Bukannya aku menyepelekan rasa syukur atas hidupku, tapi semua orang pasti mempunyai batas lelahnya masing-masing dan inilah yang sekarang ku rasakan.
Rasa sesal memang selalu datang terlambat pada hal yang seharusnya tidak dilakukan, dan aku disini tak ingin orang lain merasakannya.
.
.
.
.
.Jika di tanya, apa hal yang kau suka di dunia ini? maka akan ku jawab..
Sebuah ketenangan.
Kalau kalian mengira ketenangan yang ku inginkan seperti kesendirian, mendengarkan suara hujan, melihat sunset, atau mendengarkan musik dan sebagainya.. maka semua itu bukanlah ketenangan yang ku maksud.
Entanlah.. seperti apa ketenangan yang sebenarnya ku inginkan, semua hal yang ku perbuat tampak tidak dapat membuat diriku lebih baik.
Tekanan dari orang tua yang tak mau peduli dan mengerti jika anak mereka mempunyai masalah baik dari raga, jiwa dan hatinya. Semua masalah ku pendam sendiri dan menjadikan kata baik-baik saja sebagai tameng ku kepada semua orang.
Semua terus berlanjut.. dan tak jarang, jika sudah berada di titik yang paling rendah.. maka diri ini tak segan untuk melukai diri dalam tangis diam ku.
Hingga malam itu aku yang berniat ingin mengakhiri semua ini dengan melompatkan diri dari jembatan penyebrangan di dingin nya malam, merupakan pilihan yang baik menurutku.
Namun sebelum hal bodoh itu terjadi, sebuah tangan mencegah diriku. Tangan yang besar namun lembut disertai suara berat yang merdu menghentikan niat dan waktu ku.
Disana seorang pria berdiri dan menatap pada diri ini yang kacau dengan sendu.
"Hey, kau tau? mengakhiri semuanya dengan bunuh diri tak dapat menyelesaikan masalah. Seberat apapun masalah itu jangan sampai kau melakukan ini dan menyesal nantinya." Ujarnya
KAMU SEDANG MEMBACA
You are not real ( Jaeyong Oneshoot )
General FictionI don't care of you're my just hallucination or not, buy thank you for coming. I hope you rest in peace🥀 bxb! dan yang pasti angst Sebenernya ini cerita yang udah di publsih di tweet buat lomba, tapi karena gue lagi di mabok jaeyong, jadi sikat aja...