SEPULUH-BYAKTA FAMILY

719 49 0
                                    

Sepuluh

"Kenapa kamu nggak ngabarin aku kalau kamu sakit, Ta?" tanya Meesam pelan, Meesam tidak marah tetapi dia hanya kecewa. Seharusnya Laqueta mengabarinya jika ia sedang sakit, bagaimanapun juga, Laqueta adalah tanggungjawab Meesam.

Laqueta hanya bergumam, bukan karena lemas, dia hanya malas menjawab ucapan Meesam. Perkataan dokter tadi masih terngiang-ngiang di benaknya, kini Laqueta bingung, dia harus bahagia atau justru merasa sedih?

"Mulai sekarang kamu jangan kayak gini lagi, jangan buat aku ngerasa nggak dihargai, Laqueta."

Laqueta tertegun mendengar ucapan Meesam, kenapa pria itu sepertinya sedang marah? Apa yang membuatnya marah?

"Maaf," ucap Laqueta pelan.

Meesam menghela nafasnya pelan. "Aku nggak bermaksud ngebentak atau marahin kamu. Aku cuma khawatir, Ta, aku nggak ada di saat kamu sedang membutuhkan aku. Aku kecewa dengan diri aku sendiri."

Meesam benar-benar tidak bisa melihat Laqueta sedih seperti ini, saat Laqueta minta maaf saja, Meesam justru merasa tidak nyaman.

Laqueta menatap Meesam, kenapa pria itu mengatakan hal yang seperti itu? Perkataan Meesam justru membuat Laqueta semakin merasa bersalah. Sebenarnya Laqueta hanya tidak ingin menambah masalah Meesam, pria itu sedang liburan bersama sahabat-sahabatnya, Laqueta merasa egois jika harus mengganggu acara mereka.

"Kamu nggak salah, aku yang salah karena nggak bisa ngertiin kamu," balas Laqueta pelan.

Wanita itu menahan air matanya yang mendesak untuk keluar, perasaan Laqueta semakin tidak karuan, ia ingin lepas dari segala perasaan yang menyiksanya ini. Perasaan sedih, takut, bahagia, tidak nyaman dan perasaan-perasaan lain yang semakin menambah kekhawatirannya.

Tatapan Meesam mulai melunak mendengar ucapan Laqueta, istrinya ini selalu bisa menenangkan perasaannya walau hanya sekedar mengatakan kalimat maaf.

Meesam langsung menjalankan mobilnya, sebenarnya Laqueta diminta untuk dirawat inap, tetapi wanita itu langsung menolak, awalnya Meesam memaksa Laqueta agar setuju untuk dirawat inap, namun mata Laqueta langsung basah membuat Meesam tidak tega dan akhirnya mengalah.

Sungguh Meesam tidak bisa melihat air mata jatuh dari mata Laqueta.

🐬🐬🐬

Ochi duduk di teras sambil memakan biskuit dan melihat Ojwala serta Ogya bermain sepeda, Ochi tidak berani ikut karena gadis kecil itu takut jatuh.

"Oma! Oma! Itu mami sama papi udah pulang," seru Ochi ketika melihat mobil yang dikendarai Meesam masuk ke pekarangan rumah.

Mina langsung berdiri dan menghampiri Laqueta dengan cepat, melihat anaknya duduk di mobil dengan wajah yang masih lemas membuat Mina semakin khawatir, mereka baru pulang dari rumah sakit, seharusnya keadaan Laqueta membaik, tetapi kenapa tidak ada perubahan?

"Meesam, kenapa Laqueta masih lemas?" tanya Mina.

"Seharusnya Laqueta dirawat inap, Bun."

Jawaban yang diberikan Meesam sudah membuat Mina mengerti, sudah pasti anaknya itu menolak untuk dirawat, Mina sudah hafal dengan kelakuan Laqueta.

Laqueta akan keluar dari mobil tetapi Meesam menahannya, pria itu langsung menggendong Laqueta dengan mudah, seolah berat yang dimiliki wanita itu tidak berarti bagi Meesam.

"Waaah, Papi so sweet banget, sih," ucap Ochi yang daritadi memperhatikan kedua orang tuanya.

"Siapa yang ngajarin Ochi ngomong gitu?" tanya Beni.

Byakta Family [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang