"Pertobatan tidak lantas membuatmu bebas dari ganjaran atas kesalahan yang kau perbuat." ~ Isaac Amadeo Eire
¤¤¤
Ketika cahaya matahari pagi menerobos masuk dari kaca jendela dan mengenai wajahnya, mata Giovanni berkedut-kedut sebelum membelalak lebar. Dia terperanjat dari atas ranjang, pikirannya masih berada pada saat-saat cahaya terang itu melahapnya.
Giovanni mendapati dirinya telah berada di sebuah ruangan asing, dengan sensasi janggal di sekujur tubuhnya.
"Apa yang terjadi?"
Giovanni mencoba mengingat kejadian yang terjadi sebelum kehilangan kesadaran. Dia ingat persis bagaimana ekspresi Bunda yang melihatnya dengan raut putus asa, Giovanni pun jadi mencemaskan nasib Bunda sekarang.
Segera saja, Giovanni beranjak dari ranjang, akan tetapi dia terjatuh ketika hendak melangkah. Giovanni lupa kalau kakinya telah terpotong saat Gagor menyerang.
Tapi, anehnya kini kaki kirinya itu sudah sembuh dan lukanya sudah menutup dengan sempurna. Padahal, Giovanni ingat betul kalau Bunda hanya menggunakan sihir penyembuhan biasa terhadapnya yang tak memungkinkan regenerasi secara penuh.
Giovanni memutuskan untuk tidak ambil pusing mengenai kejanggalan tersebut, dia bangkit lalu menuju ke arah pintu ruangan dan membukanya.
Cahaya matahari menyilaukan mata Giovanni untuk sesaat, dia butuh waktu untuk menyesuaikan indra penglihatannya dengan pencahayaan di luar sampai kemudian Giovanni pun sadar bahwa dia tengah berada di sebuah tempat yang asing.
"Di mana ini?"
Giovanni melihat di kejauhan ada banyak pilar-pilar besar lagi tajam yang berwarna hitam mencuat tinggi dari dalam tanah. Di sekelilingnya lahan serta pepohonan mengering dan berubah tandus.
Aura gelap menyeruak mengelilingi area di mana pilar-pilar hitam besar itu berada, yang di tengah-tengahnya aura gelap tersebut terlihat semakin pekat.
Giovanni bertanya-tanya, di manakah dia berada sekarang?
Pengetahuan Giovanni mengenai dunia luar masih teramat minim, dia tidak pernah keluar dari desa selama hidupnya. Dihadapkan pada keadaan seperti ini membuat Giovanni panik dan kebingungan, dia terus berharap kalau Bunda akan segera muncul di hadapannya.
"Oh, kau sudah sadar?"
Ada suara seorang gadis berkata kepada Giovanni. Dia menoleh, kemudian mendapati seorang gadis sedang berjalan mendekat.
Gadis ini memakai pakaian biarawati, yang sempat membuat Giovanni mengira dia adalah Enge karena postur tubuhnya yang kecil. Tapi, sesaat kemudian Giovanni sadar kalau jubah yang dipakai gadis ini berbeda dengan jubah yang dikenakan rahib gereja Desa Roveena dan mereka tampak seumuran.
"Halo, senang melihatmu sudah siuman. Namaku Alvia Etherancia, salam kenal." Gadis itu memperkenalkan diri dengan senyum terulas manis di bibir.
Giovanni sempat tertegun sebelum turut memperkenalkan diri.
"Apakah, kau yang menyelamatkanku?" tanya Giovanni selanjutnya.
Alvia mengangguk-angguk. "Yup! Aku yang menyelamatkan nyawamu!"
Giovanni sedikit heran bagaimana Alvia menyelamatkannya. Dia tahu kalau malam itu hanya ada dirinya, para rahib dan Gagor saja di biara.
Selain itu, sekarang Giovanni ada di sebuah tempat asing bersama Alvia. Tempat ini jelas bukan Desa Roveena atau area biara karena Giovanni paham betul geografis tempat tinggalnya. Dibandingkan dengan wilayah dia berada sekarang, terlihat jelas perbedaan yang mencolok.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARC OF THE HEIR: TALE OF STRIVE
FantasíaKisah ini sudah ada dari zaman dahulu sekali, hingga tidak diketahui secara pasti kapan kemunculan pertamanya. Kisah ini, diceritakan melalui lisan ke lisan, lalu menjadi sebuah legenda, kemudian menjadi mitos, dan pada akhirnya menjadi sebuah cerit...