"Keputusan yang baik diperoleh dari pengalaman, dan pengalaman menyakitkan diperoleh dari keputusan yang buruk."
Jam sudah menunjukkan pukul 23.40 malam,
Ketiga laki-laki ini baru saja pulang dari sebuah cafe.
Rey malajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi bersama Edgar dan Daffa.
Ketiga laki-laki ini menikmati malam dengan bernyanyi didalam mobil layaknya anak muda yang tengah menikmati malam akhir pekan.Suara nyanyian dan dentuman musik memenuhi mobil yang mereka kendarai.
Semakin mendekati reff lagu, suara mereka semakin tinggi menyanyikan lagu yang keluar dari playlist musik mobil tersebut.Hingga ku takkan bisa
Tuk terbang tinggi lagi
Dan mencari bintang
Yang dapat menggantikanmuSampai kini masih kucoba
Tuk terjaga dari mimpiku
Yang buatku tak sadar
Bahwa kau bukan lagi milikkuWalau hati tak akan pernah
Dapat melupakan dirimu
Dan tiap tetes air mata
Yang jatuh kuatkan rinduku
Pada indah bayangmu canda tawamu
Pada indahnya duka dalam kenangan kitaMereka bertiga hanyut kedalam lagu tersebut hingga tak menyadari ada seekor kucing berwarna abu-abu berlari dari arah taman melintas kedepan mobil yang mereka tumpangi.
Rey yang terkejut melihat kucing tersebut melintas, seketika menginjak pedal rem mobilnya dengan sakartis.
Edgar dan Daffa yang tadinya sedang bernyanyi, tiba-tiba ikut terkejut dan tersentak karena perbuatan Rey barusan."Astagaaaaaaa kuciiinggg ngapain loo nyebrang sihhh." Kesal Daffa.
"Lo yang nyebrang, lo yang ketabrak, tapi yang kena imbasnya kita kuciingg." Gerutu Edgar.
"Kayaknya gue kenal tu kucing deh ." Ujar Rey.
"Emang lo pernah kenalan sama kucing Rey?" Ledek Daffa.
"Ga gitu bego. Maksud gue kayaknya gue pernah liat tu kucing, tapi dimanaa ya.." Pikir Rey lalu turun dari mobilnya untuk mengecek keadaan kucing tersebut.
Rey lalu menggendong kucing dengan bulu lebat berwarna abu-abu itu yang sepertinya juga ikut terkejut karena kejadian barusan sembari mengelusnya pelan.
"Bukannya ini kucing..."
Seorang gadis berlari dari arah taman mendekati mobil Rey.
"Leooooo." Teriak gadis itu yang ternyata adalah Nindy.
Rey pun berbalik menatap Nindy sembari mengembalikan kucing itu kepadanya.
"Pantas perasaan gue pernah liat. Ternyata Leo." Ucapnya.
"Duhhh ngapain ada si Nindy lagi sihhh." Gerutu Daffa dan Edgar dari dalam mobil.
"Thanks." Balas Nindy lalu berbalik meninggalkan Rey.
"Nin, boleh bicara bentar? Gue pengen ngomong." Sergap Rey.
Dengan sedikit ragu, Nindy pun mengangguk dan mengajak nya untuk berbicara dikursi taman yang tak jauh dari rumahnya.
"Gue pengen ngomong bentar sama Nindy." Bisik Rey kearah teman-temannya yang dibalas tatapan sinis.
***
"Mau ngomong apa? Nyatain perasaan lagi?" Tanya Nindy mengelus Leo, kucingnya.
"Nin... to the point aja,
Gue gabakal ganggu lo lagi kok, lo gausah ngehindar dari gue.
Gue udah tau posisi gue sekarang. Gue gaakan ngejar lo lagi. Meskipun berat, gue bakal ilangin perasaan gue kok.Dan mungkin selama ini lo nganggap gue cowok gatau malu yang udah kesekian kali lo tolak tapi masih maksain keadaan.
Maaf selama ini gue ngeganggu lo. Pasti lo risih banget kan? Sorry yaaa."
Lirih Rey tak enak hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Vanilla Blue
Teen FictionAda banyak trauma dan rasa sakit yang dialami oleh berbagai tokoh didalamnya. Sebelum cewek ini datang dihidup gue, rasanya hidup gue flat-flat aja tanpa ada kemajuan. Sampai gue ketemu Vanilla, yang bisa support gue secara fisik maupun mental. Be...