23. Maksud lain

136 8 0
                                    

"Dunia memang adil, ada baik ada buruk, ada minus ada plus. Sebagian ada yang tulus melakukan sesuatu, ada juga yang hanya berpura-pura dengan tujuan dan maksud lain."

-Agaraya-

Waktu istirahat telah tiba, seperti pesan dari Bintang, gadis itu harus menemuinya.

"Ren, ikut gue sekarang," pintanya lalu menarik salah satu tangan sahabatnya menuju ke luar kelas.

"Maaf gue agak kasar sama elo."

"Gapapa, jadi kenapa Ray, elo narik tangan gue kesini?"

Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah belakang, depan, samping memastikan tidak ada orang yang berlalu lalang disini.

'Udah aman' batinnya lega karena dia ingin bicara sesuatu hal dengan Rain tapi orang lain tidak boleh mengetahuinya.

"Ren, hari ini gue harus ketemu Bintang. Elo sama Aga mau, 'kan?" tanyanya kini di luar kelas agar Aga tidak curiga tentang perasaan Rain kepadanya. Biarlah hanya Rain dan Raya tahu mengenai hal ini daripada berita ini menyebar pasti akan membuat sensasi di sekolah.

"Tapi ...." Rain tak melanjutkan ucapannya justru merenung.

Raya menyenggol tubuh Rain. "Udah ga usah malu-malu katanya elo mau sama Aga?" Untung saja di ruangan ini teman-teman sudah pergi jadi tidak ada yang mengetahui percakapan mereka.

"Aku malu Ray." Pipi sahabat merah merona. "Ntar kalau dia nggak mau gimana?"

Raya menegakkan dagunya sejajar dengan tubuh sahabatnya. "Kalau elo belum coba kenapa harus takut? Orang yang berani melangkah lebih baik daripada orang yang ga ada berdiam diri."

Gadis itu menyemangati sahabatnya meskipun di dalam hatinya tersimpan rasa nyeri mengutarakan itu disaat dia masih saja menyembunyikan kebenaran tentang Aga.

"Iya sih Ray, makasih," balas Rain dengan suara lemah lembut bukan seperti Raya yang suaranya terdengar keras dan kasar.

"Fithing!" Gadis itu menyinggungkan senyumnya ke arah sahabatnya.

"Good luck."

"Makasih." Rain berjalan menuju kelasnya sementara Raya berjalan menuju taman belakang kantin.

Sesampainya di sana gadis itu duduk di kursi taman yang panjang cukup untuk 2-5 orang.

"Ray," panggil seseorang dari belakang. Gadis itu menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

Raya menekuk wajahnya dan jujur saja sekarang dia merasa gerah. Bukan gerah karena cuaca juga mendung apalagi ditambah banyak pohon ditanam disini membuat tempat ini teduh dan tidak panas. Akan tetapi justru keadaan hatinya gerah harus berbicara dengan Bintang membuat suasana ataupun senyaman apapun menjadi tidak tenang melainkan panas.

"Gue kesini cuman mau damai sama elo." Bintang membuka suara masih saja dengan tatapan datar.

"Terus?" Beo Raya sengaja tidak menatap Bintang melainkan menoleh ke arah yang lain.

"Kalau bicara tatap orangnya, bukan natal yang lain," sindir laki-laki itu membuat tangan Raya mengepal dan ingin sekali baku hantam dengan biang masalah dalam kehidupannya. Lagipula sudah lama dia tidak baku hantam dengan seseorang melainkan hanya ada mulut saja.

"Terserah, kalau ga jadi ngomong mending gue pergi aja." Raya memutar badannya dan beranjak mah pergi menjauh dari laki-laki itu.

"Tunggu," tutur Bintang lalu mendekati gadis itu.

"Gue beneran mau damai sama elo. Habis perjanjian elo habis gue ga gangguin elo tapi ada syaratnya," tuturnya pasti dengan maksud lain.

'Palingan kentang musuh bilang gitu pasti ada maunya' tebak Raya dalam hatinya.

Mana mungkin Bintang Yeraham yang terkenal membenci dirinya tiba-tiba bersikap baik dan ingin berdamai dengannya tanpa ada maunya.

Kalau bukan begitu mungkin laki-laki itu lagi kesambet sesuatu makanya jadi berubah.

"Syaratnya?" tanya gadis itu dengan tatapan datar kayak tembok.

"Gampang." Lagi-lagi laki-laki menyinggungkan senyumnya ke arah Raya entah itu tulus atau hanya pura-pura hanya Allah lah yang tahu apa yang terjadi sebenarnya.

