22. Kentang musuh

142 9 0
                                    

"Terkadang seseorang yang sudah pergi bisa kembali dengan tujuan dan asalan yang berbeda dari sebelumnya."

-Agaraya-

Setelah bangun tidur, gadis itu berjalan menuruni tangga rumahnya dan makan sendirian di ruang makan. Memang itulah hal yang sehari-hari harus dijalaninya. Hidup dalam kesepian dan kesendirian membuatnya mengenal kesendirian itu mengajarinya banyak hal. Salah satunya dengan kesepian adalah teman abadi yang tidak akan meninggalkannya.

Dia memasukkan sepotong roti yang diolesi selai stroberi. Lalu mengunci rumahnya dan mengendarai motornya dengan tinggi seperti biasa.

Saat di jalan, ada seseorang yang mengikuti kelajuan motornya. Gadis itu semakin kebut-kebutan di Jalan. Membiarkan rambutnya bergoyang-goyang terkena hembusan angin pagi.

Membiarkan orang yang mengikutinya dari belakang semakin geram. Siapa suruh mengikuti Raya, gadis tomboy, jutek, dan yang sering kebut-kebutan di Jalan.

Sesampainya di SMA Demantara, gadia itu membuka helmnya, banyak tatapan dari teman-temannya.

Saat dia berjalan menuju kelasnya. Ada seseorang yang menghalangi jalannya.

"Ngapain elo, Tang," ketus Raya dengan tatapan datar dan dingin.

Laki-laki tersebut namanya hanya tersenyum simpul pada Raya.

"Ikut gue sekarang."

'Pagi-pagi harus bertemu dengan kentang musuh bikin naik pitam aja' gerutu dalam hati.
Laki-laki itu menarik salah satu tangan Raya menuju ke suatu tempat.

Seketika murid yang berlalu lalang langsung bisik-bisik mengenai Raya dan Bintang yang sudah beberapa tidak berantem lagi.

"Eh, Bintang lagi kesambet tuh, pagi-pagi ngedekatin Raya."

"Raya udah sama si cupu malah milih yang lain."

"Ray, elo cocok sama Bintang sama-sama jago basket dan ketus."

"Bintang ngapain sih deketin Raya, mending sama gue aja."

Raya dan Bintang tak menghiraukan perkataan dari mulut teman-temannya. Anggap saja itu angin lalu. Lagipula memang hak mereka berkomentar tentang apapun.

Sebagai manusia biasa hanya bisa menutup hati dan tidak membiarkan ucapan itu menusukkan hati. Jikalau gadis itu kecewa bukan salah ucapan orang itu. Akan Tapi salah dia sendiri, mengapa harus membiarkan ucapan itu masuk ke dalam hati?

Gadis itu kini berada di taman di belakang kantin sekolah.

Raya sedari tadi masih dengan tatapan datar dan dingin. Begitupula dengan Bintang masih seperti keaadaan yang tadi.

"Lepasin Tang," suruh Raya tapi tidak dihiraukan oleh Bintang.

"Ray, makin hari elo berubah banget sih," celetuk Bintang yang membuat Raya semakin bingung dengan sikap laki-laki di hadapannya itu.

"Bukan urusan elo," sarkas Raya yang kini sudah lepas dari genggaman Bintang dengan aksinya menginjak laki-laki itu yang membuat Bintang meringis menahan sakit.

"Udah lah, Tang. To the poin aja. Kalau ga gue pergi aja." Raya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Membuat Bintang terkekeh melihat perilaku Raya.

Entah mengapa Bintang tiba-tiba muncul lagi, tidak cukupkah dia harus terikat perjanjian dengan Aga gara-gara dirinya?

Sekarang laki-laki itu justru mendekati Raya. Entah rencana apa yang membuat dia mengusik ketenangan dari kehidupan Raya.

Agaraya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang