Requested by sanstarcc
Telunjuk San mendorong jembatan kacamata bundarnya agar benda itu kembali pada posisi asalnya.
Heran, padahal hidungnya mancung tapi kacamatanya suka melorot. Ia berpikir untuk membeli yang baru.
Tapi itu nanti, karena untuk saat ini masih bertumpuk antrian ensiklopedia yang harus ia baca. Dia tidak ingat, juga tidak menghitung sudah berapa jam ia menghabiskan waktunya di bangku taman kampus hanya untuk membaca. Begitulah San kalau sudah ketemu buku, jadi lupa waktu.
San masih asik seperti sebelumnya sebelum suara rendah seorang pria membersihkan tenggorokan dengan sengaja di sampingnya mendistraksinya.
"Heh kutu buku. Tidak takut apa minus matamu bertambah? Nanti kalau kacamatamu makin tebal jadi tidak modis lagi loh."
San memutar bola mata. Song Mingi ini benar benar pengganggunya nomor satu di dunia. Seperti tidak akan pernah membiarkan San hidup dengan tenang. Terkadang ia merasa tidak adil kenapa terhadap anak lain Mingi damai damai saja tapi dengannya Mingi sangat iseng.
"Kalau kau sudah tahu mataku minus seharusnya kau juga paham kalau benda ini bukan kugunakan untuk mode, wahai tuan fashionista," San tidak bohong saat mengatakan Mingi fashionista karena memang Mingi itu seperti mahasiswa paling fashionable di kampusnya. Tapi San mengatakan kalimat terakhirnya dengan intonasi sarkastik.
Dan sebenarnya ia tidak mau menanggapi. Bahkan ia sudah pernah bertekad dalam diri untuk tidak pernah lagi menanggapi apa yang dikatakan Mingi padanya. Tapi kalimat menyebalkan pria itu selalu saja pada akhirnya membuat San tergoda untuk menjawab. Karena yah, semenyebalkan itu seorang Song Mingi.
Mingi tidak sendirian, sebenarnya. Ia bersama Jongho. Dan Jongho terbahak melihat interaksi antara kedua temannya. Mengganggu seorang Choi San sang kutu buku yang tidak pernah mau diganggu memang menyenangkan.
Mingi dengan santainya mendudukkan diri di samping San dengan posisi kebalikan San yang menghadap meja, sedangkan Mingi punggungnya bersandar pada meja itu karena terlalu malas untuk memasukkan kaki ke bawah meja. Sepasang sikutnya bertumpu pada meja dan wajahnya menoleh pada San di sampingnya. Tidak berhenti mengganggu dan menggodainya.
Telinga San memerah dari menahan emosi. Menahan napas di beberapa momen. Ia ingin sekali memukul kepala Mingi menggunakan buku paling tebal yang ia pinjam dari perpustakaan. Sampai Mingi pingsan. Sampai amnesia sekalian. Kalau geger otak lebih bagus. Jadi Mingi tidak akan bisa mengganggu San lagi.
Tapi tentu saja San tidak melakukannya. Entah bagaimana. Seperti ada sesuatu yang menahan dirinya agar tidak menyakiti Mingi. Dan entah bagaimana juga ia masih peduli pada pria menyebalkan di sampingnya ini setelah semua yang dilakukannya padanya. Padahal Mingi juga tidak peduli apakah San terganggu olehnya atau tidak--which is dia memang sengaja ingin membuat San kesal, kalau San tidak membalas tidak seru.
Jongho sudah pegal berdiri, jadi ia juga ikut mendudukkan diri. Di samping lain San. Jadi San kini diapit dua pria besar di kedua sisinya. Seperti punya pengawal pribadi. Tapi tentu saja bukan itu yang terjadi. Ia ingin pergi dari gangguan ini, tapi tempat ini terlalu nyaman--kondisi bangkunya, tentu saja bukan situasinya yang sekarang.
Jadi serba salah dan dilemma.
Jongho mulai bergabung dalam kegiatan mari mengganggu Choi San yang terlalu asik dan serius membaca buku. Namun Mingi memasang wajah datar seketika. Terutama saat Jongho mulai keluar dari jalur verbal, karena tangan nakalnya mulai berani menyentuh dagu San.
Jongho terkejut saat Mingi dengan kasarnya menghempas tangan Jongho, membuat San terbebas. Yang membuatnya terkejut adalah karena Mingi selalu baik baik saja dengan Jongho. Tidak pernah seperti ini sedekat apapun mereka--yang biasanya sesama pria kuat suka saling memukul atau sejenisnya.
"Hei, santai saja bro, kenapa??" heran Jongho.
"Yang ini untukku, dude. Kalau kau mau menggodai seseorang, cari mangsa lain, mengerti?"
Kening Jongho berkerut semakin heran. "Kenapa memangnya? Bukankah sangat menyenangkan jika kita mengganggunya bersama sama?"
Mingi terdiam. Benar juga. Kenapa dia bisa refleks berkata begitu tadi? Nadanya seperti mengancam juga.
"Kau serius?" tanya Jongho lagi melihat Mingi hanya terdiam. "Kau aneh. Tidak menyenangkan. Song Mingi flop." Setelah berkata begitu ia langsung bangkit dan melenggang pergi. Mengabaikan kalimat protesan dari bibir Mingi.
Tapi lupakan itu, pikir Mingi. Tidak penting juga. Bagus malah sekarang ia bisa lebih leluasa mengganggu San sendirian. Jadi ia kembali pada objeknya kini. "Sampai mana tadi kita sayang?"
BUGH!
Mingi meringis memegangi pipi kirinya yang kena bogem mentah. Ia melihat San juga meninggalkannya.
Pada akhirnya San tidak peduli apakah bangku itu nyaman baginya. Ia akan pindah ke perpustakaan saja sehingga jika Mingi masih terus akan mengikutinya, setidaknya di perpustakaan Mingi tidak bisa berkutik.
Dan pada akhirnya San tidak peduli ia yang awalnya tidak ingin menyakiti Mingi dengan memukulkan buku tebal yang ia pinjam pada kepala Mingi. Pada akhirnya ia memukul wajahnya dengan keras.
Shout out:
bitsnotes
👑
⭐⭐🌟⭐⭐Bucinny_sehun
⭐⭐⭐⭐yurayuramy
⭐⭐⭐Aku ga maksa klen buat komen
Tapi kalo mo masuk tipi juga kek gini ramein lah lapaknya :3
Aku bakal melakukan shout out di waktu waktu tertentu
Tunggu saja
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanzzy Episode • All × San
FanfictionSanzzy: a pun intended from Snazzy bottom!San / San centric Drabble collection; around 500 words/chapter May contains mpreg ©2020, yongoroku456