Bali 56

567 80 3
                                    

Singto segera ditangani oleh dokter. Singto membutuhkan beberapa jahitan untuk tangannya. Singto menggores tangannya terlalu dalam. Setelah dokter selesai, kedua orang tua singto dipersilakan masuk.

"Dok, gimana anak saya?" tanya Ayah Singto.

"Sepertinya anak bapa sering melakukan selfharm. Bekas selfharm yang lain masih membekas, bahkan saya lihat ada yang baru kering"

Ayah dan ibu singto menatap singto.

"Setelah ini pulang dari rumah sakit saya sarankan bawa anak bapa sama ibu ke psikiater"

"Anak saya gak gila dok" ucap Ibu Singto

"Maaf bu, ke psikiater belum tentu gila. Singto butuh penanganan. Sekarang untung singto masih terselamatkan. Lain kali belum tentu. Saya permisi dulu"

Dokter itu meninggalkan singto beserta orang tuanya. Singto perlahan membuka matanya.

"Kamu bikin malu sing, kamu gila"

Singto masih diam.

"Sampai kapan kamu bikin malu ibu? kamu sudah jadi gay, sekarang kamu gila"

"Bu"

"Singto akui singto gay, singto sayang kris bu. Apa salah singto jatuh cinta? Singto gila? iya bu singto gila. Singto tertekan bu, dulu masih ada kris, singto masih ada tempat sandaran. Sekarang? siapa bu sandaran singto? ibu? bapa? ibu sibuk dengan kehidupan ibu sama egois ibu. Bapa? bapa sibuk kerja. Singto punya siapa bu?"

"Kenapa ibu gak biarin singto mati saja tadi? kenapa harus dibawa ke rumah sakit? singto pengen mati bu. Buat apa singto hidup? selama ini singto bertahan karena kris. Buat apa singto hidup?"

Singto mulai memukuli kepalanya.

"Singto menjijikan, singto gay bodoh. Singto bodoh. Ya singto selalu bodoh"

Ayah singto segera memegang tangan singto.

"Lihat, apa yang kamu lakuin. Kamu yang buat singto kayak gini. Kamu egois. Kapan kamu sadar? selama ini aku diam, karena aku lihat singto masih ada kris. Sudah aku bilang dari dulu biarin singto sama kris tapi kamu apa? nyuruh singto pacaran sama teman ceweknya. Kalau kamu mau menyiksa, siksa diri kamu, jangan kamu siksa anak aku. Kamu ibu macam apa gak punya hati? aku ragu kamu punya singto cuma buat balas dendam karena kamu gak bisa masuk kedokteran. Kamu paksa singto"

Ayah singto memeluk tubuh singto.

"Kalau kamu tidak bisa jadi ibu setidaknya kamu jadi manusia, punya hati sedikit. Singto juga punya hati, kamu janji sama dia bakal perhatian, tapi apa? kamu yang bikin dia menderita"

Ibu singto hanya terdiam.

"Sudah gak papa, nanti kris balik. Kamu harus sembuh dulu. Masak mau ketemu kris kamu kayak gini"

"Iya pa"

"Kamu istirahat dulu, bapa sama ibu mau keluar sebentar"

"Iya pa"

Setelah mendengar ucapan singto, ayah singto menarik tangan ibu singto.

"Ikut"

Ayah singto membawa ibu singto keluar dari kamar rawat singto.

"Puas kamu? lihat anak aku jadi seperti ini gara-gara kamu. Dulu aku nikahin kamu karena kamu baik. Sekarang aku jadi ragu sama kamu"

"Aku ngerawat singto biar dia jadi berguna, biar dia bisa ngerawat kita nanti" ucap Ibu Singto

"Tapi cara kamu salah. Singto juga harus bahagia. Dengan kamu lakuin ini, bisa-bisa kita kehilangan anak. Biarkan singto bahagia"

"Kamu jangan manjain singto"

Ayah singto berlutut di depan ibu singto.

