya lelah Renjun, saya lelah dengan skenario yang Tuhan berikan. Kamu tahukan masalah saya bukan hanya satu? Kamu tahu kan saya cuma punya kamu? Kamu tahu kan keluarga saya juga sering mematahkan harapan yang bahkan belum bertunas, kamu tahukan Renjun bagaimana hancurnya saya setiap hari? Saya hancur Renjun, bahkan nyaris lebur."
"Jeno." Renjun mengusap permukaan pipi Jeno yang sudah basah oleh air mata dari pemuda tersebut.
"Bisakah bertahan sebentar lagi? Sebentar lagi semuanya akan berakhir Jeno. Kau tak akan lagi diposisi itu dan semua penderitaanmu akan berakhir Jeno."
"Renjun bolehkah saya berharap itu benar?"
Renjun mengangguk dengan tangan yang masih mengusap pipi Jeno dengan lembut.
"Tapi itu semua bohong Renjun, jangan membuat saya berharap lebih pada keadaan, Renjun. Jangan membuat saya merasa bahwa saya tidak gagal, ketika bahkan hampir semua dari anggota saya memaki saya. Padahal mereka yang membuat saya berada diposisi ini. Bukan saya yang menginginkan ini Renjun, bukan saya."
"Kau tau Renjun? Saya pernah merasa begitu takut hanya dengan mendengar suara notifikasi pesan, saya pernah menangis hanya karena saya merasa takuk dengan isi pesan tersebut. Saya terbebani Renjun, dan anggota saya makin membebani saya tanpa mau memikul bersama beban yang seharusnya mereka juga pikul. Yang mereka tau hanya, saya seorang pemimpin yang gagal. Mereka tidak tau Renjun, mereka tidak tau seberapa susahnya saya untuk lagi-lagi bangkit dari hantaman yang selalu mereka berikan. Renjun saya gagal, maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
OS || NOREN ✔
FanficSecuil kisah dari kesayang kita semua, Jeno dan Renjun ⚠ BxB ⚠ Noren Area ⚠ Bukan Lapak Homophobic ⚠ Disertai Typo Dimana-Mana Start : 30 Agustus 2021 End : 31 Maret 2022 S2 Mulai : 8 Mei 2022 Selesai : -