Clarissa yang sedang menunduk pun, tiba-tiba mendongakkan kepalanya, menatap pria itu cengo.
Deg
Ini gak mimpi, kan? Dia beneran ada di sini? Wah serius? Kok bisa? Ha, ngapain ke sini ya? batin Clarissa heran melihat temannya yang bernama Gerry ada di hadapannya. Gerry adalah salah satu anggota Airoz yang paling cuek, tetapi ia juga adalah orang yang paling perhatian kepadanya, setelah Gavin dan Adrian.
Plak
"Awww-"
Clarissa menampar dirinya sendiri dengan cukup keras, untuk memastikan apakah ini nyata atau hanya sebuah mimpi.
"Heh Cla, lo ngapain nampar pipi lo sendiri?" tanya Azila heran.
Clarissa tidak menghiraukan pertanyaan dari Azila. "AAAAAAAA bukan mimpi ternyata," ucap Clarissa kegirangan. Bahkan saking happynya, Clarissa sampai loncat-loncat dan tidak sadar bahwa kakinya sedang terasa sakit. Tanpa berlama-lama, Clarissa pun langsung memeluk Gerry dengan erat, seerat-eratnya.
"Heh Cla, kaki lo, kan masih sakit, ngapain jingkrak-jingkrak njir?" Ucap Azila memperingati.
Azila dan Disa hanya bisa melongo melihat kejadian ini. Pasalnya ini baru pertama kali bagi Clarissa memeluk orang yang baru saja ia temui. Sementara, Gerry sedang berusaha melepaskan pelukan dari Clarissa.
"Uhuk uhuk woyyy lepasin njim, gue ga bisa napas uhuk!" ucap Gerry sambil terbatuk-batuk karena dipeluk sangat erat oleh Clarissa.
"Bodo. Ga bakal gue lepasin. Gue tuh kangen banget sama lo, tau ga? Gue juga kangen yang lain, tapi gue ga bisa pulang," lirih Clarissa.
"Gue ga kenal sama lo," ucap Gerry datar.
Mendengar ucapan itu, Clarissa pun langsung melepaskan pelukannya secara perlahan. Ya, ia lupa bahwa saat ini ia adalah Clarissa, bukan Axelia. Mana mungkin Gerry dapat mengenalinya.
Namun, mengapa kalimat itu sangat menyakiti hatinya? Bukankah dulu ia sering mengucapkan kata itu untuk candaan? Tetapi tidak, kali ini itu bukanlah sebuah candaan. Namun, sebuah kejujuran.
"O-oh iya maap!" ucap Clarissa yang langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca.
"Nih botol sama topi, buat lo bertiga." Ucap Gerry dengan mata yang masih terfokus pada Clarissa. Ia merasa aneh dengan Clarissa. Mengapa Clarissa tiba-tiba memeluknya? Perasaan ia tidak mengenalnya. Bahkan bertemu saja mereka tidak pernah.
Azila dan Disa pun mengambil botol dan topi itu masing-masing satu. "Thanks!" ujar Azila dan Disa secara bersamaan, dan langsung mendapat anggukan dari Gerry.
"Lo mau ga?" Tawar Gerry kepada Clarissa yang masih enggan menatapnya.
"Gue ga haus. Lagian gue juga bisa beli sendiri." Ucap Clarissa tanpa menatap Gerry sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Clarissa
FantasyIni akan menceritakan tentang seorang gadis yang sedikit tomboy bertransmigrasi ke dalam raga seorang gadis feminim dan dikenal sebagai seorang pembully oleh teman-temannya. Enggak pinter bikin deskripsi kayak gini:( Saya malas revisi ya gaess ya WA...