"Elo tinggal ngizinin gue buat lebih dekat sama elo. Bukan sebagai musuh tapi sebagai ...."

"Udah ga usah dilanjut gue tahu maksud elo. Mana mungkin sih elo bisa baik tanpa ada maksud lain." Raya memotong pembicaraan Bintang.

"Tahu aja elo, gimana mau gak?" Bintang semakin mendekati tubuh Raya membuatnya mundur. "Jangan maju atau gue baku hatam." Teriak gadis itu menahan amarah.

"Iya-iya santai aja," kekeh Bintang membuat gadis itu semakin geram.

Andai saja dia tak ada di lingkungan sekolah, mungkin gadis itu langsung berantem dengan Bintang. Bukan secara fisik saja tapi juga adu mulut.

"Terserah elo. Tapi gue harap kalau elo tahu jati diri gue yang sebenarnya jangan kaget." Gadis itu memberikan peringatan kepada Bintang karena mungkin jikalau suatu saat dia tahu keadaan Raya mungkin akan kaget bahkan bisa menjauhi lebih dari sekarang.

'Gue harap Bintang ga macem-macem sama gue dan ga bikin hidup gue semakin ambigu' batinnya penuh harapan. Entah harapannya akan menjadi kenyataan. Ataukah pupus karena keadaan?

Mungkin hal yang diambil ini bisa membuat Rain bahagia karena hari ini sahabatnya bisa bersama Aga. Lagipula sesekali mengorbankan perasaan demi sahabat itu lebih baik daripada harus menyakitinya.

Meskipun pada akhirnya lambat laun sepahit apapun kebenaran pasti akan terungkap. Itulah yang membuatnya semakin takut, jikalau mimpinya menjadi kenyataan.

Salah satu penggalan mimpinya tadi malam menjadi kenyataan. Bintang tiba-tiba ingin berdamai dengannya dengan maksud lain. Apakah mimpi itu pertanda bahwa Bintang akan semakin dalam mendalami kehidupan Raya?

Dia juga harus memilih antara sahabat karib atau seseorang yang berkali-kali menolongnya. Entahlah itu sangat membingungkan keduanya sangat berharga baginya. Kalau dia memilih salah satunya pasti yang lainnya tersakiti. Jikalau tak memilih siapapun dia pasti akan merasa bersalah. Lantas apa yang harus dirinya lakukan?

"Tang, mau ga tebak-tebakan pake pantun?" celetuk Raya mencoba mencairkan suasana yang sedari tadi menegang. Padahal dibalik sikap baiknya itu ada maksud lain untuk membuat kentang musuh jadi harus berpikir keras untuk membalas pertanyaannya.

"Hmm." Balasnya dengan semangat membuat gadis itu bersemangat untuk menguji otak laki-laki itu.

"Jalan-jalan ke kebun binatang
Tak lupa bawa makanan
Kalau kamu memang pintar
Tersembunyi dalam niat seseorang yang dikira baik ternyata hanyalah kepalsuan?"

'Rasain tuh biar kepala elo ngebul balas pantun teka-teki dari gue' batin Raya merasa bahagia secara tidak langsung membuat Bintang bingung. Siapa suruh bikin hidup Raya ga tenang, jadilah harus membalasnya secara tersirat.

Ternyata ada gunanya punya sahabat kutu buku kayak Rain, selain dapat ilmu juga dapat digunain buat mengungkapkan makna tersirat.

Bintang sebisa mungkin mencari tahu jawaban atas pertanyaan dari Raya yang sangat sulit untuk dibalas.

"Kota batu dari malang
Kota tua dari Semarang
Tersembunyi dalam perasaan
Tentu jawabannya maksud lain dari seseorang." Bintang tersenyum bangga membalas pantun teka-teki dari gadis itu.

'Kok dia bisa tahu sih?' batinnya menggerutu dia mengira Bintang akan menyerah dan meminta dia memberi tahunya. Justru kini yang terjadi malah sebaliknya.

"Hmm, bener, elo kenapa bisa jawab sih?" tanyanya dengan muka menekuk karena tidak berhasil membuat Bintang menyerah.

"Bisalah, gue Bintang Yeraham. Bintang penerangan kegelapan," tuturnya dengan sombongnya.

'Bintang membawa kegelapan kenyataannya' batinnya memang itulah yang dia rasakan. Namanya saja yang bagus tapi kelakuannya tidak seperti namanya.

_____________________________________

Haii semua gimana kabarnya?
Ini cerita sederhana dari hasil ideku. Semoga kalian suka. Mohon maaf kalau masih banyak salah maklum aku pemula.

Agaraya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang