Fourteen

6.3K 693 65
                                    

Masih hening. Semua orang yang berada di meja makan itu tidak ada yang membuka suara. Amanda melihat kedua orang di depannya

"Jadi, siapa yang mau ngejelasin? Chika atau kamu, Ara?" tanya Amanda

Chika menelan salivanya sukar, ia mengeratkan genggaman tangannya pada Ara. Chika menggigit bibir dalamnya

"Don't bite your lips" ucap Amanda memperingati Chika. Ara menoleh kearah Chika sebentar, ia melihat gadisnya itu sangat takut. Ara mengusap lembut tangan Chika

Ara kini beralih menatap Amanda dan Richard bergantian

"Saya yang akan jelaskan tante, om" ucap Ara

Chika langsung mendongak menatap Ara. Ara yang merasa ditatap kini menatap balik Chika. Ara tersenyum manis lalu mengangguk. Ia memberi tahu jika semuanya pasti akan baik-baik saja

"Saya dan Chika sudah menjalin hubungan"

Amanda dan Richard menatap Ara datar

"Kamu tau itu salah?" tanya Richard

Ara mengangguk. Chika meneteskan air matanya

"Kita berdua memutuskan untuk menjalin hubungan dalam keadaan sadar sepenuhnya. Mengerti konsekuensi yang akan kita terima. Tetapi, om dan tante tahu kan? kalau rasa itu bisa tumbuh kepada siapapun?" ucap Ara. Air mata Chika semakin deras menetes

"Saya dan Chika hanya tidak ingin membohongi diri. Dan hubungan yang kita berdua jalani bukanlah suatu aib yang harus ditutupi. Walaupun banyak orang yang tidak setuju, tapi karena yang menjalani itu kita sendiri maka masalah itu tidak akan berarti. Maaf kalo saya lancang karena mencintai anak om dan tante secara tulus" lanjut Ara

Ara menoleh pada Chika yang makin terisak. Ia mengusap air mata Chika "Sayang, it's ok" ucap Ara pelan

Richard dan Amanda yang melihat kejadian itu kini saling tatap dan akhirnya mereka tersenyum penuh arti

Amanda berdiri dari duduknya, ia berjalan ke arah Chika dan kini sudah duduk di kursi sampingnya

Ara tersenyum menatap Amanda, dan kini Amanda pun akhirnya membalas senyuman Ara

"Sayang" panggil Amanda

Chika tidak berani menatap Amanda. Namun Amanda mengarahkan wajah Chika agar mau melihatnya. Amanda mengusap air mata Chika yang masih mengalir

"M-maafin Chika mom.." lirih Chika

Amanda membawa Chika ke dalam pelukannya. Chika memeluk Amanda erat

"Chika gak mau pisah sama Ara. Chika sayang sama Ara. C-chika gak mau kehilangan Ara. Daddy sama Mommy jangan marahin Ara. Marahin Chika aja.." suara Chika bergetar

Ara yang mendengar itu pun matanya memerah menahan air matanya agar tidak terjatuh

Amanda mengusap punggung Chika

"Kenapa kamu mikir kaya gitu? emang daddy sama mommy ngomong apa? kan kita cuma minta Ara buat dateng ketemu sama kita, sayang"

Chika melepaskan pelukannya lalu menatap penuh tanya ke Amanda

"M-mommy gak marah?" tanya Chika

"Daddy sama mommy marah" jawab Amanda

Chika langsung menundukkan kepalanya lagi, namun Amanda mengarahkan Chika agar tetap menatapnya

"Tapi itu kemarin sebelum daddy sama mommy pulang kesini. Mommy nangis, daddy pun bingung. Tapi, rasa sayang daddy sama mommy terlalu besar buat kamu, Chika. Jadi kita gak akan ngelarang apapun yang buat anak mommy tersayang ini bahagia. Kita gak malu. Sekarang mommy tambah yakin setelah ketemu sama Ara. Dia mau tanggung jawab, mau ngejelasin, dan kalian berdua keliatan banget saling sayang" jelas Amanda. Amanda menatap Ara sekilas dan mereka saling melempar senyum

MELODY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang