Bunga

707 75 17
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Dahyun telah membersihkan serta merapikan peralatan membuat cokelatnya. Iya, Dahyun adalah seorang Chocolatier. Ia membuka toko cokelat di kawasan Gangdong-gu.

Hmm, sudah rapi, saatnya pulang, batin Dahyun.

Saat keluar dari toko cokelatnya, tidak lupa ia mampir sebentar ke toko bunga yang letaknya bersebelahan dengan toko cokelat miliknya, sekadar membeli bunga untuk putrinya di rumah.

DING DING

Sana, sang pemilik toko bunga yang sedang merangkai bunga serta membersihkan bunga-bunga yang tercecer di lantai menoleh ke arah sumber bunyi.

DAHYUN!!! teriak Sana dalam hati senang akan kedatangan Dahyun.

Dahyun tersenyum ketika Sana tersenyum melihat kedatangannya.

"Sepertinya aku menganggumu ya, Sana." Ucap Dahyun sedikit tidak enak pada Sana yang sibuk membersihkan tokonya.

Sana menggeleng, "Hmm, tidak sama sekali. Seperti biasanya, 'kan?" tanya Sana seolah tahu maksud kedatangan Dahyun. Dahyun pun hanya menggangguk.

Sana pun segera menyiapkan bunga yang selalu dibeli Dahyun ketika ia akan pulang ke rumahnya.

"Tapi ada satu hal lagi," ucap Dahyun.

Sana yang telah menyiapkan bunga untuk Dahyun pun mengerutkan keningnya tanda penasaran. Tumben sekali.

Dahyun pun mengeluarkan secarik kertas dari kantong mantel sebelah kirinya. Sana pun melihat jari manis sebelah kiri Dahyun yang terdapat bekas cincin.

Dahyun melepas cincin nikahnya? Aneh. Wajahnya juga terlihat pucat, ya meskipun memang dia memang pucat, tapi pucatnya kali ini berbeda.

"Ini apa?" tanya Sana ketika melihat Dahyun mengeluarkan secarik kertas.

"Ini sebuah alamat dan kartu kredit untukmu. Untuk PIN sudah kutuliskan di kertas tersebut." Ucap Dahyun.

"Untuk apa ini?" tanya Sana semakin penasaran dengan tingkah Dahyun yang menurutnya aneh.

"Kirimkanlah bunga yang selalu kubeli ke alamat rumah tersebut jika dalam dua bulan ke depan aku tidak membuka toko cokelat milikku lagi." Ucap Dahyun.

"Memang dalam dua bulan ke depan kamu ke mana?" tanya Sana melihat Dahyun yang seperti menahan sakit di perutnya.

"Aku tidak kemana-mana, jangan khawatir. Aku hanya ingin liburan seorang diri." Ucap Dahyun yang tentu saja berbohong ketika melihat raut muka Sana yang khawatir ketika ia memegangi perutnya.

Ah, baiklah. Sepertinya aku terlalu ingin tahu akan dirimu, nona Kim.

"Kamu bisa 'kan melakukannya untukku?" tanya Dahyun memastikan karena Sana tidak kunjung mengiyakan permintaannya itu. Sana pun hanya menggangguk.

"Ini, bunga biasanya." Sana menyerahkan bunga pada Dahyun.

"Terima kasih, pakai kartu kredit itu saja, ya. Kalau begitu aku permisi pulang dulu. Aku mencintaimu nona Sana." Ucap Dahyun sedikit berbisik pada kalimat terakhir. Dahyun pun bergegas keluar dan mengendarai mobilnya.

Tunggu, aku tidak salah dengar, 'kan, batin Sana.

***

Sana melihat kalender dan hari ini tepat dua bulan Dahyun tidak membuka toko cokelat miliknya semenjak pertemuan terakhir mereka saat itu.

Sepertinya Dahyun sudah pergi liburan, batin Sana.

Sana pun menyiapkan bunga yang selalu dibeli Dahyun dan bersiap mengantarkan bunga tersebut ke alamat yang diberi oleh Dahyun dua bulan lalu.

Anthology: MiHyun & SaiDaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang