Kenangan itu kembali mengisi seluruh pikiranku
Dira menyeruput segelas kopi hitam yang ada dihadapannya sambil menyulut sebatang rokok, sesekali ia menatap layar ponsel miliknya. Tak ada pesan masuk. Ayas yang dari tadi memperhatikan, akhirnya bertanya..
"Kamu nunggu telepon siapa sih Dir? Dari tadi liat handphone mulu." celetuk Ayas sedikit kesal.
"Nggak ada."jawab Dira singkat
"Nggak ada? Tapi dari tadi kamu ngetuk-ngetuk layar ponsel mulu."
"Salah?"
"Aku nggak bilang salah, ada yang kamu sembunyikan dari aku. Iya kan?"nada Ayas sedikit meninggi.
Dira tak menjawab, ia kembali menyeruput kopinya. Ayas hanya menghela nafas. Ia sangat tau sahabat yang telah dikenalnya dari bangku SMP itu menyembunyikan sesuatu. Namun ia juga tak memaksa agar Dira bercerita.
Sudah dua jam mereka berada dikedai kopiku. Ayas mengajak Dira ke sana karena ingin bercerita tentang rencana kembalinya ia ke Surabaya. Ayas yang menyadari kegelisahan Dira, tak ingin balik bertanya tentang kapan Dira juga akan kembali.
"Kalau ada apa-apa cerita ya." Pinta Ayas
"Iya Yas." Dira kembali melamun, ia mengingat pertama kali bertemu Amar. Lelaki yang sampai sekarang memenuhi isi kepalanya.
Jum'at malam setelah pulang kerja pertama kali Dira melihat Amar secara langsung. Ia hanya mendengar cerita tentang Amar melalui kekasihnya,Raka. "Amar itu lelaki bajingan tapi penuh perhatian," pungkas Raka waktu itu. Terkadang saat berdua Raka, ia sengaja video call Amar dan dengan bangganya memperkenalkan kekasihnya itu. Dira tak menyangka bisa bertemu Amar di kota Malang sejak ia pindah dari kota kelahirannya,Surabaya. Dira diharuskan pindah kerja ke Malang karena belum ada yang mengisi posisi Analyst di kota itu. Mau tak mau ia menuruti atasannya karena ia dijanjikan akan kembali ke Surabaya setelah 3 bulan.
"Hei.. Akhirnya kita ketemu." Amar mengulurkan tangan sembari melemparkan senyum manis dibibirnya dan mengajak Dira bergabung dengan yang lain.
"Eh iya kak." Dira balas mengulurkan tangan dan duduk di sebelah Amar. Saat itu Amar sedang berbincang dengan teman-temannya diwarung kopi bang Jaka, ada sekitar delapan orang disana, ditengah perbincangan kebetulan sekali Dira muncul sendirian.
Dira hanya terdiam memperhatikan Amar berbincang. Setengah jam Dira menunggu, mulutnya terasa asam karena tak merokok. Kemudian ia menyenggol dan berbisik pada Amar "Boleh nyebat nggak sih, kak?" Bisiknya.
"Bolehlah... dari tadi kamu nunggu aku selesai?" Tanya Amar tertawa kecil.
Dira hanya mengangguk dan kemudian meminta izin pada yang lain untuk merokok. Tak lama kemudian Amar mengambil gitar yang ada didekat meja kasir.
"Request lagu Iwan Fals-yang terlupakan." Pinta Dira
"Oke.. tapi kamu yang nyanyi ya." Amar mengiyakan.
Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari, Raka menelpon dan menyuruh Dira pulang. Dira pun pamit. Dua minggu berlalu setelah pertemuan pertamanya dengan Amar. Dan untuk pertama kalinya Amar mengirimkan pesan "Hei.. kamu lagi dimana?" Dira tak langsung membalas pesan itu, ia masih asyik menggoreng ayam di dapur. Setelah makanan siap dan selesai makan, ia baru teringat membalas pesan masuk tadi.
"Ini siapa?" Balas Dira. Ia belum melihat profile picture whatsapp Amar. Setelah sadar itu Amar ia mengirimkan pesan lagi "di rumah. Ada apa kak Amar?" Balas Dira
"Lagi sibuk? Ada yang mau aku omongin, Dek. Bisa ketemu? pas kamu nggak sibuk aja."
"Tentang apa, kak?" Tanya Dira penasaran. Setau Dira, Amar bukanlah orang yang bisa berbagi cerita dengan orang asing,terlebih Dira yang baru dikenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELESAI
General FictionMencintai seseorang yang telah memiliki kekasih itu seperti menggenggam kaktus, semakin kau menggenggamnya erat, akan semakin sakit. Ya itulah yang dirasakan Dira, tak peduli bagaimana sakitnya ia tetap mencintai Amar. Ia tak tau ke arah manakah hub...