9 - Ceroboh

5.8K 591 40
                                    

Sweetdrop. Satu ekspresi, menggambarkan orang-orang pada misi itu ketika seorang kunoichi muda berumur 16 tahun dipanggil 'Mama'.

"Sakura-chan, kau menikah kenapa tidak memberitahuku!" Naruto mengusap alay kedua matanya dari air mata palsu.

"Baka! Aku tentu saja belum menikah!" sentak Sakura geram dengan pemikiran konyol Naruto.

"Habisnya—"

"Huwaaa! Mama tidak mengakui Papa!" Sarada mendusel wajahnya di dada Sakura—sebagai sang mama. Menangis tersedu hingga sang empu bisa merasakan basah air mata di bagian dadanya.

"Eh, eh—?" Sakura linglung. Tapi, memilih menenangkan anak gadis ini.

"Sudah, sudah, ya. Jangan menangis lagi. Nanti matamu bisa bengkak." Dihapus air mata Sarada, sedikit meninggalkan jejak. Kemudian, ia mencium kedua kelopak mata Sarada penuh cinta. Sekarang, Sakura seakan menjadi seorang ibu.

"Mama cinta Papa, kan?" tanya Sarada usai menangis.

"Iya, Mama cinta Papa."

"Sarada sayang Mama!" ungkap Sarada menerjang Sakura kembali.

"Kenapa bisa sampai di sini?" Sakura melepas pelukan. Menatap onyx Sarada. "Kawasan ini berbahaya. Anak seusia Sarada tidak patut berada di sini."

"Salad kesini ingin bertemu Papa. Tapi malah tersesat," cicit Sarada pada akhirnya kembali mengeluarkan liquid bening.

"Dimana Papa?"

"Tidak tau." Sarada menggelengkan kepala lucu. "Paman bilang, jika bunshin-nya sudah selesai, Salad boleh keluar menemui Papa." Anak itu menjelaskan dengan lebih rinci.

"Jadi, Paman menghilang sebelum Sarada bertanya?" Anak itu mengangguk.

"Sekarang Sarada ikut Mama dulu, oke? Nanti kita bertemu Papa," bujuk Sakura.

"Tapi, Papa menunggu di sana. Kalau lama-lama nanti ditinggal!" seru Sarada.

"Tidak akan," sanggah Sakura. "Papa pasti akan menunggu. Jika terlalu lama pasti akan menjemput Sarada."

Terdiam, sebelum Sarada mengangguk semangat. Anak gadis itu kembali menubruk dada tepos Sakura yang dianggap sebagai ibunya.

"Jadi, siapa anak ini, dattebayo?" Naruto bertanya setelah ajang tanya-menanya usai. Kenapa dia mirip dengan Sasuke?

"Sepertinya dia tersesat ketika mencari papanya," jelas Sakura.

"Sakura-chan, dia itu mirip—"

"Aku tau. Tapi rasanya tidak mungkin," potong Sakura tau betul isi pemikiran Naruto. Pandangan beralih pada si gadil kecil dan tersenyum. "Jangan takut dengan mereka. Mereka baik."

Sarada mengabaikan, asyik membenarkan letak kacamata. Rasanya tidak nyaman. Sekiranya sudah nyaman, Sarada melihat orang-orang sekitar.

Onyx Sarada berbinar ria.

"Wah! Rokudaime, Nanandaime, dan Shino-sensei ada disini juga!" pekik anak gadis itu ceria.

Mereka kembali dibuat bungkam.

Sebenarnya siapa anak ini?

Sedangkan Kiba mengeluarkan sura suram. "Kenapa dia tidak mengenaliku?"

-

"Itadakimasu!"

Hinata mengambil beberapa menu makanan untuk suami dan anak-anak, seperti biasa. Malam ini, mereka bisa berkumpul untuk makan malam setelah kesibukan yang melanda si kepala keluarga yang mengurus masalah Uchiha Sarada. Setelah beberapa hari, akhirnya usaha tidak mengkhianati hasil. Mereka sudah mendapat solusi. Sasuke dan Naruto akan berangkat besok pagi sebelum fajar tiba.

"Tou-chan, kudengar kau akan menjalani misi bersama ayah Sarada," celetuk Boruto memastikan.

Hinata mengelap ujung bibir Boruto, terdapat sedikit nasi di sana. Sekarang sudah hilang.

"Ya, begitulah. Kami akan berangkat besok pagi," balas Naruto mulai melahap menu makan malam.

"Hima ingin ikut!" seru Himawari tiba-tiba.

"Naa, Hima. Anak kecil tidak boleh ikut dalam misi berbahaya seperti ini," sahut Naruto menolak lembut. Takut-takut membuat Himawari bersedih. Pawangnya—Boruto bisa menghajarnya.

"Begitu, ya?" Hinawari menunduk.

"Jangan bersedih begitu. Nanti akan kubelikan oleh-oleh, oke?" tawar Naruto.

Himawari mengangguk senang. Mood-nya kembali membaik.

-

"Onii-chan, onii-chan!" Himawari mengguncang tubuh Boruto yang tengah tertidur lelap pada tengah malam.

"Ugh, jangan ganggu, Hima," racau Boruto membalikkan tubuh membelakangi sang adik.

"Onii-chan, bangun!" rengek Himawari.

"Hm.. Kenapa?" Boruto menguap menatap Himawari memelas. Ia ingin tidur, mengantuk sekali.

"Lihat, lihat! Hima menemukan ini," ujar Hinawari menunjukkan gulungan yang dijatuhkan oleh ayahnya ketika pulang.

"Hm... Apa itu?" Boruto membulatkan mata. "I-ini gulungan? Gulungan?!" Ia memekik keras. Kemudian, sadar dan menutup mulutnya.

"Darimana mendapatkan ini, Hima?" tanya Boruto mengambil alih gulungan.

"Papa menjatuhkannya," jujur Hinawari.

Perlahan, Boruto membuka gulungan tersebut karena penasaran.

"Onii-chan, jangan dibuka—HAAA!"

Terlambat.

Mereka tersedot masuk, tanpa tau gulungan tersebut sangat penting bagi misi Sasuke dan Naruto esok hari.

SARADA Goes To THE PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang