SATU

44 1 0
                                    

Agatha benar-benar tidak mengerti mengapa teman-teman perempuannya begitu senang ketika jam pelajaran olahraga dimulai. Bukankah menyebalkan jika kita disuruh berlari mengelilingi lapangan sekolah pada pukul 11 siang? Hei apa ada orang yang mau menahan teriknya panas matahari dengan berjemur? Lagipula siapa yang menyusun jam pelajaran dengan membuat jam pelajaran olahraga di siang bolong? Memang sih seharusnya jam olahraga dimulai pada pukul 10 tetapi menjadi mundur satu jam karena Pak Reza ada urusan mendadak tetapi tetap saja ini cukup menyebalkan.

Sambil merapikan seragam olahraga miliknya, Agatha berjalan ke arah lapangan sekolah bersama Kirana.

"Panas banget ini hari Ta" keluh Kirana yang dibalas anggukan oleh Agatha.

"Aku mikirnya hari ini gajadi jam olahraga" cengir Agatha. "Padahal tadi udah seneng karena Pak Reza bilang ada urusan"

"Hari ini kira-kira ngapain ya" bisik Kirana sambil menengadahkan kepala. "Ehh gerimis ga sih"

Agatha ikut menengadahkan kepala kemudian membuka telapak tangannya. "Nah gini baru seru" ujarnya sambil tersenyum. Kedua anak perempuan itu tertawa bersama kemudian bergabung dengan teman sekelasnya yang satu persatu menepi di ujung lapangan sekolah.

"Kenapa jam segini bisa hujan" gerutu Pak Reza-kesal karena hujan turun padahal dirinya sudah berusaha kembali ke sekolah untuk mengajar. "Kita tunggu 10 menit lagi ya kalau hujannya tambah deras lebih baik saya berikan tugas saja".

Murid laki-laki yang jelas menyukai jam olahraga saling menggerutu karena akan diberi tugas, berbanding terbalik dengan murid perempuan yang justru senang karena terhindar dari jam pelajaran yang melelahkan. Setelah 10 menit menunggu akhirnya Pak Reza memutuskan untuk memberikan tugas pada buku tugas olahraga sehingga masing-masing murid memutuskan berpisah meninggalkan lapangan olahraga.

"Aku mau ke perpus ya Na" ucap Agatha. Perempuan itu berdiri sambil menepuk-nepuk celananya yang kotor karena duduk di tepi lapangan.

"Oke gue mau tidur aja di kelas" cengir Kirana. Kedua perempuan itu lantas berpisah.

Perpustakaan terlihat lebih sepi dari biasanya karena saat ini memang sedang jam pelajaran berlangsung. Agatha masuk dan disambut seorang wanita yang bertugas menjaga perpustakaan. Perpustakaan SMA Garuda memang cukup besar dan menyimpan cukup banyak jenis buku tetapi Agatha jelas lebih tertarik dengan barisan buku fiksi.

Perempuan itu melangkah menuju barisan buku bertuliskan fiksi dan menarik sebuah novel dari sana. Setelah menemukan novel yang akan dibacanya, dia kemudian berjalan menuju bilik membaca. Bilik membaca itu hanya berupa meja beserta kursi dimana pada setiap meja dipasang sekat di kiri dan kanannya agar murid yang sedang belajar tidak terganggu dengan sekitarnya.

Lima belas menit berlalu dengan Agatha yang asik dengan novelnya hingga matanya berhenti menatap buku hanya untuk melihat sebuah amplop berwarna merah jambu yang baru saja jatuh. Agatha meraih amplop merah jambu tersebut kemudian berdiri, menoleh ke sebelah kiri dan kanannya tapi sayangnya dia tidak melihat siapapun disana. Merasa penasaran, perempuan itu akhirnya membuka amplop merah jambu yang tersegel rapi dan tanpa bertuliskan nama penerima itu.

Pagi itu aku sampai di sekolah dengan tergesa karena memang sudah terlambat. Bukannya aku telat bangun atau terjebak macet di jalan tetapi itu karena menunggu seorang perempuan yang tampaknya tidak tau cara menyeberang jalan. Sudah sekitar lima menit berlalu tetapi perempuan itu tetap tidak menyeberang. Kelihatannya dia tidak pernah melakukannya sendiri karena kepalanya sibuk berputar ke kanan dan ke kiri. Aku yang sudah berada di depan gerbang sekolah-berseberangan dengannya akhirnya memutuskan untuk mendekatinya tetapi dia sama sekali tidak memperhatikanku. Aku akhirnya mengangkat tangan kiriku tinggi-tinggi, menyeberang perlahan dengan perempuan itu ikut menyeberang denganku. Saat sudah sampai di depan gerbang sekolah, dia hanya terus berjalan tanpa mengucapkan kata terima kasih ataupun menoleh ke arahku. Dan bodohnya, aku malah tersenyum melihatnya.

Under The Starry SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang