conscience.

641 83 4
                                    

©claertesquieu

Inspired by The Devil’s Advocate © Andrew Neiderman

Goblin by © Kim Eun Sook

Notes: for the records, I actually despise overly perfect characters a.k.a Gary Stu but I need that for this story, please bear with me. (ಥ﹏ಥ)

Juga, ini adalah sekuel dari cerita saya yang berjudul remorse, silakan mampir jika berekenan.

cw: mention of suicide.
.

.

Mungkin jika ada yang bertanya apakah ada manusia dengan karakter gary stu yang hidup di dunia nyata, Jaehyun mungkin bisa menjadi jawaban. Hidupnya mulus tanpa kekurangan, seolah ia direngkuh sayang fortuna yang enggan melihat dia menitik air mata karena merasakan sedikit colek ketidakadilan. 

Jika gary stu saja tidak cukup membuat dengki jiwa-jiwa tidak mampu yang setiap hari ia sapa, kelebihannya di segala bidang semakin mengundang umpatan tertahan yang tidak kunjung tersampaikan. Memenangkan olimpiade? Menguasai sains? Olahraga? Jaehyun sudah pernah menyabet medali emas di segala lini. Dan jika ini tidak semakin membuat manusia-manusia menjerit menangisi dunia yang tidak adil, maka raut rupawan Jaehyun bagai garam yang tertabur melapisi luka yang masih menganga basah.

Sungguh, apakah dia memang benar lahir tanpa cacat? 

Tidak jarang dengki hati menuntun haus gunjing menggali informasi, namun sayang buntu jalan memberi hasil nihil. Jaehyun betul tidak memiliki kurang yang bisa membuatnya terhempas dan dirundung oleh masyarakat.

Memang sepertinya apa yang menjadi bisik cakap di balik tirai benar, bukan Jaehyun yang beruntung, tetapi keberuntungan yang membuntuti Jaehyun dan bersimpuh mencium kaki untuk menghamba. 

Hamba yang mengantarkan tuannya untuk menginjakkan kaki di perusahaan teknologi prestisius yang memberikan panggilan cinta untuk direngkuh. 

Jaehyun mengawali karir di kota kecilnya di Busan, namun rumor telah membawa namanya terdengar hingga kota metropolitan yang enggan untuk mengistirahatkan diri bahkan ketika matahari tidak lagi bersinar. Seoul memanggil, dan Seoul menyambut dengan segala gemerlap yang akan membawanya tidur dalam gelimang surga dunia.

Jaehyun bagai bayi tunggal yang dimanja. Satu unit apartemen di pusat kota dengan segala fasilitas yang tidak akan membuat dunia bosan ia terima di hari pertama. Memang santer rumor terdengar jika harga Jaehyun memang mahal, tidak satu pun proyek yang ia pegang tidak mengalami keberhasilan. Olehnya Taeyong berani membelinya dengan mahal, berani memanjakan dan menempatkan Jaehyun tepat di seberang unit apartemen yang ia tinggali. Yang terbaik untuk yang terbaik. Taeyong tidak sedikitpun merasa rugi.

***

Rupanya, unit atas tidak hanya ditempati olehnya dan Taeyong. Ada satu unit lagi yang berada tidak jauh dari tempat ia tinggali. Jaehyun hendak menyapa, tetapi tetangganya lebih dahulu mengulurkan tangan dan beramah tamah. Tetangganya bernama Ten. Dari aksen bicaranya, jelas sekali jika dia orang asing. Dia mengungkap jika dia adalah kekasih dari manajer Jaehyun—Johnny Suh. Jaehyun hanya membulatkan bibir mengerti. Mungkin unit atas memang disediakan untuk orang-orang yang berpengaruh seperti Johnny dan dirinya. 

Sedikit Jaehyun menaikkan ujung bibir, dia memang pantas mendapatkan ini semua. Dia, memang pantas mendapatkan segala yang terbaik atas apa yang telah ia raih.

Jaehyun tidak terlalu banyak berbasa-basi, hanya menanggapi seadanya. Namun ketika satu kalimat yang Ten ujarkan menyita perhatiannya, keningnya mengerut bingung.

conscience.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang