𝟏𝟏: Strange Taste

999 166 11
                                    

Berjam-jam pun berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berjam-jam pun berlalu. Rosé tiba-tiba membuka matanya karena sedikit guncangan dari pesawat akibat menabrak awan. Ia merasakan sensasi aneh yang mengerikan sehingga membuat perutnya tidak enak.

Diperlukan beberapa menit kesunyian yang suram dan tegang sebelumnya ia berhasil membendung perasaannya. Wanita itu lantas mengamati sekitarnya dengan penuh minat.

Kabin gelap, dengan samar mesin pesawat nyaris tak mengusik keheningan di sekitarnya. Seseorang telah merebahkan kursinya dan menutupinya dengan selimut tipis, dan bantal diposisikan di bawah pipinya. Tirai menutupi jendela-jendela bundar, tetapi ketika melirik ke sana, ternyata di luar sama gelapnya dengan di dalam pesawat.

Rosé menoleh perlahan, mendapati dirinya menatap langsung wajah Jimin yang lelap. Kedekatan tak terduga itu membuatnya terkejut. Untuk sejumlah alasan, ia tidak menyangka pria itu akan tertidur tepat di sebelahnya, dan Rosé merasa agak gelisah melihat Jimin seperti ini, ditambah lagi dengan pernyataan yang dilontarkannya beberapa jam yang lalu.

Seperti miliknya, kursi Jimin dimiringkan ke belakang, kepalanya yang yang gelap terkulai santai di pundak, menghadap ke arah Rosé. Terlihat beberapa kancing atas kemeja dari pria itu dibuka, dan manset lengannya digulung sehingga menampakkan tangan yang kekar dan berurat di lengannya yang putih bersih.

Tangannya pun ditautkan longgar di atas perut ratanya. Cincin emas yang Rosé pakaikan di tangan kanan Jimin atas desakan pria itu berkilau lembut dalam keremangan. Rosé seketika melirik tangannya sendiri, terkatup dalam cara yang mirip dengan Jimin, lalu mengamati cincin serasi yang ia kenakan.

"Menikah, dengan pria tak terduga. Dan suamiku ternyata adalah bosku sendiri." Kata Rosé lirih. Ia lalu tersenyum muram mereka di bibirnya saat ia menatap lekat-lekat wajah pria itu. "Apa yang sebenarnya pria ini pikirkan tentang ikatan yang telah dia lakukan? Apa benar, dia menyukaiku? Tapi jika dia benar-benar menyukaiku, mengapa sebelum adiknya dia terlalu pengecut untuk mengatakannya kepadaku?" Batinnya.

Seperti biasa, wajah Jimin tidak mengungkapkan apa-apa. Bahkan dalam kondisi tertidur lelap, wajah Jimin masih menyimpan pemikiran-pemikirannya sendiri. Tetapi, dengan mata hitam dingin tersembunyi dibalik mata yang membentuk 2 lengkungan gelap pada tulang pipinya yang tinggi, raut wajah Jimin melembut sementara garis-garis keras tekad yang agresif itu menyurut dalam lelap. Dan bibirnya terlihat lebih lembut, lebih ramah, membentuk lengkungan halus yang tampak sensual di mata Rosé.

Itu mengejutkan, karena wanita itu tidak pernah memikirkan Jimin seperti itu sebelumnya. Namun, sekarang ia merasakan desiran dalam dirinya, mirip sapuan ujung jemari pada lapisan dalam perutnya, dan jantungnya semakin berdegup kencang tak karuan.

"Tidak, ini tidak benar." Rosé menyangkal dan menutup matanya lagi, menghalangi pemandangan itu-menghalangi lelaki tersebut. Jimin mungkin sudah menjadikan dirinya tak tergantikan untuk Rosé saat ini, tetapi wanita itu tidak ingin mulai merasa seperti itu tentang Jimin. Rasanya terlalu mirip keputusasaan.

TOUCHING YOUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang