5. Di Ujung Tanduk

74 19 18
                                    

"Aku tidak akan bertekuk lutut kepada siapapun, kecuali pada diriku sendiri!" ~ Ceanta

¤¤¤

Gagor mendekati Bunda, dia langsung menggempur monster itu dengan bom-bom energi. Hasilnya bisa ditebak kalau Bunda kembali gagal melukai Gagor.

"Tidak usah repot-repot menyerang lagi, Trias Ade Maverick. Aku datang sebenarnya untuk mengambil artefak yang kau ambil 'darinya'. Di mana artefak itu? Aku yakin kau menyembunyikannya."

Bunda terkejut Gagor mengetahui nama aslinya, namun bukan itu yang paling membuatnya bingung.

"Artefak? Artefak apa yang kau maksud?" Bunda mengernyitkan dahi.

Gagor mendengus, dia lalu tersenyum sinis. "Jangan berpura-pura tidak tahu, Trias. Kau tahu apa artefak yang kumaksud."

Muncul sebuah gambaran berlian di depan Bunda, dia terbelalak karena mengenali berlian tersebut.

"Di mana benda ini?" tanya Gagor sekali lagi.

Bunda tidak memberikan jawaban apapun, dia malah bersiap untuk kembali menyerang.

"Berhenti, Trias. Aku tidak suka jika terpaksa membunuhmu," ujar Gagor.

Namun Bunda tidak mendengarkan perkataan monster itu dan tetap menembakkan bom energinya. Gagor melesat dari balik asap yang tercipta lantas mencekik leher Bunda dengan kuat.

"Di mana benda itu?" tanya Gagor dengan nada serius.

Cekikan Gagor semakin dalam masuk ke kerongkongan Bunda, membuat nafasnya tertahan.

"Jangan memaksaku melakukan ini, aku membutuhkanmu!"

Enge yang sedang membalut kaki Giovanni melihat Bunda di ujung tanduk, dirinya pun meninggalkan Giovanni sejenak lalu beranjak mendekati salah satu sigil pelindung gereja.

"Saudari Enge!" Giovanni berteriak, dia ingin mengikuti Enge.

"Jangan kesini! Larilah, pergi ke desa dan peringatkan semua orang!"

"Bagaimana? Kakiku terluka!"

"Kau bisa melakukannya tanpa diriku! Jangan cengeng dan larilah ke desa!"

Enge menurunkan intensitas Mana pada sigil pelindung itu, dia pun masuk sebelum kembali meningkatkan intensitas Mana sigil tersebut dan menghalangi Giovanni untuk masuk ke dalam.

Tanpa pikir panjang, Enge menyerang Gagor menggunakan sebuah mantra api. Bunda mendelik melihat Enge membantunya. Seandainya dia tidak sedang dicekik, maka dia akan menghardik biarawati itu habis-habisan.

"Oh, ada yang ingin ikut menari? Baiklah, seperti keinginanmu."

Gagor melempar Bunda cukup jauh sampai menghantam dinding gereja. Mengangkat tangan kanan, Gagor kemudian mengumpulkan energi Mana sebelum menggunakan sebuah sihir yang dipakainya untuk membunuh Care. Tetapi, kali ini Gagor menggunakan sihir tersebut dengan energi Mana yang lebih tinggi.

"Desolate!"

Enge tercekat menyaksikan bola api muncul di tangan Gagor sebelum meledak dalam radius luas. Giovanni yang berada di luar area biara ikut terhempas saking besarnya ledakan tersebut. Sigil pelindung yang aktif di sisi sana pun tak kuat menahan ledakan dan hancur berkeping-keping.

Gagor tak sedikit pun bergeming meski telah melakukan hal yang bahkan Bunda sendiri sulit untuk lakukan.

Kubah energi dari sigil pelindung gereja yang diaktifkan dalam kekuatan penuh setidaknya mampu menahan dua sambaran petir. Gagor dapat menghancurkannya tanpa kesulitan berarti. Itu membuktikan kekuatan yang Gagor miliki.

ARC OF THE HEIR: TALE OF STRIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang