Aku merasakan kehangatan disini dan merasa nyaman, aku mencoba untuk tidur dengan tenang, tetapi aku sadar sebelum aku disini, aku berada di tumpukan salju yang mematikan. Aku berpikir apakah aku sudah ada di Surga? Aku langsung membuka mata.
Saat aku membuka mata, lalu bangun untuk melihat keadaan sekitar, aku ada di sebuah kamar yang besar, berwarna putih, di depanku ada setumpuk buku-buku tebal, lalu sebelah kanan dan kiri ku ada sebuah meja yang diatasnya terdapat peralatan Alkemis. Aku mulai merinding saat melihat itu.
"Apakah aku akan dijadikan eskperimen lalu dibedah?" tanyaku pada diriku sendiri.
Tak lama kemudian pintu terbuka, aku segera kembali tidur agar tidak dicurigai, aku bisa mendengar suara langkah kakinya berjalan ke arahku, aku tidak bisa tenang sedikitpun.
Lalu ada sebuah tangan yang mendarat dikeningku, tangannya hangat sekali, tunggu ini tangan seorang laki laki.
"Hm? Ini sudah lebih dari 10 menit, harusnya dia sudah sadar, apakah aku salah ramuan? Biasanya ramuan yang lebih dari 10 menit akan menjadi hilichurl" kata laki laki itu.
Lalu tanpa pikir panjang, aku terbangun spontan dan tanpa disengaja aku menatap wajah laki laki itu.
"Oh ternyata kau sudah bangun"
Aku yang lupa bahwa disampingku masih ada laki laki itu, aku hanya menutupi diriku dengan selimut dan kembali berbaring.
"Nona, apakah begini caramu berterimakasih kepadaku? Aku sudah menyelamatkanmu, jika aku tidak menyelamatkanmu, kau bisa mati kedinginan disana dan kau tidak bisa bertemu dengan saudara mu itu"
Aku yang mendengar hal itu langsung terbangun dan menarik kerah bajunya, tetapi dia bisa melepasnya dengan mudah, tanganku digenggam erat olehnya.
"Tunggu nona, apakah di daerahmu sana tidak diajarkan sopan santun? Aku sudah menyelamatkanmu dan kau malah menarik kerah ku ini, apa apaan kau ini" kata laki laki itu sambil tersenyum mengejek.
"Bagaimana kau bisa tau tentang saudaraku?!" ucapku dengan kesal.
"Pertama tama tenangkan dirimu dulu, baru kita bicara soal itu, bagaimana?"
Aku membuang amarahku jauh-jauh dan akhirnya tanganku dilepaskan olehnya.
"Pertama-tama perkenalkan namaku Albedo Kreideprinz, aku putra sulung dari keluarga Kreideprinz dan ini adalah tempat tinggalku, senang bertemu denganmu nona" kata laki laki itu sambil membungkukkan setengah badannya.
"Aku lumine, tidak ada marga ataupun keluarga, hanya saudara saja, tempat tinggal? Aku juga tidak tau, senang bertemu denganmu Tuan Kreideprinz" kataku sambil membungkukkan setengah badan juga.
Laki laki itu kaget, lalu tertawa.
"Panggil saja aku Albedo, nona"
"Kenapa? Bukankah kau seorang pangeran? Aku harus memanggilmu dengan marga mu kan?"
"Yah sepertinya memang harus begitu, tetapi aku mengubahnya sedikit, jadi panggil dengan namaku saja itu tidak apa apa"
"Apakah bisa diubah seperti itu? Bukankah tidak boleh sembarangan diubah?"
"Hahaha lucu sekali nona ini, bacalah buku ini lalu pahami"
"Hah siapa kau menyuruhku seperti ini?"
Bersambung~