Heeseung memarkirkan motornya di pinggir sebuah jalan. Setelah melepas helmnya, ia mengedarkan pandangannya untuk mencari Jay yang tadi tiba-tiba entah kemana.
Heeseung bernafas lega saat akhrinya ia menemukan Jay tengah duduk disebuah pembatas jalan dari batu, menghadap ke arah matahari terbenam. Dengan cepat, laki-laki itu menghampiri sahabatnya.
"Ya, yeogiseo mwohae?" tanya Heeseung sambil duduk di sebelah Jay.
Jay melirik sahabatnya itu sebentar, lalu kembali menatap matahari terbenam.
"Kok lo bisa tahu gue di sini?" tanya Jay cuek.
"Gue kan udah pernah nemuin lo di sini sebelumnya," jawab Heeseung kemudian ikut menatap matahari yang semakin lama semakin tenggelam.
Keadaan menjadi hening. Hanya suara kendaraan bermotor berlalu-lalang yang memecah kecanggungan diantara kedua laki-laki itu.
"Lo kenapa?" tanya Heeseung.
Jay hanya berdeham.
"Tadi ditanyain sama Jungwon dan Niki lo langsung kabur gini," sambung Heeseung.
Jay mendengus panjang. Perlahan ia memejamkan matanya, menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya.
"Lo beneran gak pa-pa?" tanya Heeseung khawatir.
"Geokjeonghajima," balas Jay singkat.
"Tapi lo kenapa? Ada yang lo sembunyiin? Atau ada yang emang kita enggak tahu?" tanya Heeseung penasaran.
"Anak-anak lo tinggal?" tanya Jay tiba-tiba, mengalihkan topik.
"Iyalah, yang tahu tempat ini kan cuma lo dan gue," jawab Heeseung.
Jay mengangguk mengerti.
"Hey, jawab pertanyaan gue," pinta Heeseung.
"Apa?"
Heeseung mendengus. "Ada yang kita enggak tahu?"
"Gak semua hal yang terjadi di hidup gue mesti lo ketahuin, kan?" balas Jay.
"Yah... Iya, sih. Tapi, kalau lo ada masalah setidaknya gue dan anak-anak bisa bantu," sahut Heeseung.
Jay menoleh ke arah Heeseung. Kedua orang itu kini saling bertatapan. Heeseung nyaris saja mengerutkan dahinya saat ia melihat sorot kedua mata Jay yang terlihat sayu dan sedih di saat yang bersamaan. Ia ingin bertanya ada apa dengan laki-laki itu, namun pertanyaan itu seperti tertahan di ujung lidahnya.
"Lo bisa bantu apa?" tanya Jay.
Heeseung masih terdiam.
"Semua udah terlambat," sambung Jay. "Lagipula kalau lo bantu gue dari dulu, kisah hidup gue bakal berbeda."
Heeseung menelan salivanya. Nampaknya sahabatnya ini sedang tidak baik-baik saja.
"Lo drama banget," ketus Heeseung.
"Gue lagi gak mau ribut. Lo bukan gue dan gue bukan lo. Kalau emang gak peka, gausah sok peka," balas Jay tak kalah ketusnya.
"Geurae geurae, mian. Memangnya ada apaan dengan hidup lo?" tanya Heeseung lagi.
Jay memilih untuk bungkam. Matanya kembali menatap lurus ke depan tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya.
"Mending balik, Jay. Anak-anak kasihan," ucap Heeseung.
"Lo aja duluan," balas Jay.
Heeseung berdecak.
"Gue merasa aneh lihat lo galau gini. Si Jake Jake itu berulah apa sih sama lo?" tanya Heeseung. "Sini deh gue hajar balik."

KAMU SEDANG MEMBACA
Forgotten || Park Jongseong (Jay) [16+]✔
Fanfiction[COMPLETED✅] Menjadi tampan dan populer tidak menjamin hidup kalian akan bahagia. Bagaimana jika kalian berteman, bahkan bersahabat, dengan seorang perempuan super ekstrovert dan terlalu lugu? Jika kalian mengalami hal ini, mungkin kalian akan paham...