3.Rencana balas dendam

2.6K 215 16
                                    

Darma menyuruh semua anggota The Anger kumpul di markas. Hari ini ia akan membahas kembali masalah balas dendam yang sempat tertunda.

Seperti biasa, jika dalam keadaan ramai Darma selalu memakai slayer hitam di wajahnya. Pria itu duduk di atas meja seraya memainkan pisau lipat.

"Thor, lo udah foto plat mobil yang gue suruh kan?" tanya Darma pada Thor yang sedang sibuk bermain ponsel.

Thor yang tadi senyum-senyum dengan ponselnya mendongak."Iya udah."

"Kirim ke Sam sekarang!" perintah Darma.

"Bentar napa gue masih chatingan sama gebetan gue," ujar Thor malas.

Darma menatap Thor yang berada di sofa. Ia melempar pisau lipat itu tepat di samping kelapa Thor. Seketika tubuh Thor membatu.

"Gue bilang kirim sekarang!" ucap Darma.

"Meleset dikit nyawa gue melayang bos!" Thor tidak habis pikir dengan ketuanya ini. Bisa-bisanya bermain dengan pisau.

"Buruan kirim sebelum nyawa lo lewat," ujar Dipta menepuk pelan pundak Thor.

"Udah, tuh!"

Thor memperlihatkan foto yang sudah ia kirim ke WA Samuel. Darma memang tidak bisa santai sedikit. Apa-apa harus hari ini juga.

"Puas lo! Emang dasar psikopat lo, Ju!" kesal Thor tidak terima.

Di antara anggota The Anger hanya Thor lah yang berani bermain-main dengan Darma. Sudah tahu ketuanya itu tidak memiliki hati nurani masih saja di lawan.

"Sabar Thor, orang sabar itu banyak ujiannya." Ibra duduk di samping Thor menepuk pelan bahunya.

"Sabar pala lo peang!"

"Sam, lo selidiki siapa pemilik mobil itu. Gue mau lo dapetin informasinya gak kurang dari satu minggu."

"Oke, Ju."

°°°°°

"Assalamualaikum."

Darma menghampiri seorang wanita paruh baya di dapur. Wanita itu tengah menyiapkan makan malam.

"Waalaikumsalam. Darma, kok malam pulangnya?" wanita itu membuka celemek di badannya. Ia mengambilkan segelas air putih untuk putranya di meja dapur.

"Iya Bun hari ini Darma ada rapat osis makanya pulangnya telat," ujar Darma pada sang Buna.

Arumi mengangguk pelan. Wanita 36 tahun itu mengelap keringat di pelipis Darma.

"Sekarang kamu mandi, ganti baju terus turun buat makan malam. Panggil juga tuh adik kamu di kamar. Dari sore game terus," ujar Arumi jengah. Putra keduanya begitu gila dengan game sampai seharian tidak keluar kamar.

"Iya Buna."

Darma beranjak dari dapur. Pria itu pergi ke kamarnya di lantai dua. Saat ia membuka pintu ia melihat kamarnya begitu berantakan.

"Damar! Lo apain kamar gue!"

Darma melempar tasnya ke sembarang arah ketika melihat keadaan kamarnya begitu berantakan. Sedangkan sang pelaku masih sibuk dengan stik game nya.

"Kiri! Kiri! Gue bilang kiri bego!"

Damar melemparkan stik gamenya saat permainannya berakhir. Ia tidak peduli dengan tatapan maut sang kakak.

"Lo sih dateng jadi kalah kan gue!" dumel Damar menyalahkan kakaknya.

Damar Daiyan Saputra, anak kedua Tasya bersama Marsel. Usianya 12 tahun, hobinya bermain game dan sering buat Bundanya marah. Males belajar sama seperti Papanya dulu. Sifat Damar tidak beda jauh dengan Marsel karena sejak kecil Marsel sudah menurunkan sifatnya itu pada anak bungsunya.

"Nggak apa-apa gak pinter belajar yang penting kita pandai mendapatkan hati wanita." Begitulah ajaran Marsel pada putra keduanya dulu.

"Malah nyalahin gue, beresin cepat kamar gue!" suruh Darma.

"Nggak mau!" tolak Damar.

"Gue rusakin nih PS lo!" ancam Darma.

"Rusakin aja entar gue minta yang baru ke Buna, wle!" Damar menjulurkan lidahnya pada sang kakak.

Darma menggeram kesal, ia menarik telinga Damar sampai memekik kesakitan.

"BUNA TOLONG BUNA! MONSTER MENYERANG!!" Teriak Damar kencang.

Arumi berlari dari dapur menghampiri kamar kedua anaknya. Pasti mereka sedang ribut lagi hari ini. Tidak bisakah kedua anaknya itu akur.

"Darma! Damar! Berhenti gak!" teriak Arumi di ambang pintu kamar mereka.

Darma melepaskan jewerannya lalu Damar berlari memeluk Arumi.

"Buna, masak kak Darma tarik telinga Damar sampek mau copot!" adu Damar dramatis.

"Darma, berapa kali Buna bilang sama kamu. Kalau mau negur adik yang salah itu dengan cara baik biar adik kamu juga bisa baik," tegur Arumi pelan.

"Kalian itu saudara gak boleh saling menyakiti."

"Iya Buna maaf," ucap Darma menyesal. Darma menatap sang adik tajam. Dasar tukang ngadu.

"Ini juga, kamar udah kayak kapal pecah. Sekarang kalian beresin kamar kalian setelah itu turun makan malam!" ucap Arumi.

"Damar ikut Buna aja ya ke bawah. Nanti Damar di aniaya lagi sama monster itu!" Damar menatap Arumi nanar.

"Nggak ada. Lo yang berantakin kamar jadi lo yang harus bersihin. Gue mau mandi," ujar Darma.

"Ini kamar kalian berdua jadi bersihinnya sama-sama. Kalian harus belajar lebih kompak lagi jangan cuma berantem mulu. Buna capek dengarnya."

Sepertinya kepala Arumi ingin pecah setiap hari harus mendengar pertengkaran dua putranya ini. Menjadi single mom memang tidak mudah bagi Arumi.

Marsel, i miss you.

DARMASILA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang