Part 6. Guru BK Imitasi

4 3 0
                                    

Keesokan harinya, Charan sudah bersiap dengan kaus lengan panjang dan celana jeans yang rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, Charan sudah bersiap dengan kaus lengan panjang dan celana jeans yang rapi. Ia memandangi pantulan dirinya di cermin.

     Arsen yang masih berbaring di atas ranjang sembari memperhatikan Charan bertanya, "Kamu mau ngedate, apa ngelamar kerja di SMA Roften?"

     Charan mencebik kesal. "Ya mau ngelamar kerja di sana, lah," jawab Charan.

"Di saat orang-orang pake kemeja berdasi, kamu cuma pake kaus sama celana jeans?" komentar Arsen.

     Namun, komentarnya tak pernah digubris oleh Charan. Ia akan mengenakan pakaian yang membuatnya nyaman. Charan menyambar jaket yang tergantung di balik pintu dan mengambil map berkas di atas meja.

"Ayoklah, cepet. Nanti kita telat lagi," ujar Charan.

"Dih, sejak kapan kamu mulai peduli sama waktu?"

"Mulai hari ini. Udah, jangan banyak nanya. Makin cepet urusan Om Rasito kelar, makin cepet aku tau penyebab kematian adikku," terang Charan yang kemudian dibalas anggukan oleh Arsen.

     Charan dan Arsen pun pergi ke SMA Roften dengan segudang rencana yang sudah mereka persiapkan. SMA itu hanya berjarak sekitar tiga kilo meter dari rumah Charan.

     Setelah sampai di sana, Charan memarkirkan mobil, sementara Arsen pergi lebih dulu untuk menjalankan tugas bagiannya.

     Charan melepas seatbelt, hendak turun dari mobil. Namun, belum sempat ia membuka pintu, seseorang dengan cepat menahan pintu dan mendorongnya hingga tertutup kembali.

     Charan menurunkan kaca mobil hingga terbuka sempurna demi melihat siapa yang telah lancang menahannya.

"Hai!" seru Zefanya yang tiba-tiba sudah ada di depan wajah Charan, sambil melambaikan tangan.

"Minggir," suruh Charan datar.

"Enggak akan, sebelum lo jadi pacar gue," ucap Zefanya tersenyum lebar hingga memperlihatkan sepasang lesung pipit di kedua sisi pipinya.

     Tanpa belas kasih, Charan mendorong pintu mobil hingga Zefanya terjerembab. Gadis itu pun merutuki sikap kasar Charan padanya.

     Melihat Zefanya terduduk di atas tanah, Charan berjongkok untuk melihat wajah Zefanya yang sudah memerah. "Oke, aku mau jadi pacar kamu," ucap Charan sembari bangkit.

     Mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Charan, wajah Zefanya mendongak. Ia pun melihat tangan Charan yang terulur ke arahnya.

"Ayo, aku bantu," ucap Charan tersenyum manis.

     Zefanya tersenyum riang, pipinya sampai memanas saat Charan mengucapkan jika pemuda itu mau menjadi pacarnya. Tangan Zefanya menggapai tangan Charan.

     Akan tetapi, sebelum tangan gadis itu menyentuhnya, Charan mengalihkan tangan untuk menyibak rambut dengan jari-jemarinya. "In your dream," ucap Charan dan pergi meninggalkan Zefanya dengan tatapan kecewa.

CHARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang