26.

1K 137 9
                                    

᯾     ———————————————    ᯾
    Percayalah semua akhir cerita akan segera tiba tanpa aku yang meminta
    ᯾   —————————————   ᯾

——————————————————————————————————————————





Malam itu Joan terbangun, dia meringis kesakitan kala kepalnya ia gerakan sedikit. Dia mengerjabkan matanya berkali kali guna menetralkan pengelihatannya yang sedikit buram. Setelah pandangan kembali fokus, Joan memposisikan tubuhnya senyaman mungkin.

Setelah memposisikan tubuhnya dia menghela nafas panjang, entah kenapa dia tiba tiba memikirkan semua saudaranya dirumah. Entah apa yang Joan pikirkan hanya saja pikirannya saat ini tertuju pada semua saudaranya yang ada dirumah.
Dia mengalihkan pandangannya ke jendela luar, lampu² gedung dan juga lampu pengendara pengendara diluar sana begitu indah. Joan sedikit tersenyum kala melihat pemandangan luar disaat malam hari, tidak seperti biasanya dia seperti ini. Mungkin jika di hitung, baru kali ini Joan melihat lampu² malam.

Saat tengah asik memandang jendela luar, matanya tidak sengaja menangkap kertas putih yang diselipkan dibawah gelas kaca ber isi air. Dia meraih kertas itudan mulai membacanya secara perlahan, alisnya sedikit mengkerut kala melihat tulisan yang ada diatas kertas itu.

Dia tidak paham dengan isi kertas itu, sekali lagi Joan membaca kertas putih itu, tapi lagi lagi dia tidak paham apa yang dimaksud didalam kertas itu. Karna tidak mau menambah beban pikiran Joan memilih meletakan kertas itu dan menanyakan itu besok pada dokter han, karna Joan tau jika dokter han yang menulis kertas itu.

—DISISI LAIN

"LO BERUSAHA BELA DIRI? PERCUMA BANG GUE UDAH TAU. LO MUNAFIK BANG"

"PUNYA BUKTI APA KALO GUE BELA DIA? SEJAK KAPAN GUE BELA DIA?"

"KENAPA LO MARAHAIN GUE PAS DI PARKIRAN SEKOLAH? LO SENDIRI KAYAK ORANG GILA YANG TIBA TIBA MANGGIL GUE SAMA YANG LAIN KE PARKIRAN, BUKAN NYA HAL PENTING YANG LO BAHAS, LO MALAH BAHAS TENTANG ANAK ITU. KALO EMANG LO BENER BENER GA PEDULI, GAK BAKALAN LO BAHAS ANAK ITU DISAAT GUE SAMA YANG LAIN MASIH DISEKOLAH"

"GAK USAH BERUSAHA BELA DIRI BANG, GUE TAU KALO LO SAMA DIA SAMA SAMA MUNAFIK"

"Dia? Maksud lo?
"Nanti Lo tau sendiri siapa temen lo"

"GUE BELUM SELESAI NGOMONG BAGAS,BALIK SEKARANG"

"Ngomong sama lo sama aja kayak ngomong sama lantai"




PAGI HARI
—DI RUMAH SAKIT

"Ini maksudnya apa sih? Kenapa tulisan ini gak bisa Joan cerna baik-baik?" Pagi itu Joan terduduk di bangkarnya dengan memegang kertas putih yang semalam dia baca.

Joan masih belum bisa mencerna tulisan tangan yang ada didalam kertas putih itu, bukan karna perihal tulisannya yang tidak rapi,  hanya saja kepala Joan tidak bisa berfikir lebih dalam.

Disaat Joan masih berfikir keras tentang tulisan itu, tiba tiba saja kepalanya berdenyut sedikit cepat sehingga membuat Joan meringis sembari meringkuk kepalnya. Berkali-kali Joan memukul kepala bagian belakangnya agar menghilangkan rasa sakit yang ada di kepala bagian samping kiri, tapi hasilnya malah makin menambah sakit.

Bebarengan dengan itu,tiba tiba dadanya juga merasa sesak. Joan sedikit kesusahan saat batuk,berkali kali dia memukul dadanya agar pernafasannya kembali normal tapi nihil. Bukannya membaik justru Joan malah memuntahkan cairan merah dari dalam mulutnya. Dia melihat banyak darah yang dia buang kelantai, sedikit cemas dengan kondisinya tapi Joan berusaha tenang sebisa mungkin. Dia mengusap bibirnya cepat dan langsung mengambil inhaler yang ada di bakar meja.

Joan bukan tuhan || Jisung [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang