Ah, yang benar saja..
Leya begitu kesal sekarang, saat ini ia tengah dihalangi oleh tiga gadis kelas sebelah ketika ia hendak pergi ke kantin untuk menyusul teman-temanya.
Jika biasanya Leya akan dihalangi oleh sekelompok lelaki yang hendak menyatakan perasaannya kepada Leya, kali ini gadis-gadis yang ada di depannya terlihat sangat tidak bersahabat.
Wajah mereka terlihat merendahkan Leya, kedua lengan mereka terlipat di bawa dada mereka yang sengaja dibusungkan.
"Jadi, kalian mau apa sama Leya?" Tanya Leya dengan nada suara sopan.
"Waduh, pake pura-pura polos lagi, jijik banget njem," ucap salah satu dari mereka dengan memutar mata karena merasa kesal.
"Bukannya Leya udah bilang, kalau mau taruhan harus yang adil. Leya udah bilang ke kalian, kalau kalian boleh deketin Suhaa atau narik perhatian dia, jadi masalah kalian sama Leya apa lagi?" Kali ini Leya menatap gadis-gadis itu dengan tatapan dingin.
Benar, Leya dan tiga gadis itu sudah saling mengenal setahun yang lalu. Ketiga gadis yang ada di depan Leya bernama Raina, Clara dan Saras.
Dua tahun lalu ketiga gadis itu datang menemui Leya untuk memperingatkannya agar menjauh dari Suhaa, karena mereka bertiga juga menyukai lelaki itu.
Dan di situlah Leya mengatakan jika Leya ingin taruhan. Leya mengatakan jika mereka berempat akan berlomba mendapatkan perhatian dari Suhaa dengan cara apapun.
Tak ada syarat-syarat tertentu yang harus mereka lakukan, Leya hanya mengatakan untuk bersaing dengan adil dan menyerah jika salah satu dari mereka telah terpilih.
"Masalah? Enak banget ye tu mulut nyolot.. lu pake pelet apa sampai Suhaa mau sama lu, hah?" Clara maju satu langkah sambil melototi Leya.
"Leya nggak suka 'ya kalau kamu nuduh-nuduh Leya tanpa bukti." Leya mencoba tetap sabar, ia tidak ada waktu untuk meladeni semua omongan ketiga gadis itu.
"Wah, ni cewek nakutin anjir.. kayaknya dia udah tidur bareng sama si Suhaa, makanya Suhaa mau-!!!"
Kalimat Clara terhenti, tiba-tiba saja posisi kepalanya telah berubah karena tamparan keras mengenai pipi kirinya, pipinya terasa panas akibat tamparan yang diberikan oleh Leya.
Leya dengan berani menarik kerah seragam Clara dan menatapnya tajam, "Leya peringatin kamu, Leya nggak suka denger tuduhan-tuduhan nggak berdasar kayak gitu,"
"Terus, Leya salah apa? Bukannya Leya yang menang? Leya pakai cara curang, nggak 'kan?" Lanjut Leya tanpa memalingkan wajahnya.
"Sekarang urusan kita sudah selesai sampai di sini. Kalau kalian mau deketin Suhaa atau godain Suhaa, silahkan, Leya nggak bakal ngehalangin kalian,"
"Kita liat, seberapa besar cinta Suhaa ke Leya. Kita liat, Suhaa bakal kegoda atau nggak. Kalau Suhaa kegoda, ambil aja, bawa pulang.. cuma cowok brengsek doang yang kegoda sama cewek lain sementara dia punya pacar!"
***
***
"Kok lu lama banget sih? Lu darimana hah?"Baru saja Leya duduk di kursi kantin tepat di samping Suhaa ia langsung mendapat ocehan dari Suhaa, ia hanya bisa menghela napas pasrah sambil mendengarkan ocehannya.
"Leya tadi di panggil sama Bu Lastri, Leya ngebantuin ibu bawa beberapa berkas ke kantor..," balas Leya terdengar meyakinkan.
Suhaa hanya bisa menghela napas, ia merasa khawatir sedari tadi karena gadis itu menghilang entah kemana, bahkan ia sempat mencari gadis itu ke berbagai tempat namun tak menemukannya.
Memang benar jika ia tak mencarinya di kantor, ia hanya mencari di tempat-tempat dimana Leya sering berada di sana.
"Loh, Dela kemana?" Tanya Leya karena tak menemukan sahabatnya itu di sekitar mereka.
"Tadi izin ke WC bentar, katanya tiba-tiba datang bulan..," ucap Zaki sambil menyeruput mie instannya.
"Dia bawa pembalut nggak? Kalau nggak ada Leya bakal beliin," tanya Aleya lalu segera berdiri dari tempatnya.
"Nggak, nggak perlu. Dia udah bawa pembalut katanya," kali ini Suhaa yang menjawab dan menghentikan Leya untuk pergi dari tempatnya.
Leya menghela napas, ia lalu kembali duduk ke tempatnya, "Oghey lah kalau begitu.. ini siapa yang beliin?"
Leya baru menyadari jika di depannya terdapat dua roti selai coklat ukuran besar dengan dua kotak susu full cream di sebelah roti itu.
"Gue, makan yang banyak." Suhaa hanya menatap Leya sejenak lalu kembali memakan makanannya.
"Loh, kok Leya di beliin roti? Leya juga mau cilor kayak Suhaa sama Zaki..," balas Leya dengan ekspresi cemberut.
"Eh kutil kuda, lu harus makan banyak, lu nggak liat tuh badan? Udah mirip gagang sapu masih aja ngebantah!" ujar Suhaa memarahi Leya.
"Ish, ya udah.. Leya nyerah, nanti Leya ganti uang Suhaa..," balas Leya dengan helaan napas singkat.
"Nggak usah, gue traktir.." balas Suhaa singkat.
"Hm, ya udah deh..."
***
***
Saat ini, Leya dan Suhaa tengah berdiam diri di depan sebuah cafe dimana Suhaa bekerja paruh waktu."Suhaa udah mau kerja sekarang, Suhaa pulangnya kapan?" Leya meraih kedua tangan Suhaa dan menatapnya dengan kepala yang miring.
"Mungkin sekitar jam delapan malam, nanti gue mampir ke rumah. Orangtua lu tau nggak kalau kita pacaran?" jawab Suhaa dan ikut bertanya.
"Belum sih, Leya belum sempat ngasih tau.., emangnya kenapa?" Leya kembali memiringkan kepala ke arah sebaliknya.
"Kalau gitu, gue sekalian ngasih tau kalau kita lagi pacaran, nggak apa-apa kan?" Sekali lagi, Suhaa menjawab dan kembali bertanya.
"Boleh lah, malah Leya suka kalau Suhaa yang ngasih tau ke ortu Leya. Ya udah, Leya tunggu jam delapan ya!" Leya berseru dengan riang.
"Hm, pulang gih, mau gue anter?" tanya Suhaa singkat.
"Nggak, nggak usah. Leya bisa pulang sendiri, Leya juga udah pesen ojek, tapi Leya mau.." Leya menepuk dagunya beberapa kali menggunakan telunjuk sambil berpikir.
"Apaan, hm?"
"Suhaa, Leya 'kan butuh wallpaper nih, jadi.." Leya tersenyum sambil mengayunkan tangan.
"Jadi?.."
"Leya mau foto bareng sama Suhaa, Suhaa nggak mau?" serunya cepat sambil tersenyum memperlihatkan gigi putihnya.
Suhaa sempat terkejut, ia merasa canggung karena baru pertama kali berfoto menggunakan ponsel, apalagi dengan seorang gadis cantik.
Akhirnya Suhaa mengiyakan dengan anggukan singkat. Dengan cepat ia membungkuk untuk mensejajarkan tingginya saat Leya merogoh tasnya untuk mengambil ponsel.
Leya mulai membuka kamera ponselnya dan menangkap wajahnya serta wajah Suhaa di layar ponsel dengan beberapa filter imut yang tersedia di aplikasi kameranya.
Leya mendapatkan lima foto dengan filter yang berbeda dan gaya yang berbeda, ia terus menatap hasil jepretannya terutama wajah Suhaa yang terlihat menggemaskan.
Apalagi Suhaa memakai seragam kerjanya yang membuat penampilan Suhaa semakin keren membuat Leya tak bisa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
Dengan segera Leya mengubah wallpaper ponselnya dengan salah satu gambar terbaik yang ia dapatkan tadi. Akhirnya ia memilih gambar dengan filter kucing dan menetapkannya sebagai wallpaper.
"Cepet pulang, udah mau sore.." Suhaa menghela napas sambil memperhatikan Leya yang tengah sibuk mengotak-atik ponselnya.
"Bentar lagi Suhaa, Leya masih sibuk.." singkat Leya.
"Ojek lu lama banget, gue anter aja kalau gitu.."
"Eh, jangan. Suhaa masuk gih, Leya bakal nunggu ojeknya di sini," balas Leya tanpa menatap Suhaa dan tetap fokus pada ponselnya.
"Gue tunggu di sini sampai lu pulang-!" baru saja Suhaa selesai berkalimat, Ojek yang di pesan oleh Leya akhirnya datang.
Dengan cepat Leya naik ke motor setelah menerima helm dari tukang ojek, "Dah Suhaa..,"
Suhaa hanya melambai hingga tukang ojek itu akhirnya berangkat dan meninggalkan area cafe.
***
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Suhaa (END)
RomanceWARNING! (Peringatan!) Please everyone who sees this, please stop and never plagiarize/copy other people's work!!! I beg you so much! whoever it is! (Siapapun yang melihat ini, tolong berhenti dan jangan pernah menjiplak/menyalin karya orang lain...