"Tolong, biarin anak aku bahagia. Dia cuma mau kasih sayang kamu. Dia juga butuh kris, jangan larang dia. Jangan kamu jadiin singto korban dari keegoisan kamu"

"Bangun, jangan bikin malu"

"Tolong"

Ibu singto melunak, dia memeluk tubuh suaminya.

"Maaf kalau selama ini aku egois, aku cuma mau yang terbaik buat singto. Aku juga gak mau singto jadi sengsara kayak kita"

"Biarkan singto bersama kris. Kris kebahagiaan singto"

"Aku sudah mengalah, aku sekarang cuma mau anak aku bahagia. Besok aku ke rumah ibu kris"

"Terima kasih sudah mengalah"

"Gak perlu terima kasih, aku ibunya singto. Aku sadar selama ini aku terlalu maksa singto"

"Terima kasih"

"Ayo kita masuk, kita jaga singto"

Ayah singto menggandeng tangan ibu singto. Ibu singto melihat singto yang terdiam menatap jendela kamar rawatnya. Ibu singto mendekat ke arah singto.

"Sing"

"Bu, maafin singto"

"Gak sing, ibu yang harus minta maaf sama kamu. Ibu terlalu maksain kamu. Maaf sudah jauhin kamu sama kris. Besok ibu ke rumah biang kamu ya, biar ibu yang ngomong sama kris"

"Kris pergi bu, biang sama aji gak mau kasih tau singto kemana kris pergi"

"Besok ibu tanyakan"

"Matur suksma bu"

Ibu singto membelai rambut singto. Singto hanya menatap langit-langit kamar rawatnya. Air matanya menetes.

"Kris itu seseorang yang berharga buat singto bu, kalau singto sudah capek sama tuntutan ibu, singto ke kris. Kris selalu peluk singto bu. Ibu tau gak apa yang kris bilang?" tanya Singto menatap ibunya.

Ibu singto menatap anaknya.

"Kris selalu bilang, singto anak baik. Singto anak kuat. Singto bisa kok banggain ibu. Singto pasti bisa. Selama ini singto selalu diam kalau ibu marahin itu karena kris bu. Kris benar, singto gak boleh marah sama ibu. Ibu yang ngelahirin singto, masak singto ngelawan ibu?"

"Kris yang selalu genggam tangan singto saat singto capek banget bu. Perhatian kecil dari kris kadang bisa buat singto gak bisa tidur. Ibu tau gak? kris bilang ke biang, kalau dia yang selingkuh, padahal singto bu yang duain dia"

Tiba-tiba singto panik.

"Pa, bu, cincin kris. Singto mau cari cincin kris. Bu, pak, singto lupa cincin kris"

"Tenang sing, tenang" ucap Ibu Singto panik

"Cincinnya di bapak sing" ucap Ayah Singto.

Ayah singto memberikan cincin yang dimaksud singto. Singto menerimanya dengan senyuman.

"Cincin murahan, tapi kris suka banget. Bahkan kris bilang cincin ini bagus. Itu yang singto suka bu, kris gak pernah nolak apapun yang singto berikan"

"Bu, kris pergi"

"Sing, kamu kalau sembuh ikut ibu ya ke psikolog"

"Singto gak gila bu, singto gak gila"

"Sing dengerin ibu, iya singto gak gila. Singto cuma tertekan, jadi butuh bantuan psikiater"

"Singto gak butuh psikiater bu, singto cuma butuh kris"

"Sing dengerin ibu sekali ini aja ya. Nanti kalau singto gak mau ke psikiater, kris gak mau balik loh, ikutin ibu ya"

"Kalau singto ke psikiater, kris balik bu?"

"Iya kris balik"

"Singto mau bu, besok aja yuk bu ke psikiaternya, biar kris cepat balik"

Ibu singto memeluk singto, pertama kali seumur hidup singto dipeluk ibunya. Singto tersenyum, namun bukan karena pelukan ibunya, namun karena dia sudah membayangkan kris kembali bersamanya.

(✿ ♡‿♡) BERSAMBUNG(✿ ♡‿♡)

cie yang dulu sebel sama singto, sekarang jadi kasian ಥ‿ಥ udah agak panjang kan?

Bali [ Singto x Krist ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang